Izinkan aku membawamu masuk ke dalam ruang tak kasat bernama ketidakpastian di dalam hidup, akan ku bahagiakan dirimu karena kita sama-sama menderita di setiap tarikan napas di dunia fana ini - ATHARES.
Entah sejak kapan tingkat kepekaan Athena terhadap sekitar menjadi sekuat ini. Kali ini Athena sensitif terhadap pandangan seseorang, seakan ada secuil rasa trauma di dalam dirinya yang belakangan ditempa oleh permasalahan hidup. Bahkan ketika Hera menepuk bahunya untuk menyapa pun Athena terkesiap dan spontan saja menjauh.
"Demi tempurung kepala mang semongko si pedagang soto, lo kenapa sih?"
Athena terdiam dan tidak dapat berkata apa pun selain diam tak bergeming, mengeratkan genggaman pada tas ranselnya. Athena jelas terlihat lebih diam dari biasanya, mengingat betapa dingin dan minimnya rasa apatis Athena terhadap sekitar-bodoh sekali apabila hendak menyembunyikan semua itu dari endusan tajam Hera yang peka terhadap bangkai tersembunyi.
"Lo lagi ada masalah, ya?" Hera menerka-nerka, gambarannya samar mengenai apa yang sekiranya sedang Athena hadapi. Ia tidak sehebat itu rupanya.
"Ah, itu perasaan lo aja kali." Athena berusaha menepis setiap anggapan yang mungkin saja tengah berterbangan di dalam kepala Hera. Sebisa mungkin Athena bersikap setenang mungkin dan berjalan menuju kelasnya, setidaknya hingga Hera kembali mencekat tangan Athena untuk mencegahnya pergi terlalu jauh dari jangkauan. "Kenapa lagi, sih?"
"Tangan lo," Hera menunduk dan mendapati pergelangan tangan Athena lebam karena sesuatu hal. Jauh di dalam lubuk hatinya Hera yakin bahwa luka semacam itu ada di beberapa bagian tubuh Athena, dan itu tidak terlihat karena tertutup oleh seragam yang dikenakan. "Jangan bilang kalau nyokap lo main tangan lagi sama lo, Na. Maksud gue ini udah yang ke sekian kalinya, lo tau?"
Athena menghela napas dan menarik tangannya, melepas tautan tangan yang sedari tadi Hera ciptakan semata-mata demi mencegahnya pergi terlalu jauh. "Gue baik-baik aja, Her. Seriusan."
Hera tercenung dan mau tidak mau melepaskan genggaman tangannya. Membiarkan Athena pergi dan melangkah menuju kelas sebagaimana rencana awalnya, Hera tidak ingin menjadi pemicu atau salah satu alasan mengapa hari Athena buruk selama di sekolah. Rasa-rasanya mengalah merupakan langkah terbaik yang bisa diambil, untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHARES✓
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMA KASIH ] Athena yang patah hati bertemu dengan Ares yang sudah tidak memiliki semangat hidup. Tak memiliki alasan untuk senantiasa bersama selain memulihkan kondisi hati pasca kehilangan seseorang yang disayanginya, m...