Twenty Nine

2.6K 208 0
                                    

           “Apa kau melihat Elise?” Connor bertanya pada seorang teman yang kebetulan lewat. Ia menggeleng, membuat Connor mendesah kecewa lalu mengucapkan terimakasih. Connor kembali berjalan, sudah hampir satu sekolah ia telusuri hanya untuk mencari Elise. Padahal hari ini mereka tak punya tugas apapun, dan biasanya di jam-jam seperti ini Elise akan berada di kamarnya. Namun ketika Connor melihatnya tadi, ia tak menemukan gadis itu. Cailsey bilang, Elise sudah keluar sejak setengah jam yang lalu.

            “Dimana aku harus mencarinya?” Connor menggerutu sendiri. Rambutnya sudah hancur akibat ia acak-acak sejak tadi. Lelaki itu lantas memutuskan untuk pergi ke ruang teater. Elise termasuk anggota ekskul drama, mungkin saja gadis itu sedang berada di sana.

           Kurang dari lima menit kemudian, saat Connor akan berbelok ke koridor yang ada di sebelah kanannya, lelaki itu mendengar suara Elise. Dan sayup-sayup ia juga mendengar suara berat lainnya. Connor mengernyit lalu memutuskan untuk mengintip. Dan benar saja, ia melihat Elise sedang berdiri bersama seorang lelaki di depan pintu teater. Tak ada siapapun di sana, kecuali mereka berdua.

           Connor berusaha menajamkan pendengarannya, dan matanya membulat seketika saat menyadari apa yang sedang Elise dan lelaki itu bicarakan.

            “Kau mau? Aku benar-benar berharap kau bisa menjadi pasanganku sabtu nanti.”

           Elise terlihat gugup dan bingung. Selain lelaki yang di depannya adalah seorang kakak kelas, Elise juga merasa segan karena lelaki ini juga termasuk anggota senior di ekskulnya. “Umm.. bagaimana ya..?” Elise kembali menggaruk tengkuknya. Wajah gadis itu pun terlihat ragu.

           Connor yang memperhatikan semua itu dari jarak yang tak terlalu jauh mulai khawatir, bagaimana jika Elise menerima ajakan lelaki itu? Harapan Connor akan pupus begitu saja.

            “A-aku... sepertinya-“

            “ELISE!!!”

           Elise terkejut setengah mati saat namanya disebut dengan begitu kencang. Ia menoleh ke sumber suara dan rasa terkejutnya semakin bertambah besar ketika Connor berlari ke arahnya, lengkap dengan ekspresi paniknya.

            “Connor? Apa apa?” tanya Elise ikut panik. Connor menarik napas, berpura-pura sesak. “Cailsey.. dia..” lelaki itu sengaja memutuskan ucapannya, karena Connor sendiri juga bingung apa yang harus ia katakan.

            “Ada apa dengan Cailsey?” Elise berseru tak sabar, semakin panik ketika nama sepupunya di sebut-sebut.

            “Cailsey... ah sudahlah. Ayo, ikut aku! Kita harus cepat!” Cercah Connor terburu-buru. Ia lantas menarik lengan Elise begitu saja, menghiraukan tatapan bingung dari lelaki yang tadi bersama Elise dan Elise sendiri.

           Connor menyeret gadis itu sejauh mungkin, membawanya berlari memutari ruang teater dan berhenti di ujung balkon yang buntu. Connor melepaskan pegangannya pada lengan Elise dan mencoba menghirup udara sebanyak mungkin. Begitu pun Elise, ia sampai tak mampu berkata-kata karena tindakan Connor yang tiba-tiba.

            “Maaf, aku harus melakukan itu,” ucap Connor dengan napas putus-putus. Ia merosot ke bawah, bersandar di dinding balkon guna beristirahat.

            “Apa yang terjadi? Dimana Cailsey? Mengapa kau mengajakku ke tempat ini?” Elise menatap sekitar mereka yang kosong. Tentu saja! Memang siapa lagi yang pergi ke balkon terbelakang seperti ini? Selain sunyi, tempat ini sesungguhnya juga seram karena jarang di kunjungi.

Coldest TemperatureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang