Twenty Five

2.6K 215 0
                                    

Author’s View

          Kabar itu menyebar dengan cepat. Justin Bieber berhasil memenangkan lomba sains tingkat nasional. Untuk yang kesekian kalinya. Itu sebabnya pagi ini semua murid di kumpulkan di aula, untuk menyambut gelar juara yang Justin raih. Cailsey berbaris di belakang Stella, sementara Jake berada tepat di sampingnya, menahan tubuh Cailsey agar tak terlalu lelah karena hari ini gadis itu mulai menggunakan tongkatnya.

          Cailsey mendesis sesaat, membuat Jake dengan cepat menatap gadis itu khawatir. “Kau baik-baik saja?”

          Cailsey berdecak sebal, “Sebelah kakiku kebas karena tongkat sialan ini!” bisiknya pelan, namun tetap saja Stella yang berada di depan gadis itu mendengarnya.

           “Jadi apa yang harus kulakukan?” tanya Jake pelan, berusaha untuk tidak terdengar oleh murid dan guru yang lain. Karena saat ini Mrs.Marcus sedang berpidato di depan podium. Cailsey hanya diam dan menarik lengan Jake lebih dekat, ia memeluk lengan kokoh lelaki itu dan menyandarkan tubuhnya di sana. Jake hampir terjatuh di buatnya.

           “Cailsey, kau ingin membunuhku?” lirih Jake tertahan. Cailsey hanya menyembunyikan senyum kecilnya. “Tahan saja, okay? Kakiku benar-benar pegal!” bisik Cailsey.

          Mereka lantas kembali memusatkan perhatian ke depan. Walapun sebenarnya Cailsey sudah muak mendengar Mrs.Marcus yang terus berbicara.

           “Tahun ini... salah satu murid kebanggaan kita kembali sukses mengharumkan nama sekolah.” Mrs.Marcus berkata dengan gaya elegan dan sok anggun. Cailsey hanya memutar mata jengah, ia hanya menatap ke depan namun pikirannya melayang entah kemana.

          Tiba-tiba tepuk tangan yang begitu keras terdengar memecah keheningan, Cailsey menatap lurus ke depan dengan wajah datarnya. Justin terlihat menaiki panggung, berdiri di samping Mrs.Marcus dengan sikap tegap. Hati Cailsey terasa sesak melihat itu, setelah hampir tiga hari, kini akhirnya Cailsey melihat wajah itu lagi. Wajah datar yang kini tampak begitu asing baginya.

          Suasana aula kembali hening. Mrs.Marcus tersenyum, berbicara panjang lebar dengan kata-kata berlebihan yang isinya tentang kebanggannya terhadap Justin. Sementara di sampingnya, siswa lelaki itu diam-diam memperhatikan seluruh siswa , mencari wajah yang sangat ingin ia lihat beberapa hari terakhir. Sampai akhirnya pandangannya jatuh pada barisan di ujung kiri aula. Ia melihatnya. Ia melihat gadis itu.

          Justin terus memperhatikan Cailsey yang sedang menatap ke arah lain dengan wajah bosan. Cailsey sedang bersandar pada Jake, dan yang membuat Justin harus menahan napas adalah tongkat yang Cailsey pegang dengan tangan kirinya. Terlebih ketika kini mata gadis itu juga tertuju pada Justin. Jantung Justin berdetak cepat dalam hitungan detik, melihat Cailsey yang menatapnya dengan cara seperti itu membuat Justin merasa aneh. Cailsey menatapnya seolah ia adalah orang asing yang tak pernah Cailsey kenal sebelumnya.

          Dan setelah hampir satu menit saling melempar pandang seperti itu, Cailsey terlebih dahulu menoleh, memalingkan wajah untuk tidak lagi menatap Justin dari kejauhan. Dan dari sinilah Justin dapat menyimpulkan, Cailsey memang tak ingin lagi melihat wajahnya!

***

 

Justin Bieber’s View.

Coldest TemperatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang