ATHARES - 44

392 28 8
                                    

Sekali lagi terperangkap dalam sunyi berkepanjangan, baik raga maupun hati ini sama-sama telah lumpuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekali lagi terperangkap dalam sunyi berkepanjangan, baik raga maupun hati ini sama-sama telah lumpuh. Tidak tahu harus melakukan apa ketika tidak akan ada yang menyelamatkanku ketika tersesat.

Titipkan salamku pada alam semesta, katakan padanya bahwa aku mencintai salah satu keindahannya. Yaitu kamu.
ATHARES

***

Keadaannya sudah membaik.

Athena yang memutuskan untuk hidup mandiri setelah menyelesaikan sekolahnya dan masa sulitnya. Kini gadis itu memiliki sebuah hunian sederhana di pesisir kota, terletak cukup jauh dari keramaian dan hiruk pikuk yang tidak jarang menjenuhkan. Menjadikan keahliannya dalam hal mengisi siaran radio sebagai mata pencaharian, kendati sempat teringat akan kejadian silam yang membuatnya hampir kehilangan akal sehat dan hampir sinting. Kerap pergi ke pusat kota di akhir pekan, membuatnya berpapasan dengan beberapa teman lama, salah satunya Hera. Gadis itu bahkan tidak dapat mengatakan apa pun saat berpapasan dengan Athena di sebuah kafe. Ia hanya menundukkan kepala dan pergi begitu saja, sebisa mungkin tidak melakukan kontak dengannya. Athena tidak dapat protes soal hal tersebut, merasa bahwa apa yang saat ini dihadapi oleh Hera terlampau berat, Athena berharap bahwa ia akan baik-baik saja saat ini.

Hubungan Athena dan Dirga berangsur membaik. Memutuskan untuk tidak menjalin hubungan lebih dari sekadar pertemanan belaka, Athena sering menemani Dirga untuk menjalani terapi. Mereka berbincang dan membahas banyak hal, termasuk rencana ke depannya.

Untuk Dheeka, Athena tidak mendapati kabar apa pun. Orang-orang yang secara tak langsung berhubungan dengannya mengatakan bahwa Dheeka meneruskan bisnis keluarganya dalam bidang properti, harus berkuliah dan memantapkan pendidikannya untuk memenuhi posisi tersebut.

"Udah gue bilang, gue bisa sendiri."

"Nggak bisa. Kalau lo sampai jatuh bisa ribet urusannya."

"Maaf merepotkan lo."

"Nggak merepotkan, kok," sahut Athena. Mendorong kursi roda Dirga untuk berjalan-jalan di sekitar taman perumahan, mencari udara segar setelah menjalani terapi yang entah sudah ke berapa kalinya dilakukan, keadaannya bagus. "Katakan aja kalau ini merupakan kewajiban gue, setelah apa yang terjadi. Logikanya setelah apa yang terjadi baik lo maupun gue sama-sama menjauh, 'kan?"

"Gue udah mengatakan hal demikian beberapa kali. Tapi lo bersikeras untuk datang, gue jadi nggak enak," Dirga berujar. Memainkan jemari tangannya canggung. "Ngomong-ngomong, gue dengar siaran radio lo kemarin. Bagus. Dari gue lo dapet nilai sembilan dari sepuluh poin. Itu nilai yang cukup tinggi."

"Kasih nilainya nanggung banget."

"Bebas, dong."

Athena terkekeh pelan. Menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Ia tak akan memungkiri bahwa apa yang mereka lakukan saat ini tidak lebih dari sekadar mengorek luka lama, adapun niat di dalam benak guna mempertanyakan sikap dan juga alasan di balik mengapa Dirga sempat berpaling darinya. Namun, Athena rasa hal tersebut tidak akan membawa apa pun selain luka baru. Ada saat di mana beberapa hal tidak perlu diselidiki dan diketahui pembenarannya. Biarkan menjadi misteri, pikir Athena seraya menggulum senyum.

ATHARES✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang