ATHARES - 31

225 41 5
                                    

Katakan saja bahwa aku tidak sebaik lalu yang kau rindu, membuang jarak dan sekat yang memisahkan dengan caraku - ATHARES

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Katakan saja bahwa aku tidak sebaik lalu yang kau rindu, membuang jarak dan sekat yang memisahkan dengan caraku - ATHARES.

Katakan saja bahwa aku tidak sebaik lalu yang kau rindu, membuang jarak dan sekat yang memisahkan dengan caraku - ATHARES

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apabila semula Athena hanya bertamu, maka saat ini ia ingin menetap di sana lebih lama. Anggap saja bahwa ia tidak ingin ditemukan oleh siapa pun, bahkan oleh Dirga yang menghubunginya semalam. Tanpa diduga pemuda itu memutuskan untuk kembali membuat kontak dengan Athena, setelah sekian lama menghilang bak ditelan bumi. Tak masuk di akal.

Tingkah laku Athena yang terkesan aneh dan dapat dinilai dengan sekali pandang agaknya disadari oleh Ares yang kini terduduk di hadapannya. Menyesap teh di sore hari, diiringi oleh alunan nada samar yang lolos dari gramaphone tua. Kebiasaan yang cukup berkelas untuk ukuran seseorang yang memiliki penampilan seperti itu, apabila seseorang mengatakan bahwa Ares lebih menyukai hal berbau motor dan juga kelab malam ketimbang teh dan alunan musik klasik—Athena jelas akan langsung mempercayainya.

"Gue nggak berhak untuk tau, 'kan?"

Athena mengecap bibir cangkirnya. "Tentang?"

"Tentang siapa yang udah menghubungi lo."

"Itu bokap gue."

"Lagi?" Ares bertanya kemudian. Seakan merasa tidak cukup atas apa yang telah Athena kemukakan secara gamblang.

Athena menggigit bibir bagian bawahnya. Entah harus bercerita demi kepentingan apa, seketika saja ia merasa bingung perihal apa yang akan disuguhkannya sebagai wujud dari tanggapan. "I-Itu Dirga. Semalem dia kirim pesan, tapi setelah itu dia nggak menghubungi lagi."

Ares tampak menaikkan salah satu alisnya. Tatapannya begitu tajam, surainya sedikit berantakan, pun penampilannya yang saat ini tampak mengenakan t-shirt berwarna hitam polos. Poin wajahnya mempesona dengan sinar matahari sore yang menerpa, begitu indah.

"Oh."

"Oh?" Athena mengernyitkan keningnya.

Ares tersenyum asimetris. "Kenapa? Berharap gue memberikan reaksi yang berlebihan?"

Athena mengangkat bahunya. "Bisa dikatakan begitu."

Ares menyesap minumannya dan melempar pandang ke luar jendela—di luar sana masih basah dengan sisa hujan masih turun. Sejak semalam hujan senantiasa turun tanpa diduga-duga. Bahkan ramalam cuaca tidak dapat mengatakan apa pun mengenai prediksinya yang meleset.

ATHARES✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang