Yang kulihat saat ini tidak lebih dari sekadar bayanganmu, terasa begitu dekat, sayang tidak dapat diraih - ATHARES.
***
Athena pasti sudah gila. Tiada henti menertawakan diri sendiri saat perjalanan pulang ke rumah, Athena tahu bahwa hampir keseluruhan akal sehat dan logikanya hilang entah ke mana. Lucu, lucu sekali. Hingga air mata menetes dari sudut matanya. Athena sama sekali tidak dapat mendeskripsikan perasaannya saat ini. Sedih, hingga rasanya ingin berteriak. Entah skenario semacam apa yang sedang dilakoninya, Athena tidak habis pikir.
Lagi pula apa yang diharapkannya saat mendatangi tempat tersebut? Sudah pasti Athena tidak akan mendapati apa pun selain rasa sakit hati belaka. Ares sudah menjalani hidupnya yang baru. Athena pun harus melakukan hal serupa. Melepaskan diri dari jerat nostalgia, kembali pada masa lalu hanya akan membuat keadaan kian kacau. Athena sudah sepatutnya mengetahui hal itu sejak awal. Ares sudah menjalaninya seorang diri, dan kini ia telah pergi.
Bodohnya, ia melakukannya. Tetap pergi ke sana.
Kembali membuka lembar lama harap-harap dapat merubah apa yang telah terjadi.
Athena tidak pernah merasa sebodoh ini sebelumnya. Maka dari itu saat sampai di rumah, Athena masih meratapi nasib. Harinya terlampau melelahkan saat menginjakkan kakinya di sana. Melewati ruang sunyi saat tidak ada siapa pun yang menyadari kepulangannya ke apartemen tersebut. Namun, belum sempat menyeka sisa air mata yang tertinggal di sana, Athena tertangkap basah oleh sepasang manik mata rusa yang saat ini tengah memperhatikannya. Tampak bertanya-tanya.
"Kak Athena?"
Gibran tidak berkomentar saat Athena menghampirinya dan memeluk tubuh mungilnya. Begitu erat. Sampai-sampai bocah laki-laki itu dapat mendengar degup jantung Athena. Ritmenya tidak beraturan. Seperti sedang merasa sedih, pikirnya saat membalas pelukan itu. Athena tidak kuasa menahan tangisnya, kini Gibran benar-benar berperan sebagai sandaran. Berusaha menenangkannya setelah larut dalam suasana yang cukup menyayat hati itu.
Athena tidak tahu bahwa ada rasa sakit semacam ini. Hatinya bahkan hampir tidak dapat merasakan apa pun lagi. Sakit, hanya hal itu yang Athena rasakan hingga napasnya sendiri terasa sesak. Air matanya pun sudah habis. Entah menangisi apa. Gadis itu bahkan tidak dapat menjawab pertanyaan Gibran soal apa yang terjadi. Athena pulang dengan keadaan kacau, ransel yang dibawa ke sekolah pun entah di mana keberadaannya, ponselnya mati, tidak dapat dihubungi dan tidak dapat ditemukan di mana pun. Semua poin yang disebutkan jelas akan membuat siapa pun merasa cemas. Termasuk Gibran, dan Ratna yang saat ini sedang bekerja lembur.
Suara tangis Athena sempat terdengar. Hingga pada akhirnya ia tidak dapat mengeluarkan satu apa pun dari pelupuk matanya yang sudah sembab dan bengkak.
"Kak, ada saat di mana kita terjatuh. Tapi, jangan sampai hal semacam itu membuat kita terluka."
Athena terdiam. Menatap sepasang mata yang saat ini sedang menatap dirinya begitu dalam. Perasaan ini, sensasi semacam ini, Athena tahu bahwa ia pernah merasakan hal demikian ketika berada di dekat seseorang. Seseorang yang saat ini membuat akal sehatnya hilang, tidak menyisakan apa pun dalam dirinya selain rasa pedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHARES✓
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA, TERIMA KASIH ] Athena yang patah hati bertemu dengan Ares yang sudah tidak memiliki semangat hidup. Tak memiliki alasan untuk senantiasa bersama selain memulihkan kondisi hati pasca kehilangan seseorang yang disayanginya, m...