Two

4.6K 324 3
                                    

           Cailsey mengikuti langkah sepupu perempuannya itu, memasuki gedung asrama yang terbilang cukup besar. Entah berapa orang yang tinggal disini, Cailsey tidak bisa menafsirkannya. Ketika mereka mulai masuk, tepat di sebelah kanan ada tangga sempit menuju atas, dahi Cailsey berkerut, apa pihak sekolah tidak berniat untuk memperluas tangga  itu? Atau mungkin menambah penerangan, mengingat pencahayaannya yang kurang.

            “Tangga itu untuk murid yang tinggal di lantai dua,”

           Harusnya Cailsey tidak terkejut, tentu saja gedung kuno ini mempunyai lebih dari satu lantai. Cailsey hanya tidak bisa membayangkan bagaimana murid-murid sebanyak itu melewati tangga yang sempit berbondong-bondong. Oh, itu akan menjadi pemandangan yang cukup bagus.

            “Kau beruntung mendapatkan kamar di lantai satu. Bisa memperkecil kemungkinan untuk terjatuh dari tangga atau terlambat ke kelas hanya karena melewati kerumunan di tangga” Elise kembali berucap, sementara Cailsey hanya mengangguk singkat. Tidak ada kata yang muncul di otaknya untuk di ucapkan, jadi lebih baik ia membungkam mulutnya.

           Cailsey terus berjalan, suara-suara dari dalam kamar di samping kanan-kiri nya mulai terdengar. Halus dan tidak begitu jelas. Sepasang mata biru gadis itu tidak lepas dari nomor-nomor serta nama yang tertempel di setiap pintu. Dalam hati ia menghitung, setiap kamar terdiri dari empat sampai lima orang. Dan seketika, bayangan tentang sebesar apa ruangannya nanti muncul, ia tidak tahu apa yang akan dilakukannya jika ia harus tidur berdesakkan dengan orang lain.

            “Ini kamar kita, aku harap kau mengingat nomornya,” Elise memperingatkan, mau tak mau membuat Cailsey memutar matanya untuk melihat papan berwarna coklat tua dengan ukiran di sekitarnya yang tertempel di pintu. Di bagian atas tercetak angka 026, dan di bawah itu ada huruf-huruf tercetak rapi. Daftar nama.

            “Cailsey McCarden, Elise Hailey, Kiara Meredith, Savanna Kendra, Stella Jadyn” Cailsey membacanya lirih. “Namaku di tempat pertama?”

           Elise mengangguk,”Sesuai urutan abjad. Tenanglah, mereka semua baik. Ayo masuk, mereka sudah tak sabar menunggumu,” lalu pintu terbuka tepat setelah Elise menyelesaikan ucapannya. Kedua gadis itu tersentak, lantas menatap gadis berambut pirang hampir putih yang berdiri di ambang pintu. Elise tersenyum canggung ketika sadar Kiara sedang memandangnya tajam.

            “Harusnya kau membawanya masuk, bukan mengobrol di depan pintu Ms. Hailey! Dasar tidak sopan.” ketus Kiara membuat Elise meringis.

            “Hai, aku Kiara Meredith, kau pasti Cailsey, kan?” gadis itu mengulurkan tangannya, tersenyum ramah dan menatap Cailsey dengan pandangan bersahabat. Tidak membiarkan Kiara menunggu, Cailsey dengan cepat menyambut uluran tangan gadis manis itu, wajahnya datar seperti biasa, namun dengan usaha yang cukup keras, akhirnya Cailsey mampu menyunggingkan senyum tipis. Hampir tidak terlihat.

            “Ya, aku Cailsey”

            “Oh, kami sudah sangat penasaran denganmu sejak papan nama mu tertempel di depan pintu, tapi sepertinya sepupumu ini tak mengerti, ia tak ingin berbagi teman baru dengan kami.” Sinis Kiara sambil menatap Elise sejenak. Yang ditatap hanya mendengus kesal, tidak berusaha membantah ataupun melawan. Tidak akan ada yang menang jika beradu mulut dengan Kiara.

            “Lebih baik kau segera masuk, kau harus mengenal penghuni lainnya,” Kiara dengan cepat menyambar koper yang sejak tadi bersandar di samping Cailsey, lantas menarik Cailsey untuk masuk ke dalam ruangan.

           Kesan pertama yang di dapat gadis itu adalah... nyaman. Kamar ini cukup luas, dengan lima ranjang pribadi yang di letakkan berhadapan, juga ada meja bertingkat yang merangkap peran sebagai lemari. Itu terlihat dari laci dan pintu-pintunya. Di sudut ruangan ada sebuah pintu berwarna putih, yang Cailsey yakini sebagai kamar mandi, terlebih lagi ketika ia mendapati seorang gadis dengan rambut basah keluar dari sana. Wajahnya lembut, seperti putri kerajaan.

Coldest TemperatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang