08

153 21 4
                                    

Devan, Zaki dan Johnny memasuki club malam. Mereka disambut dengan musik yang keras dan juga orang-orang yang menari dengan erotis.

"Udah lama gue gak ke club." Zaki merangkul pundak Devan dan Johnny. "Lo berdua jangan ada yang bilang sama Rosi. Dia benci kalau gue ke club."

Devan menyingkirkan tangan Zaki dari pundaknya. "Kurang-kurangin bohong dan ngegodain cewek lain."

"Kalau gue jujur, bisa diputusin gue," sahut Zaki.

"Makanya lo jangan suka ngegodain cewek lain," ucap Johnny lalu memesan minuman pada bartender.

Devan mengeluarkan rokoknya. Ia membakar ujungnya lalu mulai mengisap rokok tersebut.

"Liat deh, Van. Tu cewek seksi banget." Zaki memperhatikan salah satu wanita yang sedang menari.

Devan mengeluarkan asap dari mulutnya. "Seksi dari mananya sih? Badannya rata gitu."

Ponsel keduanya bergetar secara bersamaan.

Handsome Boys (4)

[Tenlio]

Mau ketemuan sama bidadari dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mau ketemuan sama bidadari dulu. Ganteng kan gue?

[Zaki]
Norak, alay, gak banget!

[Tenlio]
Sirik tanda tak mampu! Gebetan gue lebih cakep dari cewek lo. Hahaha.

[Zaki]
Idih, buktiin dulu. Mana foto gebetan lo?.

[Tenlio]
kepo lo! Rosi kalah jauh.

[Zaki]
Terong sialan! Jangan bawa- bawa cewek gue.

[Devan]
Indahnya keributan ini.

[Johnny]
Woi! Lo berdua percuma ribut di group. Langsung baku hantam aja.

[Tenlio]
Love you. @Zaki.

[Zaki]
Jijik.

Zaki meminum bir yang ada dihadapannya. Tenlio berhasil membuatnya emosi. Pria itu berjalan ke lantai dansa.

"Lo gak mau gabung, Van?" tanya Johnny.

"Enggak," jawab Devan sambil memandangi foto Kinara. Ia tidak bertemu lagi dengan gadis itu sejak kejadian di pesta.

"Kalau kangen samperin dong."

"Gue sengaja ngejauh dari dia. Gue pengen tau, apa dia juga kangen sama gue."

"Hubungan kalian gak sedeket itu, lo jangan terlalu berharap, Van."

Devan menganguk. "Lo bener. Kayaknya gue udah mulai gila, John. Ini baru dua hari gue enggak ketemu dia, tapi gue udah kangen banget."

Johnny terkekeh pelan. " Lo segila ini saat pendekatan, tapi setelah sebulan lo bosen. Fuck!"

"Mau gimana lagi, inilah gue." Devan mendekatkan mulutnya pada telinga Johnny lalu berbisik, "Cewek yang duduk di meja sebelah ngeliatin lo dari tadi. Deketin gih."

Johnny meneguk birnya. "Bukan tipe gue."

Devan menyeringai. "Tipe lo yang kayak gimana? Gue juga belum pernah ngeliat cewek yang udah ninggalin lo itu. Dia secantik apa sih?"

Johnny memutar gelas yang berada di tangannya. "Dia cantik," lirihnya pelan

****

Tenlio tidak bisa berhenti memandangi wajah cantik Maya. Gadis itu bahkan cantik saat tidak melakukan apapun. Saat ini mereka sedang duduk di taman belakang rumah Maya.

 Saat ini mereka sedang duduk di taman belakang rumah Maya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa kamu ngeliat aku kayak gitu?"

Tenlio tersenyum manis. "Dengan wajah secantik ini, aku yakin mantan kamu banyak."

Bego! Kenapa gue malah nanyain mantan.

"Jujur, aku cuma punya satu mantan," jawab Maya.

"Cuma satu, kenapa? Kamu kan cantik." Tenlio mulai tertarik mengetahui lebih banyak. Ia merasa aneh jika gadis secantik Maya hanya mempunyai satu mantan pacar.

Maya terdiam lama, seperti mengingat-ingat masa lalunya. "Aku pernah ngelakuin kesalahan bodoh. Aku menyesal dan memutuskan untuk gak memulai hubungan lagi setelah itu. Tapi itu udah masa lalu, sekarang aku akan mencoba memulai hubungan sama kamu, Ten."

"Boleh aku tau, kesalahan bodoh apa yang kamu lakuin?"

"Maaf, tapi aku belum bisa ngasi tau kamu sekarang."

Tenlio menganguk, ia bisa mengerti. "Sekarang giliran kamu. Kamu bisa tanya apapun tentang aku," ucapnya mengganti topik.

"Mama kamu bilang, kalau kamu gak tertarik sama cewek. Apa itu bener?"

Tenlio tertawa. "Aku gak normal dong kalau gitu. Mama emang suka gitu dan itu gak bener. Buktinya aku tertarik sama kamu."

Maya tersenyum. Ten pria yang menyenangkan. Ia berharap suatu saat nanti bisa mencintai pria itu.

Saat keduanya larut dalam pembicaraan, Ten tiba-tiba meminta izin pergi ke toilet sebentar. Ten mengedarkan pandangannya, rumah Maya sangat luas. Ia kebingungan mencari letak toilet. pria itu justru memasuki kamar Maya.

Ten tersenyum. Kamar Maya sangat besih dan juga rapi. Langkah kaki pria itu berhenti saat melihat sebuah bingkai foto. Foto seorang pria yang sangat dikenalinya. Ia mengambil bingkai foto itu, tapi seseorang langsung merebutnya.

"Ten, kamu gak jadi ke toilet," ucap Maya sambil menyembunyikan bingkai foto itu dibelakang punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ten, kamu gak jadi ke toilet," ucap Maya sambil menyembunyikan bingkai foto itu dibelakang punggungnya.

"Maaf, aku malah masuk ke kamar kamu tanpa izin."

Maya tersenyum. "Gak apa-apa kok. Seharusnya aku nganterin kamu tadi."

Ten menganguk. Ia keluar dari kamar itu. Ia tidak mungkin salah lihat, pria yang ada di dalam foto itu adalah Johnny, sahabatnya.






One MonthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang