#20

16 0 0
                                    

Almero berulang kali melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah tiga puluh menit dia menunggu, tapi yang di tunggu tidak kunjung datang.

"Al, tante sama om berangkat kondangan dulu ya. Kamu tunggu Davina sendiri nggak apa-apa? Soalnya Adrian juga belum pulang." Pamit Sarah yang sudah rapi dengan kebayanya.

"Iya tante. Nggak apa-apa."

"Kalau gitu kita tinggal ya, Al."

"Iya Om." Almero mengangguk.

Saat ini Almero sedang berada di ruang tamu rumah Davina. Almero datang untuk memberikan kalung yang beberapa hari lalu belum sempat diberikannya kepada Davina. Karena tidak menghubungi Davina sebelum datang, jadilah Almero harus menunggu lama.

"Lama banget sih." Gumam Almero menyesap orange juice yang sedari tadi disuguhkan Sarah.

Almero bangkit dari duduknya ketika mendengar langkah kaki dari arah luar. Dia yakin itu adalah Davina.

"Kenapa muka lo di tekuk gitu?" Tanya Almero yang melihat Davina masuk dengan wajah murung.

Davina yang tidak menyadari kehadiran Almero dirumahnya pun terlonjak kaget. "Lo ngagetin aja anjir."

"Lo kenapa?"

"Lo ngapain disini?"

"Gue tanya lo kenapa?"

"Nggak kenapa-kenapa."

"Gue terlalu kenal lo, Na. Jadi nggak usah bohong sama gue." Almero bisa menebak jika Davina sedang tidak baik-baik saja.

"Lo ngapain disini?" Tanya Davina lagi. Dia sedang mencoba mengalihkan pembicaraan. Davina tidak ingin Almero tau jika dirinya sedang bermasalah dengan Dean.

"Lo lagi berantem sama Dean?"

"Enggak lah." Bantah Davina cepat. "Ini udah ketiga kalinya gue nanya. Lo ngapain disini?"

Almero merogoh saku jaketnya lalu memberikan sebuah kotak kecil kepada Davina.

"Ini apa?"

"Lo buka aja. Punya tangan kan?"

Davina memutar matanya malas mendengar jawaban Almero lalu dia membuka kotak tersebut. Mulutnya menganga melihat isi kotak tersebut adalah kalung yang bertuliskan namanya dengan huruf hijaiyah.

"Sumpah ini buat gue?"

"Yaiyalah. Buat siapa lagi."

"Aaaaaaa makasih Al." Davina berhamburan memeluk Almero. Dia tidak dapat mengekspresikan kebahagiannya. Pasalnya beberapa hari belakangan ini Davina juga ingin membeli kalung tersebut, tapi dia masih menunda karena sedang memikirkan cara untuk membujuk Sarah, karena harganya yang lumayan mahal.

Almero yang dipeluk pun tersenyum. Dia bahagia melihat raut kebahagian di wajah Davina. Ternyata usahanya tidak sia-sia untuk mendapatkan kalung tersebut.

"Lo suka?"

Davina melepaskan pelukannya lalu mengangguk. "Bangeeet."

"Sini gue pakein." Almero mengambil kalungnya lalu memakaikannya di leher Davina. Gadis itu terlihat semakin menawan dengan kalung yang melingkar di leher jenjangnya.

Cantik. Gumam Almero dalam hati.

"Makasih ya, Al. Gue seneng banget."

"Iya. Jangan lupa lo transfer uangnya."

"Eh? Seriusan?"

"Iya. Lo kira gue gratis. Ke toilet umum aja bayar."

"Nanti gue minta sama bokap dulu deh. Entar gue transfer ke rekening lo. Gue kira lo ngasih ini gratis. Taunya jualan." Davina merengut dan memanyunkan bibirnya.

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang