ATHARES - 43

117 15 4
                                    

Ada hal tidak masuk akal yang kualami saat ini; kembali pulang, dan membiarkanmu pergi begitu saja — ATHARES

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada hal tidak masuk akal yang kualami saat ini; kembali pulang, dan membiarkanmu pergi begitu saja — ATHARES.

***

Sewaktu kecil, Athena pernah dibawa oleh mendiang ayahnya ke suatu tempat. Saat di mana cahaya matahari menyinari bumi untuk yang pertama kali di setiap paginya. Padang rumput yang luas, terbentang bermil-mil jauhnya. Tidak ada siapa pun di sana, terkecuali dirinya dan sang ayah yang belakangan menutupi rahasia kecil—hal yang secara tak langsung memudarkan senyuman pada wajah—diam-diam Athena tahu hal itu. Ia mengetahui semua, termasuk detail kecil seperti pertengkaran ibu dan ayah di setiap malamnya. Mereka kerap bertukar pikiran dan mendengarkan satu sama lain, namun sayang semua itu selalu berakhir buruk. Terakhir kali ibu pergi begitu saja, kembali ke rumah setidaknya setelah dua pekan menghilang tanpa kabar.

Aroma rerumputan yang basah sebab diselimuti oleh embun pagi hari, semerbak sensasi menggelitik pada hidung saat sapuan angin menerpa permukaan kulit, suara dari sepasang sepatu bot berwarna kuning yang terdengar berpadu dengan langkah lebar sang ayah. Semua itu bagaikan setoples kenangan berharga dalam diri Athena.

"Apa Papa sayang sama Mama?" Itu merupakan pertanyaan yang lolos dari sepasang bibir mungil, dengan tatapan polos yang seakan menuntut lawan bicara untuk segera memberikan penjelasan atas pertanyaan yang ada. "Nana lihat belakangan Papa murung. Nggak mau makan malam bareng di rumah. Pekerjaan Papa lagi banyak, 'ya? Papa bukan nggak mau main sama Nana karena lagi sibuk, 'kan?"

Pria berperawakan tinggi itu terkekeh pelan. Berlutut di sana guna menatap sepasang mata rusa putrinya dekat-dekat. "Papa sayang sama kalian berdua. Dan soal sikap Papa yang belakangan ini jarang pulang ke rumah, semua itu karena tuntutan pekerjaan dan keadaan."

"Eh? Bos Papa nggak bolehin Papa pulang?"

"Bukan nggak boleh, Sayang. Hal itu cenderung terhadap keadaan yang sedang Papa hadapi."

Athena tidak mengerti. "Keadaan?"

"Iya. Ada saat di mana dunia terasa begitu kejam. Bahkan ketika kamu bersikap baik sekali pun. Katakan aja kalau apa yang Papa lakukan selama ini selalu salah di mata orang lain, membuat Papa berpikir dua sampai tiga kali untuk sekadar memikirkan langkah selanjutnya dalam hidup ini," Ia menjelaskan. Detik selanjutnya merasa bodoh karena mengatakan semua itu pada anak kecil yang belum genap menginjak usia tiga tahun. Meringis pelan seraya mengusap bagian belakang kepalanya, pria yang menurunkan garis wajah rupawan pada Athena tersebut terkekeh pelan setelahnya. "Nggak paham, 'ya?"

Athena menggelengkan kepalanya.

"Gapapa. Seenggaknya kamu merupakan seorang pendengar yang baik, tetap seperti itu sampai kamu dewasa nanti. Papa yakin bahwa kamu akan membawa dampak terhadap seseorang, terlepas dari sikap mereka terhadap kamu, Athena. Jangan lepaskan siapa pun begitu aja, meskipun memaafkan rasanya begitu berat dilakukan. Tapi kamu harus membuka kesempatan pada siapa pun itu, kesempatan kedua terkadang dapat menyelamatkan hidup seseorang, lebih efektif daripada mengobati luka. Oke?"

ATHARES✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang