18

128 14 5
                                    

Marcel memandangi sebuah bingkai foto berukuran besar yang ia pajang di dinding kamarnya. Foto seorang gadis cantik.

"Gita." Marcel tersenyum sambil menyebut nama gadis itu.

Semua hal yang ada pada diri gadis itu bisa Marcel lihat dalam diri Kinara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua hal yang ada pada diri gadis itu bisa Marcel lihat dalam diri Kinara. Sejak pertama kali bertemu dengan Kinara. Marcel merasa seperti melihat Gitanya hidup kembali. Gita adalah gadis yang sangat ia cintai. Namun, sebuah kecelakan tragis telah merenggut nyawa gadis itu.

Hanya satu hal yang membuat Gita dan Kinara berbeda di mata Marcel, yaitu penampilan. Gita selalu berpenampilan anggun dan mewah, sedangkan Kinara sangat sederhana dan gadis itu juga memakai kacamata. Karena itulah Marcel selalu ingin mengubah penampilan Kinara agar terlihat seperti Gita.

Nindi yang juga berada di sana, ikut memandangi foto Gita. "Kamu gak boleh kayak gini, Marcel. Kinara dan Gita, mereka itu dua orang yang berbeda, mereka gak sama."

Marcel menoleh untuk melihat Nindi. "Aku udah bilang, kan. Itu bukan urusan kamu!"

"Gimana kalau Kinara tau soal Gita?"

"Dia gak akan tau," jawab Marcel cepat.

"Kamu udah bohongin dia, Marcel. Kinara itu bukan Gita."

Marcel menatap Nindi tajam. Ia membiarkan Nindi masuk ke dalam kamarnya bukan untuk menceramahi dirinya seperti sekarang. "Lo bisa diem, nggak!" bentak Marcel.

"Nggak," jawab Nindi lalu mendekati pria itu. "Lebih baik kamu jujur sama Kinara."

"Lo mending pergi sekarang, sebelum gue tambah emosi!"

Mendengar itu Nindi langsung pergi dari sana. Setidaknya ia sudah mengingatkan Marcel, tapi semuanya terserah pada pria itu.

****

"Devan, kamu nggak bangunin Ten. Ini udah siang, Nak," ucap Rara saat masuk ke dalam kamar putranya dan melihat Tenlio masih tertidur pulas.

Kemarin malam Devan dan Tenlio minum bersama. Seperti biasa Tenlio selalu menyusahkan Devan saat pria itu sedang mabuk dan Devan memutuskan membawa Tenlio ke rumahnya.

"Iya, Ma. Devan bangunin sekarang." Devan mengguncang tubuh Tenlio menggunakan kakinya. "Cumi, bangun!"

"Jam berapa sekarang?" tanya Tenlio sambil memeluk bantal gulingnya.

"Jam 9."

Tenlio melempar selimutnya. Ia mengucek matanya yang masih mengantuk lalu melihat jam yang melingkar di tangannya. "Devan bangsat! Lo kenapa gak ngebangunin gue dari tadi. Kafe gue bukanya jam 9!"

"Lo tenang aja, biar gue yang buka kafe lo hari ini."

"Yang bener lo?"

"Iya, itupun karena ada Kinara di sana. Kalau enggak, gue juga ogah ngebantu lo!"

One MonthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang