#15

15 2 0
                                    

"Nanti lo pulang jam berapa?" Tanya Almero sesampai di fakultas pertanian.

Almero memenuhi janjinya untuk mengantar Davina ke kampus.

"Kira-kira jam lima lewat. Kenapa? Lo mau jemput gue? Nggak usah deh." Davina membuka helmnya lalu memberikannya kepada Almero.

"Oke. Nanti gue jemput."

"Nggak usah, Al."

"Kasih gue alasan kenapa gue nggak perlu jemput lo." Almero menaikkan sebelah alisnya.

"Ya nggak usah aja."

"Nggak jelas emang lu. Nanti sebelum jam 5 gue udah nyampe sini. Bye." Tanpa menunggu jawaban Davina, Almero memutar motornya lalu berlalu begitu saja.

Davina memutar bola matanya jengah melihat kelakuan Almero. Laki-laki itu benar-benar pemaksa.

"Tumben lo nggak bawa paper bag."

"Kak Dean lagi di desa binaan. Jadi nggak ada roti sama susu deh." Balas Davina mengambil tempat disebelah Caca.

"Yah... sahabat gue kesepian dong."

"Dikit."

"Davina, lo mau tau berita terbaru nggak? Lagi panaaaas." Caca mengibas-ngibaskan tangannya. Perihal gosip, Caca lah ratunya. Dia mengetahui semua informasi dan gosip yang tengah jadi perbincangan di lingkungan fakultas. Bahkan gosip dari fakultas lain.

"Apaan?"

"Berita lo pacaran sama kak Dean udah nyebar di grup angkatan."

"Serius lo?" Tanya Davina tidak percaya.

Caca mengangguk. "Lo nggak liat grup angkatan?"

Davina menggeleng. Dia memang jarang sekali membuka grup angkatan malahan grup tersebut di bisukannya.

"Siapa yang nyebarin pertama kali?"

"Lia. Gue juga heran tuh orang tau dari mana."

Davina telah menduga sebelumnya bahwa Lia pasti akan menyebarkan apa yang di dengarnya ketika berada di gedung prodi karena Lia termasuk salah satu manusia yang mulutnya ember.

"Dan lo harus siap-siap, Na." Lanjut Caca.

"Siap-siap apa?"

"Siap-siap berhadapan dengan kak Marsya dan pengikutnya. Kabar yang gue denger sih rata-rata angkatan kita banyak yang ngedukung kak Dean pacaran sama kak Marsya. Jadi mereka pasti nggak bakal seneng liat lo pacaran sama kak Dean."

"Emang di dunia perkuliahan masih ada begituan ya?"

"Ya masih lah. Coming soon bakal terjadi sama lo."

"Lo doain gue yang baik-baik dong. Ini malah jelek. Lo senangkan liat gue di musuhin orang-orang?"

"Yaiyalah." Jawab Caca lalu tertawa terbahak melihat ekspresi kesal yang ditunjukkan Davina. Bahkan Caca memegangi perutnya yang keram karena tertawa berlebihan.

"Sialan emang." Davina memukul lengan Caca lalu memanyunkan bibirnya. Tangannya di lipat di depan dada.

"Canda sayaaang." Caca memeluk Davina meskipun tawanya masih terdengar.

**

Almero memasang jaket levisnya lalu meraih kunci motor di tempat gantungan kunci. Almero melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kanan yang menunjukkan pukul 16.45 wib.

"Ma. Aku pergi ya." Pamit Almero sembari menyisir rambutnya dengan jari.

"Kemana Al?"

"Jemput Davina Ma."

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang