ATHARES - 17

300 58 5
                                    

Keterbukaanmu terhadap segala hal menjadi prioritas, meskipun kejujuran patut dipertanyakan sebab tidak peduli apa yang telah dilalui kita masih hanya sebatas teman - ATHARES

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keterbukaanmu terhadap segala hal menjadi prioritas, meskipun kejujuran patut dipertanyakan sebab tidak peduli apa yang telah dilalui kita masih hanya sebatas teman - ATHARES.

Keterbukaanmu terhadap segala hal menjadi prioritas, meskipun kejujuran patut dipertanyakan sebab tidak peduli apa yang telah dilalui kita masih hanya sebatas teman - ATHARES

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Athena tidak tahu harus berbuat apa ketika Ares mengajaknya pergi. Di satu sisi ia tidak ingin mengecewakan Ares, namun di satu sisi ada orang rumah yang seakan mengawasi gerak-geriknya bagai seorang tahanan di tengah masyarakat. Hari sudah malam dan Ares tak kunjung memberikan kabar, entah akan ke mana mereka akan pergi. Tetapi satu-satunya hal yang pasti ke manapun itu akan terasa menyeramkan andai dilakukan pada malam hari.

Athena terkesiap ketika ponsel yang sedari tadi digenggamnya bergetar, disusul nada dering yang memecah sunyi. Embusan napas lega terdengar ketika mendapati nama dari si penelepon. "Halo? Lo di mana, sih? Katanya mau jemput gue, nggak jadi?

"Jadi, kok. Dari tadi aku udah di bawah, ngobrol sama Papa kamu."

Athena memejamkan mata sejenak, entah hal semacam apa yang telah dilakukan oleh ayahnya itu hingga Ares menghubunginya. Pasti pemuda itu ingin meminta bantuan atau semacamnya. "Udah gue bilang berapa kali, sih. Lo jemput gue di belakang aja," ujar Athena mengulang apa yang pernah mereka bahas sebelumnya. "Gue bisa turun lewat pohon, lo tunggu aja di sana. Maksud gue gitu lho, katanya udah paham, gimana sih?"

"Ngomelnya nanti aja, kata Papa kamu, kamu disuruh turun. Kita udah selesai, kok."

Athena mengerjapkan matanya ketika sambungan telepon terputus, entah sejak kapan Ares berbicara begitu lembut dengan menyisipkan kata 'aku-kamu' di dalam kalimatnya. Tanpa ambil pusing, Athena langsung meraih jaket hoodie dan pergi ke luar selepas membawa tas tangannya. Untuk kali ini Athena pergi dengan cara yang lebih manusiawi, yaitu dengan melalui pintu utama dan bukannya melompat ke luar menggunakan pohon tua di dekat jendela kamarnya.

Pramuja di sana, tampak mengukirkan seulas senyum seakan Ares merupakan pribadi yang cukup menyenangkan untuk diajak berbicara, bertukar pikiran satu sama lain tanpa adanya adegan penuh drama seperti teriakan dan adu tatap berlebih. Mereka tampak santai dengan dua cangkir teh hangat tersaji di hadapannya. "Eh, Athena?" Pramuja yang menyadari kehadiran Athena pun lantas bangkit dari duduknya. Tidak segan lagi untuk mengusap bahu putrinya yang satu itu. "Papa udah ngobrol sama Ares, tapi ingat. Jaga diri sama jangan pulang terlalu malem, oke?"

ATHARES✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang