#38

23 1 0
                                    

Sarah dibantu bibi sedang mempersiapkan makan malam untuk keluarga. Sarah sibuk menata berbagai macam lauk yang dimasaknya sendiri di atas meja. Sedangkan bibi menuangkan air ke dalam gelas.

"Davina pulang jam berapa tadi bi?" Tanya Yudha yang sedari tadi telah duduk di kursinya. Dia sibuk dengan iPad yang terdapat di tangannya.

"Kira-kira jam satu, pak."

"Sekarang dia dimana? Apalagi diluar?"

"Dari tadi siang bibi nggak liat non Davina keluar kamar pak."

"Kamu tau kenapa?"

"Maaf pak, bibi nggak tau."

"Kenapa yah?" Tanya Adrian yang baru datang. Dia mengambil tempat duduk di sebelah kanan Yudha.

"Adik kamu dari tadi nggak keluar kamar kata bibi. Abang tau kenapa?"

"Kayaknya galau deh yah."

"Galau gimana?"

"Biasa anak muda."

"Yaudah deh, ayah panggil kakak dulu."

"Eh nggak usah yah. Biar bunda aja. Kayaknya kakak butuh girls talk deh."

Sarah pun menuju ke lantai dua. Dia membuka pintu kamar anak perempuannya itu.

"Kak.." Panggil Sarah menghampiri Davina yang berdiri di balkon kamar. Matanya menerawang jauh ke angkasa. "Ayo makan malam. Ayah sama abang udah nunggu di bawah."

"Duluan aja bun. Kakak nggak lapar."

"Kakak kenapa?" Sarah berdiri di sebelah Davina lalu merangkulnya. Dia jarang sekali melihat putrinya itu tidak nafsu makan seperti sekarang ini. "Kakak ada masalah? Coba cerita sama bunda."

"Kakak udah putus sama kak Dean bun."

"Kok bisa?"

"Di kampus ada yang naksir juga sama kak Dean. Namanya kak Marsya. Dia nggak suka liat kakak pacaran sama kak Dean, jadi dia sama temennya ngerencanain sesuatu gitu bun. Dia bikin foto seolah-olah dia lagi ciuman sama kak Dean. Gara-gara itu kakak mutusin kak Dean. Kakak nggak mau dengar semua penjelasan dia. Dan kemarin kakak baru tau kalau semuanya itu ulah kak Marsya."

"Terus kakak udah minta maaf sama Dean?"

Davina mengangguk.

"Kakak kan udah tau kebenarannya, jadi hubungan kakak sama Dean bisa di perbaiki lagi."

"Nggak bisa bun." Davina menggeleng lemah. "Kakak udah pacaran sama Al."

"Almero?"

"Iya." Davina memutar badannya menghadap Sarah. "Kakak sekarang bingung bun. Kakak juga ngerasa bersalah. Kakak sadar banget kalau hati kakak belum serratus persen lepas dari kak Dean. Tapi di lain sisi, kakak juga sayang sama Al."

Sarah mengusap air mata yang jatuh di pipi Davina.

"Kakak tau kakak salah bun. Secara nggak langsung kakak udah jadiin Al pelarian. Tapi kakak nggak ada maksud buat nyakitin Al. Kakak cinta sama dia. Kakak sayang sama dia bun."

"Iya sayang. Bunda ngerti."

"Kakak jahat banget ya bun?"

"Nggak sayang. Kakak nggak jahat." Sarah menangkup kedua pipi Davina lalu mengusapnya dengan lembut. "Kakak sekarang udah sama Al. Kakak bahagia nggak sama dia?"

"Bahagia bun. Al selalu bikin kakak bahagia."

"Nah kalau kakak bahagia sama Al, kakak lanjutin hubungan kakak sama Al. Karena itu pilihan kakak kan?"

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang