ATHARES - 36

176 27 16
                                    

Are you ready for it, dude?

***

Aku sedang sakit, kita pun sama. - ATHARES.

***

Ini merupakan kepentingan personal yang tidak ingin diumbar, tidak apa hidup tanpa adanya status yang mengekang asalkan mereka tetap berada dalam batasan selama waktu tidak menentu. Rasanya aneh dan begitu canggung ketika tidak ada kata di antara mereka yang sekiranya dapat menggambarkan suasana saat ini, duduk di sana dengan tatapan mengintimidasi datang dari salah satu pihak ketika keluarganya pergi untuk mengurus beberapa hal dan membiarkan mereka berbincang di satu tempat yang sama.

Rasanya semua itu baik untuk saat ini. Selama berada dalam pengawasan ketat di luar ruangan yang sesekali memastikan keadaan di dalam, percayalah bahwa saat ini Ares tidak lebih dari sekadar tahanan yang tengah dinantikan kedatangan orang tuanya.

"Mungkin gue nggak berhak untuk mengatakan apa pun, karena nggak peduli sekeras apa gue mencoba untuk menebusnya semua masih tetap kacau dan memperburuk keadaan," ujar Ares, menggenggam jemarinya yang terasa begitu dingin. Masih terhubung dengan selang infus yang membantunya dalam hal mendapatkan asupan nutrisi setelah tidak ingin mengonsumsi makanan apa pun. "Semua itu balik lagi ke lo selaku orang yang merasa dirugikan dalam hal ini. Apa pun yang terjadi, perlu lo ketahui bahwa gue menyesal."

Athena diam membisu, tatapannya sedari tadi menghujani permukaan kulit Ares dengan segenap perasaan canggung yang seakan membunuh keduanya secara perlahan. Berdasarkan pengakuan dari kedua orang tuanya, Athena kedapatan membuka suara dan mengatakan apa yang sekiranya terjadi padanya meski tidak mendetail sekali pun. Singkatnya, ia tidak mengatakan barang siapa yang telah melakukan semua ini terhadapnya.

"Jangan diem terus, Na. Segala upaya udah gue lakukan semata-mata demi kebaikan lo, kebaikan kita bersama. Karena apabila ada pihak yang patut disalahkan di sini, itu berarti gue. Karena nggak peduli sekeras apa gue mencoba, ada kalanya semua menjadi sia-sia belaka."

Ares masih berupaya untuk sekadar membujuk gadis di hadapannya ini agar angkat bicara. Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak waktu yang digunakan Ares untuk menetap dan tidak pergi ke mana pun meski merasa takut. Karena pada dasarnya, Ares merupakan seorang pecundang yang tidak dapat bertanggungjawab atas setiap perbuatannya.

Rasanya ingin menangis saja, pikir Ares yang sedang berperang dengan pikirannya. Mencari jalan keluar dari setiap permasalahannya yang tak berujung atau bahkan mereda sekalipun. Seakan karma sedang giat-giatnya mengejar Ares, mimpi buruk akan kehilangan Athena dan juga ibunya terus bergema dalam pikiran. Tak ayal hal tersebut membuat Ares enggan untuk sekadar berbaring dan memejamkan matanya untuk beristirahat. Tetapi, menyinggung bagaimana Ares dapat tidak melakukan apa pun ketika tidak sengaja bermalam di rumah Athena di kala hujan turun—semua itu seakan tidak masuk ke dalam hitungan dan tidak dapat diragukan lagi kebenarannya. Ares dapat tidur nyenyak setelah sekian lama tidak mendapatkan kualitas tidur yang baik.

Kini baik Ares maupun Athena sama-sama berada di dalam titik terlemah dari sebuah keputusasaan. Sehingga rasanya mati tidak akan bedanya karena sama buruknya dengan apa yang mereka jalani sewaktu masih bermukim di atas muka bumi fana.

Sungguh ironis.

Memperjuangkan hak dan juga hal yang bahkan tidak pernah disinggung perihal harga yang akan mereka dapatkan.

Sudah berjuang keras tanpa adanya saksi yang dapat memberikan pembenaran atas semuanya, tetapi tidak mendapatkan apa yang diinginkan karena dinilai mustahil. Menyebalkan.

ATHARES✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang