Elise membuka pintu lokernya, dan ia mendesah berat ketika melihat ruang kecil itu penuh sesak. Ia kemudian membuka tasnya lantas memasukkan beberapa barang hingga tas itu penuh. Lalu Elise mengambil beberapa buku tebal dan menutup loker dengan beberapa barang yang tersisa di dalamnya. Elise membetulkan letak tasnya dan mendekap bukunya dengan erat. Ia tampak kerepotan.
Gadis itu berjalan di atas sepatu bot setinggi tujuh centi yang ia pinjam dari Savanna. Elise juga mengenakan pakaian yang bagus dan cukup modis. Tentunya setelah Savanna yang memilihkannya. Hari ini, ia dan ibunya akan ke kota untuk membeli perlengkapan natal. Memang terlalu cepat, tapi ini sudah menjadi strategi berbelanja keluarga mereka.
Ibunya akan datang kurang dari setengah jam lagi, itu sebabnya Elise memutuskan untuk mengambil barang-barang yang menumpuk di lokernya agar lebih memudahkannya saat berkemas ketika liburan nanti. Kepala Elise mengintip dari balik tumpukan buku, melihat ujung koridor yang semakin dekat.
Namun ketika gadis itu berbelok, tiba-tiba ia merasakan sesuatu menghantamnya. Sepatu yang ia pakai membuat keseimbangannya semakin terganggu hingga Elise terjatuh diikuti dengan buku-bukunya yang berserakan.
“Aww!” Elise mengerang sambil mengusap bokongnya yang sakit.
“Maaf, aku tidak melihatmu.” Suara itu terdengar tidak asing, membuat Elise terdiam sejenak. Ia melihat sesorang berlutut dan dari postur nya Elise tahu bahwa dia adalah seorang lelaki.
“Elise?”
“Co-Connor?” Gadis itu terbata melihat wajah Connor. Ia lantas tersenyum kikuk, “Maaf.” Bisiknya pelan.
Connor tidak menjawab dan malah mengumpulkan buku-buku Elise yang beserakan. Elise sendiri hanya diam, memperhatikan Connor melakukan semua itu. Ia mendadak kaku dan tak tahu harus berbuat apa. Kejadian beberapa hari yang lalu kembali terulang di benaknya.
Gadis itu tersentak ketika Connor tiba-tiba membalas tatapannya. Ia segera memalingkan wajah dan berpura-pura membetulkan tasnya.
Connor menarik lengan Elise untuk berdiri, dan sentuhan itu membuat Elise semakin jatuh ke dalam rasa sakitnya. Dimana Connor hanya akan menyentuhnya dan memperlakukannya sebagai teman. Dimana Connor takkan pernah membalas perasaannya sampai kapanpun.
“Kau harus berhati-hati.” kata Connor sambil menatap Elise tanpa senyum. Elise mengangguk kaku dan mengambil buku-bukunya dari tangan Connor.
“Terimakasih.” Lirihnya pelan.
“Kau akan pergi? Kau terlihat begitu... berbeda.”
Oh, kini Elise ingin berterimakasih kepada Savanna yang telah menyulapnya sehingga tampak seperti gadis kota. Dan juga kepada Stella yang telah meminjamkan mantel cantik yang ia bawa dari Inggris. Elise memberanikan dirinya untuk segera menatap Connor, namun kekecewaan kembali melandanya ketika tahu Connor tidak bersikap seperti biasa. Ia tidak tersenyum ataupun memasang cengiran bodohnya. Tatapannya juga masih berbeda. Dan Elise tahu tembok di antara mereka belum runtuh. Connor masih marah padanya.
“Aku akan ke kota.”
Connor mengangguk dan tersenyum kaku. “Berhati-hatilah.” Ucapnya lantas kembali berjalan melewati Elise.
Elise menghela napas panjang. Entah sampai kapan Connor akan bersikap seperti ini padanya. Tapi tidak ada gunanya jika ia harus bersedih. Ia hanya perlu menunggu dan membiarkan waktu yang menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Temperature
FanfictionCailsey McCarden adalah gadis yang dingin, pendiam dan selalu bersikap acuh dengan orang-orang di sekitarnya. Satu-satunya orang yang bisa membuatnya bicara dan tertawa hanyalah Calis, adik sekaligus sahabat untuknya. Namun, ketika kedua orang tua C...