#17

18 1 0
                                    

Selama Dean di Desa Rantau Kasih, Davina selalu diantar jemput oleh Almero. Davina sudah sering menolak tawaran pria bertubuh jangkung tersebut karena Davina risih dengan tatapan teman seangkatannya dan juga para junior. Tapi yang namanya Almero tidak memperdulikan hal tersebut. Dia selalu datang sebelum jam delapan pagi di depan rumah Davina, dan setiap sore selalu menunggu di parkiran fakultas.

Seperti sore ini, Almero sudah berada di parkiran. Setengah jam yang lalu Davina mengabarkan bahwa dirinya ada jadwal pratikum hingga jam lima sore.

"Lama banget sih." Omel Almero kepada Davina yang baru saja datang bersama Caca. Tampa kraut lelah di wajah keduanya.

"Siapa suruh nungguin gue."

"Siapa, Na?" Tanya Caca melirik Almero. Davina sama sekali belum mengenalkan Caca kepada Almero, begitu juga sebaliknya. Padahal Caca sudah satu minggu-an ini melihat Davina bersama laki-laki itu.

"Temen gue. Teman dari SMA. Besok deh gue ceritain."

"Oh yaudah." Caca mengangguk. "Gue duluan ya, bye." Lanjut Caca melambaikan tangan.

"Yuk balik." Almero mengambil helm yang di gantungnya di jok belakang lalu memasangkannya ke kepala Davina.

Perlakuan Almero kepada Davina mencuri perhatian mahasiswa yang masih berada di fakultas, yang rata-rata satu angkatan dengannya. Karena mereka baru saja selesai pratikum KKT.

Davina yang sadar dirinya menjadi pusat perhatian pun menjauhkan tangan Almero dari kepalanya. Dia sadar beberapa orang memandangnya penuh selidik dan itu membuatnya sedikit risih.

"Cowok baru, Na?" Dea bersama dua temannya menghampiri Davina dan Almero dengan tatapan sinis. Mereka bertiga merupakan teman seangkatan Davina tetapi beda kelas.

"Gilaa. Ternyata lo parah juga ya. Kak Dean lagi sibuk disana, eh lo nya juga sibuk disini sama yang baru." Sambung Kimi.

"Jangan pada sok tau deh.!" Balas Davina sedikit meninggikan intonasinya.

"Kita gak sok tau, buktinya kita liat lo sama cowok lain sekarang. Mana mesra banget lagi. Kalau kak Dean tau gimana ya?"

"Oh iya, lo sama kak Dean juga nggak bakal nyatu, kan kalian beda. Ups." Kini giliran Putri yang berbicara. Dia berlagak menutup mulutnya karena keceplosan.

Tangan Davina mengepal. Pengen sekali rasanya dia menampar mulut ketiga orang tersebut, tapi Davina sadar jika mereka masih berada di lingkungan kampus.

"Tau tuh. Berasa cantik kali ya lo gonta-ganti cowok. Yang ada lo keliatan murahan." Lalu ketiganya tertawa.

"Bangsat!" Bentak Almero yang membuat Dea, Putri dan Kimi terdiam. Kata-kata yang keluar dari mulut Dea membuat Almero naik pitam. Emosinya sudah menggebu sejak tadi. "Dia emang cantik, nggak kaya lo bertiga, burik!" Lanjut Almero menekankan kata burik yang membuat ketiganya menganga tidak percaya. Mereka menatap Almero penuh kebencian.

"Sebelum lo ngomongin orang, mending lo cari tau dulu kebenarannya. Katanya mahasiswa tapi kok otaknya nggak di pake!"

"Jaga ya mulut lo!" Dea maju selangkah dan menunjuk Almero. Wajahnya merah padam karena emosi.

Almero menepis tangan Dea. "Mulut lo yang seharusnya di jaga. Bukan mulut gue. Jangan seenaknya ngatain orang murahan. Jangan-jangan lo yang murahan!"

"Anjing!" Umpat Dea tidak terima. Dia sama sekali tidak menyangka kalau pria di depannya ini berani melawan.

"Al, Udah." Davina memegang tangan Almero. Mencoba untuk melerai. Dia tidak ingin urusannya semakin panjang.

"Sekolahin tuh mulut!" Ujar Almero kemudian naik keatas motor lalu menghidupkan mesinnya.

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang