ATHARES - 5

589 97 2
                                    

Karena putus asa, kita saling mengerti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena putus asa, kita saling mengerti. Silih mempersiapkan diri untuk sang tambatan hati yang takkan kembali - ATHARES.

"Kayaknya lo sama Dirga udah sedekat itu, ya?" Ares membuka suara, menarik Athena yang terduduk di sampingnya guna menganggukkan kepalanya sekilas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kayaknya lo sama Dirga udah sedekat itu, ya?" Ares membuka suara, menarik Athena yang terduduk di sampingnya guna menganggukkan kepalanya sekilas. Merasa harus memberikan tanggapan sebab apa yang baru saja dikatakan oleh Ares merupakan kenyataannya. "Temenan dari kecil?"

Athena kembali mengangguk. "Iya, dulu rumah kita nggak jauh-jauhan kayak sekarang," Ia menghela napas dan menyisir rambutnya secara asal, tanda bahwasannya masih ada perasaan abnormal di dalam dirinya setiap kali membicarakan tentang mantan kekasihnya itu. Tapi, seakan belum cukup puas untuk membuatnya merasa jengah, Ares diam-diam menggali informasi mengenai Dirga, seakan ada sesuatu hal di balik sikap dan tindakannya tersebut. "Ngomong-ngomong lo kenapa, sih? Nanyain soal Dirga terus? Gue aja yang dengernya sampe bosen, nih."

Ares menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. "Bukan gue yang suka nanyain soal dia, tapi lo yang terus-terusan cerita tentang dia," Pemuda itu terkekeh hambar dengan manik mata menusuk setiap inci permukaan kulitnya yang pucat. "Gue cuma mau bilang kalau ada saat di mana kita harus melepaskan, bukan buat kepentingan atau kebaikan bagi gue, tapi semua ini semata-mata dilakukan buat kebaikan diri lo sendiri. Dirga nggak lebih dari seorang pecundang andai apa yang lo ceritain ke gue itu benar adanya."

Athena meringis. "Bukannya lo ada di tempat kejadian, ya? Kemarin?"

Ares nampak berpikir keras. "Hm, kapan?" Ia bertanya. "Oh, pas gue meluk lo itu, ya? Anggap aja kalau gue merasa kasian sama lo, nggak punya bahu buat bersandar, hidup lo sedih amat, sih. Mata gue sampe berair gini, panas."

Athena merotasikan bola matanya dan kembali menenggak minuman dingin yang dibelinya. Menghabiskan waktu di atap sekolah ketika jam istirahat berlangsung, Athena setidaknya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sekadar pergi ke tempat itu untuk menemui pemuda yang belakangan mulai menghabiskan waktu bersamanya. "Jangan nyebelin, deh. Siapa juga yang suruh meluk gue, hm?"

ATHARES✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang