#19

12 0 0
                                    

"Dean."

Panggilan dari Marsya membuat Dean yang baru saja memasuki kelas memberhentikan langkahnya. Pria itu memutar badan dan melihat Marsya menghampirinya.

"Ini jaket lo. Makasih ya."

Malam terakhir di Desa Rantau Kasih, tiba-tiba saja Marsya demam. Tubuhnya menginggil. Dean pun berinisiatif meminjamkan jaketnya kepada Marsya.

"Iya Sya, sama-sama." Dean mengambil jaket yang diberikan Marsya kemudian berjalan menuju kursinya.

"Hmm Yan. Gue mau nanya sesuatu boleh?"

"Nanya apa?" Dean menoleh kearah Marsya yang mengambil tempat duduk disebelahnya.

"Lo masih pacaran sama Davina kan ya? Soalnya banyak yang ngira kalian udah putus. Gue sempat denger rumor gitu tentang Davina dari beberapa junior kita. Tapi gue berharap sih kalian masih barengan."

"Rumor apa?"

"Kalau yang gue denger ya katanya Davina selama kita di desa binaan itu selalu diantar jemput cowok. Katanya lagi mereka keliatan deket gitu." Tutur Marsya sedikit menekankan kata dekat. Marsya melirik Dean sekilas, dia melihat perubahan raut wajah Dean. "Tapi gue nggak percaya sih, Yan. Kan itu kata mereka." Lanjut Marsya.

Dean bergeming.

"Lagian Davina kan cewek baik walaupun nggak terlalu disiplin. Hehe. Tapi gue yakin dia nggak begitu." Marsya memegang tangan Dean. "Udah lupain aja, Yan. Kabar yang gue denger juga belum tentu valid. Tapi kalau lo masih kepikiran, nanti lo tanyain aja ke Davina-nya langsung. Gue sebagai sahabat lo cuma berharap kalian baik-baik aja."

"Makasih ya, Sya."

"Sama-sama, Yan."

Selama jam pelajaran mata kuliah berlangsung, Dean sama sekali tidak focus. Bahkan materi yang disampaikan dosen tidak satu pun yang masuk ke dalam otaknya. Pikiran Dean dipenuhi oleh kalimat yang disampaikan Marsya. Cemburu telah menggerogoti hati Dean saat ini.

Setelah jam pertama usai, Dean bergegas menuju lantai dua. Dia mencari keberadaan seseorang. Sebelumnya mereka telah membuat janji untuk bertemu di belakang tangga dekat toilet.

"Ca." Panggil Dean ketika melihat Caca sudah berada disana.

Tadi pagi Dean mengirimkan pesan kepada Caca untuk menemuinya di lantai dua. Kalimat Marsya perihal Davina terus berputar di otaknya selama pelajaran berlangsung. Hingga akhirnya Dean memutuskan untuk bertemu Caca dan menanyakan kebenarannya.

"Ada apa ya kak?" Tanya Caca heran. Dia cukup kaget ketika Dean meminta untuk bertemu di belakang tangga lantai dua.

"Sorry ya Ca aku ganggu waktu kamu."

"Iya kak nggak apa-apa."

"Aku mau nanya tentang Davina sama kamu. Aku dengar kabar Davina selama seminggu kemarin diantar jemput cowok lain. Itu bener nggak Ca?"

"Saya nggak tau kak." Bohong Caca. Dia takut untuk menjawab karena posisi Caca jadi serba salah.

"Nggak usah bohong, Ca. Juju raja."

"Hmm.... iya kak. Davina emamg diantar jemput cowok. Tapi katanya sih itu temennya."

"Kamu kenal cowoknya?"

Caca menggeleng. "Nggak kak. Davina belum ngenalin ke saya."

Dean mengangguk. "Makasih ya Ca informasinya. Sorry banget ganggu kamu."

"Nggak kok kak. Bay the way, Davina orangnya setia kok kak. Dia nggak bakal selingkuh. Jadi kakak nggak usah takut."

Dean hanya tersenyum dan mengangguk.

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang