Thirty Four

2.5K 199 1
                                    

          Siang itu, kantin ramai seperti biasanya. Cailsey, Elise dan para gadis duduk bersama di satu meja. Lengkap dengan makanan mereka masing-masing. Semua larut dalam pembicaraan, kecuali Stella yang sibuk dengan iPod dan musik klasiknya.

           “Natal tahun ini aku tetap tinggal di Cobham. Orang tuaku terlalu sibuk untuk menjemputku.”

           “Apa? Kau serius?” Elise tampak terkejut mendengar penuturan Savanna.

           “Aku serius. Setidaknya dad akan mengirim banyak uang, aku bisa berpergian dan berbelanja sendiri.” Savanna tersenyum sangat manis kepada teman-temannya. Elise memutar mata, Savanna memang terlahir di keluarga kaya raya yang mempunyai seribu kesibukan. Namun gadis itu tampak menikmati dan tidak keberatan. Ia selalu punya rencana agar kehidupan remajanya tetap bahagia.

           “Ku dengar, seluruh rumah mode di New York mengadakan sale besaran-besaran. Kau tidak berminat?” Kiara yang tahu tentang selera fashion Savanna memberi usul. Savanna kembali tersenyum simpul, sambil memandang Kiara dengan kilat binar di matanya.

           “Aku tahu. Akhir tahun nanti, aku akan terbang ke New York!”

          Elise dan Kiara langsung terbelalak, Cailsey yang sejak tadi sibuk memakan kentang gorengnya pun ikut menoleh.

           “Kau gila? Kau akan ke New York sendirian?”tanya Cailsey dengan nada dinginnya.

           “Bukankah lebih baik kau pulang ke rumahmu saja?”

           “Elise benar. Kau masih kecil untuk sendirian di kota sebesar New York.”

          Savanna hanya mengangkat bahu tak peduli. Ia sudah terbiasa berpergian seorang diri. Selain karena ia anak tunggal, orang tuanya juga tak pernah membatasi ruang gerak Savanna. Tidak seperti orang tua lainnnya yang terkadang terlalu khawatir kepada putri sematawayang mereka.

           “Orang tuaku sedang dalam perjalanan bisnis ke Asia. Tidak ada gunanya aku pulang ke rumah. Bagaimana jika kau ikut saja? Kurasa uangku akan cukup untuk membeli satu tiket lagi.” Savanna mengedipkan satu matanya kepada Kiara.

          Namun, bukannya senang, Kiara malah cemberut. Ia mendengus keras dan menyesap jusnya kasar. “Sayangnya aku tidak bisa lari dari orang tuaku. Kami akan menginap di rumah nenekku selama beberapa minggu.” Sungutnya tak senang. “Lagipula baju-baju bermerek itu tidak akan membuat orang-orang desa terkesan. Tidak ada gunanya.”

           “Ya sudah kalau begitu. Bagaimana denganmu, Elise? Ku dengar kau hanya akan tinggal di rumah selama liburan?”

          Elise yang tadinya tampak tidak terlalu memikirkan nasib buruknya itu kini kembali muram. gadis itu mengangguk lemah dan berkata,”Ya. Aku memang tidak kemana-kemana selama liburan nanti.”

           “Kau bisa ikut denganku.”ucap Savanna bersemangat. Namun Elise malah meringis kecil,”Aku tidak yakin orang tuaku akan menginzinkanku pergi sejauh itu.”

           “Bukan masalah. Aku yang akan bicara pada ibumu.” Savanna memasang wajah sok pahlawannya sambil menepuk dadanya beberapa kali. “Ngomong-ngomong, dimana bocah-bocah lelaki itu? Tidak biasanya mereka menghilang seperti ini.” tanyanya kemudian.

          Elise, Kiara dan Cailsey ikut memutar mata ke sepenjuru kantin, dan tidak menemukan wajah Justin, Skandar, Connor, Jake, ataupun Kevin.

           “Kau benar. Biasanya kita selalu makan bersama kan? Paling tidak Connor, Jake dan Kevin selalu bersama kita.”

          Cailsey yang mendengar itu hanya mengangguk samar, ia kemudian kembali memutar kepalanya untuk menatap makanan di depannya. Mereka pun kembali melanjutkan makan dalam diam. Sebelum akhirnya keributan muncul.

Coldest TemperatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang