16

124 18 0
                                    

Setelah menghabiskan sarapan paginya. Kinara bersiap berangkat kerja. Gadis itu tersenyum senang ketika melihat mobil Marcel sudah berada di depan rumahnya.

"Pagi, sayang," sapa Kinara.

Marcel mengecup kening Kinara. "Pagi."

Kinara mengerutkan dahinya ketika melihat seikat bunga di tempat duduk belakang. Ia mengambil bunga itu lalu beralih menatap Marcel.

"Bunga lily? Ini buat siapa?" Kinara menyukai bunga mawar. Marcel tidak mungkin lupa dengan bunga kesukaannya. Ia yakin bunga itu untuk orang lain.

Marcel merutuki kebodohannya. Ia lupa menyembunyikan bunga itu dari Kinara. Itu adalah bunga yang akan ia bawa ke makam Gita nanti.

"Buat Mama. Mama ulang tahun hari ini." Marcel mengambil bunga lily itu dari tangan Kinara.

Kinara menganguk. "Jadi Mama kamu ulang tahun hari ini?"

"Iya," balas Marcel sambil tersenyum.

Kinara diam-diam mengirimkan pesan ucapan selamat ulang pada Ibu Marcel tanpa sepengetahuan pria itu. Namun balasan yang ia dapat begitu mengejutkannya.

Ulang tahun tante dua bulan lagi, Nak.

Marcel sudah berbohong. Tapi kenapa Marcel berbohong? Sebenarnya bunga itu untuk siapa? Begitu banyak pertanyaan dalam benak Kinara. Namun gadis itu mencoba untuk tetap percaya pada Marcel. Walaupun sebenarnya ia tidak bisa tenang memikirkan semua itu.

Marcel yang merasa Kinara terdiam begitu lama. Menyentuh tangan gadis itu. "Sayang, kamu kenapa?

"Emang aku kenapa?"

"Kamu diem aja dari tadi."

Kinara tersenyum tipis. "Aku enggak apa-apa."

****

"Berarti sekarang kita sama dong, Za." Tenlio berbicara pada Zaki yang tampak begitu murung.

"Maksud lo?" tanya Zaki malas.

"Maksud gue, sekarang kita sama-sama jomblo," sahut Tenlio sambil tertawa. Sejak mengetahui Zaki dan Rosi tidak berpacaran lagi. Tenlio tampak begitu senang menggoda sahabatnya itu.

"Diem lo! Gue lagi gak mood bercanda."

"Yaelah lo galau banget. Lo ganteng, cari yang baru aja."

"Bacot lo ya!" Zaki berniat memukul kepala Tenlio, namun tidak mengenai pria itu.

Tenlio kembali tertawa lalu duduk di dekat Devan yang sibuk bermain game. "Kenalin dia sama temen cewek lo, Van."

"Mau gue kenalin sama temen gue, Za?" Devan menimpali tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"Enggak, mending lo kenalin sama Ten. Dia lebih butuh," jawab Zaki.

"Yakin lo gak butuh? Siapa tau Rosi udah punya pengganti lo sekarang." Tenlio mengangkat kedua alisnya.

"Terong sialan!" Zaki menghampiri Tenlio lalu memukul lengan pria itu dengan keras. "Temen kurang ajar lo!"

"Lo berdua berantem mulu. Nikah gih." Johnny yang sejak tadi hanya diam mulai mengeluarkan suaranya.

"Ngaco lo, John," Tenlio mengusap-usap lengannya. "Gila! Pukulan orang lagi putus cinta sakit juga ya."

"Makanya lo jangan suka ngebacot." Devan membaringkan tubuhnya di sofa lalu membuka ruang obrolan kontak Kinara. Ia tiba-tiba merindukan gadis itu.

[Devan]
.

Devan hanya mengirimkan titik tanpa mengetikkan pesan apapun. Ia tidak sabar menunggu balasan Kinara.

One MonthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang