33

120 13 0
                                    

Kinara berjalan sembari memegang tas selempangnya erat, ia terus memikirkan ucapan Devan. Apa pria itu memang benar-benar mencintainya?

Ponsel Kinara bergetar, ia mendapatkan pesan dari Ibunya.

[Mama]
Kamu lembur hari ini? Gak biasanya kamu belum pulang jam segini.

[Kinara]
Kinar udah pulang, Ma. Ini lagi di jalan.

Kinara sudah pulang kerja sejak tadi, tapi ia tidak berniat pulang ke rumah. Ia hanya ingin sendiri untuk saat ini.

Gadis itu melihat mobil Marcel menepi di pinggir jalan. Ia melewati pria itu, namun Marcel dengan cepat mencekal tangan Kinara.

"Marcel, lepasin tangan aku! Kenapa sih kamu harus ngeliat aku di sini! Aku lagi pengen sendiri!" bentak Kinara sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Marcel.

"Tapi ini udah malem, jalanan makin sepi. Kamu udah gila?!" ucap Marcel.

"Jangan ikut campur sama urusan aku lagi. Kita udah gak punya hubungan apapun!"

"Kalau gitu aku bakal nemenin kamu." Marcel melepaskan tangan Kinara.

Kinara tidak membalas ucapan pria itu. Ia kembali berjalan seperti sebelumnya, namun kali ini langkahnya lebih cepat.

Marcel mengejar Kinara dan menyamakan langkah kakinya dengan gadis itu. "Gimana kalau kita ke club, setidaknya minuman bisa bikin kamu lupa sama masalah kamu. Daripada kamu jalan-jalan gak jelas gini," ucap Marcel.

Kinara menoleh ke arah Marcel, entah apa yang telah merasuki dirinya sampai ia menjadi tertarik dengan ajakan pria itu.

"Oke, kita ke club sekarang."

Marcel tidak menduga Kinara akan menyetujui ajakannya. "Ayo," balas pria itu sambil tersenyum.

****

"Udahlah, Van. Gak usah terlalu dipikirin. Cewek kalau makin disayang makin gelunjak. Mending kita main PUBG aja," ajak Zaki.

"Oke deh, lo berdua gak mau ikutan?" tanya Devan kepada Tenlio dan Johnny. Ia hanya mendapat gelengan kepala dari kedua orang itu.

"Alah, gak asik lo berdua," sahut Zaki.

"Kalau kamu main PUBG aku dicuekin dong," ujar Rosi.

Zaki menggaruk kepalanya, ia lupa jika ada Rosi di sana. "Kalau gitu gue gak jadi main deh, Van."

"Aku cuma bercanda, sayang. Kamu main aja, aku gak apa-apa kok."

"Beneran?"

"Iya."

"I love you," ucap Zaki sambil tersenyum manis.

"I love you too," bisik Rosi di telinga Zaki lalu mengecup pipi pria itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I love you too," bisik Rosi di telinga Zaki lalu mengecup pipi pria itu.

"Lo berdua apaan sih malah mesra-mesraan depan gue," gumam Devan.

"Lo pengen kan," ledek Zaki dan mengecup bibir Rosi.

"Tau ah, buruan main."

Ketika mereka memulai permainan, Devan dan Zaki tampak serius. Namun di tengah permainan Devan tiba-tiba mendapatkan panggilan dari Kinara.

"Gue berhenti, Za." ucapnya lalu menjauh dari sana untuk menjawab panggilan itu.

"Devan sayang," ucap Kinara diseberang sana sambil terkekeh pelan.

"Kamu lagi di mana, Kinara? Kenapa di sana berisik banget?"

"Aku lagi di club sama Marcel. Di sini banyak orang lagi ciuman."

"Apa?! Kamu di club mana? Biar aku ke sana sekarang." Devan sangat khawatir. Ia akan membunuh Marcel jika terjadi sesuatu yang buruk pada Kinara.

"Aku gak tau. Kepala aku pusing banget."

Kinara mengakhiri panggilan itu secara sepihak. Devan mencoba menghubunginya, tapi ponsel gadis itu sudah tidak aktif.

"Bantu gue nyari Kinara di club," ucap Devan. Semua yang berada di ruangan itu tampak bingung.

"Club? Kinara ke club?" tanya Tenlio.

"Iya, tapi gue gak tau dia ada di club mana sekarang. Please bantu gue."

Zaki menoleh ke arah Rosi. "Aku anter kamu pulang dulu, ya."

"Aku ikut kamu nyari Kinara."

"Tapi, sayang." Zaki tahu Rosi benci club malam.

"Mending sekarang kita langsung nyari Kinara," sahut gadis itu.

****

Devan, Zaki dan Rosi berada di dalam satu mobil. Sedangkan Tenlio dan Johnny di mobil lainnya. Mereka memutuskan untuk berpencar.

"Gue gak ngerti sama Kinara, dia kan polos ya. Kok mau sih diajak ke club sama Marcel?" tanya Zaki pada Devan yang sedang menyetir.

Rosi memukul lengan Zaki. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan itu.

"Sakit, kenapa sih?"

"Diem, jangan banyak omong," jawab Rosi berbisik-bisik.

Devan menghentikan mobilnya di salah satu club yang sering ia datangi. Ia berharap Kinara berada di sana.

Zaki dan Rosi masuk ke dalam Club itu setelah Devan dan mereka pun mulai mencari keberadaan Kinara.

"Itu Kinara, kan?" tunjuk Rosi.

Devan membelakkan matanya, Kinara sedang menari di lantai dansa. Ia segera mendekati gadis itu. Devan menangkup wajah Kinara yang masih asik menari mengikuti irama musik.

"Sayang, Kita pergi dari sini."

"Devan," balas Kinara senang dan melingkarkan kedua tangannya di leher pria itu.

"Sayang, kamu mabuk." Devan membawa Kinara ke luar dari sana dengan bantuan Zaki dan Rosi.

"Lo mau ngapain lagi, Van?" tanya Zaki saat Devan kembali masuk ke dalam club.

Devan menarik kerah baju Marcel dan menyeret pria itu keluar. Ia memukul pria itu dengan membabi buta.

"Brengsek! Ngapain lo bawa cewek gue ke tempat kayak gini?!"

Marcel hanya bisa pasrah, ia mabuk. Pria itu tidak punya tenaga untuk membalas pukulan Devan.

"Sayang, kamu kenapa diem aja. Suruh Devan berhenti mukulin Marcel," ucap Rosi dari dalam mobil, di sampingnya sudah ada Kinara yang tidak sadarkan diri.

"Biarin aja, aku juga kesel sama Marcel."

"Kamu mau Devan dituntut dan masuk penjara? Dia mukulin Marcel sampai kayak gitu," geram Rosi.

Zaki membenarkan ucapan Rosi. Ia menepuk bahu Devan. "Van, udah. Kita pergi dari sini, dia bisa mati."

"Sekali lagi lo ngedeketin cewek gue. Jangan harap lo bisa selamat dari gue!" ancam Devan. Ia masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah Kinara.

"Lo yang nyetir, Za. Kita ke rumah gue," ucap Devan. Kebetulan orang tuanya sedang pergi ke luar kota.

Zaki mengangguk mengerti, Devan tidak mungkin mengantar gadis itu pulang dalam keadaan mabuk seperti itu.

****






One MonthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang