26

140 16 0
                                    

"Aku juga cinta sama kamu," ucap Kinara untuk kesekian kalinya. Rasanya ia sudah mengatakan kalimat itu sebanyak sepuluh kali. "Kamu masih belum percaya kalau aku cinta sama kamu?"

Devan tersenyum lalu menggengam satu tangan Kinara dan mengecup punggung tangan gadis itu. "Aku bukannya gak percaya, aku cuma pengen denger kamu bilang kayak gitu terus."

Mendengar Devan mengubah lo menjadi kamu membuat Kinara tidak mampu menahan senyumnya.

"Kenapa? Kamu kok senyum terus?"

"Kamu juga senyum terus," balas Kinara.

"Ya itu karena aku lagi seneng," sahut Devan sambil memandangi wajah cantik Kinara.

"Devan kamu harus fokus, ntar nabrak lagi."

Devan memang sedang menyetir mobilnya. Namun ia merasa sangat sulit untuk mengalihkan pandangannya dari Kinara.

"Gimana aku bisa fokus kalau ada cewek secantik kamu duduk di samping aku."

"Gombal banget sih, tapi ngomong-ngomong kita mau kemana?"

Tatapan Kinara tertuju pada pepohonan di luar sana. Ia masih menunggu jawaban dari Devan.

"Ke rumah aku."

"Hah! Kamu bercanda kan? Kenapa gak bilang dulu kalau kita mau ke rumah kamu."

Mobil Devan berhenti ketika mereka sudah sampai tujuan. Pria itu mematikan mesin mobilnya lalu menghadap ke arah Kinara.

"Kenapa harus bilang dulu? Aku cuma pengen ngenalin kamu sama Papa dan Mama."

"Tapi aku belum siap."

Devan memegang kedua tangan kekasihnya. "Emangnya kita mau nikah, kenapa kamu harus siap dulu."

"Tapi ini Mama sama Papa kamu, bukan orang lain. Aku gak mau ngecewain mereka."

"Sayang, dengerin aku ya. Kamu gak bakal ngecewain mereka, percaya sama aku. Kita turun sekarang ya."

Kinara menganguk, ia sangat gugup sehingga memegang tangan Devan sangat kuat. Sedangkan Devan hanya tertawa.

"Kalau kamu gugup, kamu cium aku aja. dijamin gugup kamu hilang."

Kinara memukul lengan pria itu. "Ish, aku beneran gugup tau, kamu mah bercanda mulu."

Devan membawa Kinara masuk ke dalam rumahnya yang megah itu. Ia mengedarkan pandangan mencari keberadaan Ibunya. Pria itu melihat jam tangannya. Ini pukul 19.00, Ibunya pasti sedang menyiapkan makan malam.

"Mama lagi masak, aku panggil bentar ya. Kamu duduk dulu."

Kinara menuruti perkataan Devan. Ia berkali-kali menarik napasnya, takut jika nanti ia akan salah bicara saat bertemu dengan Ibu dan Ayah Devan.

"Kinara." Suara wanita paruh baya memanggil namanya dengan sangat lembut. Kinara langsung berdiri, Ibu Devan tersenyum ke arahnya sambil membawa minuman dan cake untuk Kinara. "Di minum dulu, Nak."

"Iya, makasi Tante," ucap Kinara sopan.

"Pacar Devan cantik kan, Ma." Devan berceletuk sambil memakan cake yang Ibunya bawakan untuk Kinara.

"Cantik banget." Rara memukul punggung Devan. "Kok malah kamu yang makan cakenya, itu kan buat Kinara."

"Satu cake untuk berdua, Ma. Mama kayak gak tau orang pacaran aja."

"Dasar kamu! Maaf ya Kinara. Devan memang suka kayak gitu."

Kinara tersenyum. "Gak apa-apa, Tante. Devan bilang Tante lagi masak. Ada yang bisa Kinara bantu?"

One MonthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang