#24

23 2 0
                                    

Almero menata dirinya di depan cermin. Pagi ini dia begitu bersemangat untuk menjemput Davina. Davina benar-benar membuat Almero jatuh cinta sejak pertama kali mereka bertemu. Bahkan setelah empat tahun, rasanya tetap tidak pudar kepada gadis itu.

Davina itu spesial. Begitu jawaban Almero setiap kali ada yang bertanya mengapa dirinya begitu jatuh cinta dengan Davina. Gadis berkulit putih itu mampu membuat suasana hati Almero jadi bahagia meskipun masalah hidup selalu menghampirinya. Dia juga selalu memberi semangat dan support kepada Almero dalam keadaan apapun.

"Kamu pasti bisa. Aku percaya kamu mampu ngadepin ini. Masa ketua osis nyerah sih." Ujar Davina ketika Almero mengeluh dengan posisinya sebagai ketua osis. Dia harus menghadapi berbagai macam karakter anggota osis yang sangat sulit untuk disatukan.

"Tapi aku udah nggak kuat, Na. Ternyata jadi pemimpin itu sulit. Nggak kayak yang aku bayangin."

"Hei.. Kamu harus bertahan. Kamu di pilih karena kamu mampu, sayang. Siswa di sekolah ini percaya sama kamu, makanya mereka milih kamu sebagai ketua osis. Ayolah Al, balikin lagi semangat Almero yang dulu. Yang sekarang ini bukan kamu. Sama sekali bukan Almero."

"Kamu yakin aku bisa?"

"Ya. Aku yakin banget kamu bisa. Kamu mampu." Davina mengangguk lalu tersenyum. "Al, everythings gonna be okay. Aku akan selalu ada buat kamu. Aku akan selalu support kamu. Kapanpun. Dimanapun. And I Love you so much'. Davina menggenggam tangan Almero lalu mengusapnya.

Almero tersenyum lalu tangannya mengusap pipi mulus Davina. "I Love you more." Balas Almero.

Suasana hatinya seketika berubah menjadi bahagia dan lega. Almero juga lebih bersemangat menjalani aktivitasnya sebagai ketua osis. Bahkan ketika menjabat, Almero mampu mengharumkan nama sekolahnya di tingkat nasional dalam berbagai macam perlombaan antar SMA. Dan itu semua berkat Davina. Dia selalu memberi motivasi dan semangat setiap kali semangat Almero turun.

Almero tersenyum tipis mengingat kenangan mereka kala itu. Bahkan sampai saat ini, dia masih ingat jelas wajah tulus Davina ketika menyemangatinya. Hal itu sangat sulit untuk di hilangkan.

Almero menyisir rambutnya dengan jari sebagai sentuhan terakhir. Setelah itu dia mengirimkan pesan kepada Davina bahwa sebentar lagi dia akan on the way.

Davina👯

Gue pagi ini di jemput kak Dean. Sorry ya, Al. See you soon~

Senyum Almero yang semula merekah, kini hilang begitu saja. Dia kembali membuka jaket lalu melemparnya ke kasur. Tangannya mengepal.

Seharusnya dari awal Almero telah mempersiapkan diri untuk kecewa karena Davina bukan lagi miliknya. Gadis itu juga telah mendapatkan pengganti dirinya. Dan seharusnya juga, Almero tidak berharap lebih.

"Al." Panggil Amerta yang berdiri di depan pintu kamar. "Mama berangkat kerja dulu ya nak."

"Iya Ma. Hati-hati." Almero berjalan menghampiri Amerta lalu mencium tangannya. Tidak lupa juga mengecup kedua pipi sang ibu.

"Kamu jangan lupa sarapan. Udah mama siapin dibawah."

"Iya Ma."

"Oh iya, besok dirumah ada acara arisan sekalian barbeque-an, kamu ajak Davina ya. Dia kan suka barbeque-an."

"Hmm.. nanti aku tanya Davina dulu ya Ma."

Amerta menggangguk. "Mama berangkat ya sayang. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Almero kembali duduk di kasurnya. Dia mengambil hp lalu mengirimkan pesan kepada Davina.

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang