Pagi itu seluruh warga sekolah gempar. Kabar menghilangnya Cailsey menyebar begitu cepat. Thomas dan temannya sudah menjelajahi hampir seluruh jalan desa malam tadi, namun Cailsey tak di temukan dimana pun.
Hari ini Mrs.Marcus mengerahkan seluruh petugas untuk mencari gadis itu. Wanita paruh baya itu bertindak dengan cepat. Ia bahkan sempat menyayangkan mengapa Skandar dan yang lainnya baru melapor pagi ini.
Di salah satu sudut kantin yang sunyi, seorang lelaki sedang duduk merenung. Justin sangat ingin pergi ke luar untuk mencari Cailsey, namun tentunya ia takkan pernah mendapat izin dari pihak sekolah. Penampilannya hari ini tampak tidak seperti biasa. Justin memang berpakaian seragam lengkap yang rapi, namun rambutnya tidak tertata sempurna, wajahnya pun muram karena tak tidur semalaman suntuk.
“Ku pikir waktu makan siang masih empat jam lagi.” Skandar tiba-tiba muncul dan duduk di depan Justin. Ia sempat menatap kantin yang sunyi karena ini memang masih jam belajar. “Apa yang kau lakukan di sini?”
Justin mendengus dan meminum air mineral dari botolnya. “Aku tidak bisa fokus selama Cailsey masih berkeliaran di luar sana.”
“Semua orang sedang berusaha mencarinya.”
“Aku tahu.” Justin menghela napas panjang. “Semua ini salahku.” Sambungnya tampak muram.
“Tidak ada yang patut disalahkan, Justin.”
“Tapi ini memang salahku. Andai saja aku mengerti apa yang Cailsey inginkan, kami takkan bertengkar. Ia akan ikut denganku seperti biasa, bukan pergi ke desa sendirian dan menghilang seperti ini.” Justin menundukkan kepalanya dan kembali menghela napas panjang. “Ini salahku.”
Skandar menepuk pundak Justin pelan. Ini adalah pertama kalinya ia melihat Justin seperti ini. Justin yang begitu khawatir dan menyalahkan dirinya sendiri.
“Semua sudah terjadi, Justin. Cailsey akan kembali, percayalah.”
“Ya. Ia akan kembali.” Ucap Justin pelan. Skandar hanya menggeleng melihat Justin yang masih menunduk dan seakan menyalahkan dirinya sendiri. Skandar kini semakin yakin bahwa sesungguhnya lelaki itu benar-benar mencintai Cailsey, hanya saja... Justin terlalu penakut. Ia selalu ragu untuk menentukan langkah apa yang ia harus ambil.
Justin sendiri hanya diam. Pikirannya sibuk memikirkan Cailsey. Dimana dia saat ini? Apa yang ia lakukan? Apakah dia baik-baik saja? Justin terus bertanya-tanya. Perlahan namun pasti rasa sakit di hatinya kian bertambah. Ada beban yang memberati dadanya, dan Justin sadar bahwa beban itu hanya akan hilang jika melihat Cailsey.
Oh, andai waktu bisa di ulang, Justin pasti akan memeluk Cailsey malam itu, mengatakan apapun yang gadis itu ingin dengar. Namun semua sudah terlambat. Ia sudah terlanjur menyakiti Cailsey dengan kebodohannya, membuat gadis itu marah dan akhirnya menghilang seperti ini. Justin telah gagal melindungi gadis itu. Justin telah gagal menjaga Cailsey untuk tetap di sampingnya.
“Kalian curang!”
Sebuah suara berhasil membuat Justin dan Skandar menoleh. Mereka melihat Connor yang pagi ini juga tampak muram sedang berjalan dengan malasnya ke arah meja yang mereka tempati.
“Kalian bolos dan tidak mengajakku.” Sungutnya duduk di samping Skandar. Skandar tertawa kecil. “Mengapa kau di sini? Bukankah Mrs.Hartle masih di kelas?”
“Aku sadar kau dan Justin tidak ada di kelas. Jadi aku permisi ke toilet dan mencari kalian.”
“Sejak kapan bocah tolol sepertimu pandai berbohong?” Justin yang tadinya diam kini mengejek Connor dengan kejinya. Connor mendengus keras dan memalingkan wajahnya sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Coldest Temperature
FanfictionCailsey McCarden adalah gadis yang dingin, pendiam dan selalu bersikap acuh dengan orang-orang di sekitarnya. Satu-satunya orang yang bisa membuatnya bicara dan tertawa hanyalah Calis, adik sekaligus sahabat untuknya. Namun, ketika kedua orang tua C...