07

147 22 2
                                    

Marcel bersandar pada mobilnya, ia menunggu Kinara yang belum juga keluar dari rumah. Pagi ini, pria itu berniat untuk meminta maaf karena tidak bisa menepati janjinya malam itu. Ia yakin hal itu membuat Kinara marah sehingga gadis itu tidak membalas pesan atau pun menjawab panggilan darinya.

Marcel tersenyum saat melihat Kekasih yang ia tunggu akhirnya muncul. Ia mendekati Kinara. "Aku mau minta maaf," ucap Marcel sambil menggengam satu tangan Kinara.

"Kamu sibuk, aku ngerti. Jadi kamu gak perlu minta maaf." Kinara berjalan menjauhi Marcel.

Marcel mengejar Kinara. Ia menarik lengan gadis itu dan membawa tubuhnya lebih dekat. "Apa yang harus aku lakuin supaya kamu maafin aku?"

"Kamu tau apa yang aku mau." Kinara berbicara dengan keras. Ia mendongak untuk menatap mata Marcel. "Aku mau kamu mampir ke rumah dan ketemu sama Papa dan Mama. Apa itu susah?"

"Kalau itu yang kamu mau, aku akan lakuin. Aku janji. Tapi tolong maafin aku."

"Kali ini kamu gak boleh ingkar janji."

Marcel menggeleng. "Gak akan. Kamu maafin aku, kan?"

"Iya, aku maafin," balas Kinara dan mendapatakan pelukan dari Marcel.

"Kamu pake kacamata lagi? Lensa kontak kamu kemana?" tanya Marcel.

"Aku buang," jawab Kinara jujur.

"Aku beliin yang baru lagi nanti." Marcel melepaskan pelukannya lalu mengecup kedua punggung tangan Kinara.

"Aku lebih suka pake kacamata."

Marcel meletakkan tangannya di kedua bahu Kinara dan berkata, "Kamu lebih cantik tanpa kacamata, sayang."

"Tapi,-"

"Gak ada tapi-tapian. Kamu harus berangkat kerja sekarang, aku gak mau kamu telat." Marcel menggenggam tangan Kinara dan mereka pun masuk ke dalam mobil.

****

"Nanti malam lo semua harus dateng ke acara ulang tahun cewek gue."

"Lo ngajak ngumpul sepagi ini cuma mau bilang gitu, Za." Johhny tidak habis pikir dengan tingkah sahabatnya itu. Zaki mengatakan ingin membicarakan hal yang sangat penting dan ia harus datang.

"Mata gue masih ngantuk, Za." Devan menimpali. Sedangkan Tenlio asik dengan ponselnya. Hubungannya dengan Maya semakin dekat.

"Gue cuma mau berbagi kebahagian. Rosi jarang banget mau dirayain. Tapi kali ini dia mau dan itu pun karena gue kasi buku sketsa yang lo saranin, Van. Lo the best," puji Zaki sambil melempar tisu ke arah Tenlio.

"Maksud lo apaan?" protes Tenlio.

"Gue lagi cerita, lo malah asik main ponsel."

"Ten lagi sibuk ngabarin cewek, Za," sahut Devan

Johnny dan Zaki langsung menoleh ke arah Devan. "Gue ketinggalan berita? Lo punya cewek, Ten. Cakep nggak?" tanya Zaki antusias.

Tenlio tertawa. "Cakepnya ngalahin cewek lo. Ini bidadari."

"Norak lo!" Zaki menendang kaki pria itu.

"Kenal dimana lo, Ten?" Johnny menopang dagunya. Ia penasaran.

"Dijodohin Nyokap gue. Namanya Ma,-" ucapan Tenlio terpotong saat Zaki berbicara sambil menepuk bahu Devan.

"Lo harus liat ini, Van." Zaki menunjuk ke bawah. Dari atas ia bisa melihat Kinara dan Marcel.

Devan memperhatikan pasangan itu dengan intens. Kinara terlihat sangat bahagia dipelukan Marcel. Ia tidak suka melihat itu.

"Itu Marcel, kan?"

Devan menoleh untuk melihat Zaki. "Lo kenal?"

Zaki menganguk. "Dia anak rekan bisnis Bokap gue."

"Apa nanti malem dia bakal datang ke acaranya Rosi?"

"Iya," jawab Zaki dengan ragu. Ia merasa bersalah. Jika ia tahu bahwa Marcel adalah kekasih Kinara, ia tidak akan mengundang pria itu.

Johnny yang melihat perubahan wajah Devan menepuk bahu pria itu. "Ini konsekuensinya kalau lo suka sama pacar orang."

"Gue tau, gue pergi duluan ya." Devan mengambil ponselnya yang berada di atas meja lalu pergi meninggalkan kafe.

****

Devan meminum winenya dengan sekali tegukan. Pandangan matanya tidak lepas dari gadis cantik yang saat ini melingkarkan satu tangannya pada lengan seorang pria.

Jika bisa memilih, ia ingin sekali meninggalkan pesta malam ini. Namun ia tidak ingin mengecewakan Zaki. Pria itu terlihat sangat bahagia, begitupun dengan Rosi.

"Lo cemburu, Van?" Tenlio yang sejak tadi memperhatikan Devan mulai berbicara.

Devan terkekeh pelan. "Gue gila nggak, kalau pengen mereka putus?"

Johnny, Zaki, dan Rosi seketika menoleh ke arah Devan saat mendengar ucapan pria itu. Ini pertama kalinya mereka melihat Devan seperti itu.

"Wajar kalau lo pengen mereka putus, tapi itu bukan lo banget. Cewek yang mau sama lo banyak banget, Van. Jangan gila lah!"

"Tapi gue maunya Kinara." Devan kembali meneguk minumannya.

"Mereka ngapain kesini sih!" ucap Zaki saat melihat Marcel dan Kinara menuju ke arah mereka.

Kinara tersenyum ke arah Devan yang terus menatap dirinya, namun pria itu tidak membalas senyumannya. Ia merasa Devan sangat aneh.

"Kita boleh gabung?" tanya Marcel.

Semua orang terdiam, Johnny yang menyadari itu berbicara, "Silakan." pria itu mengambil gelas lalu menuangkan wine untuk Marcel dan Kinara.

"Thanks," balas Marcel sambil tersenyum.

Suasana menjadi canggung setelah itu. Tenlio yang benci dengan kecanggungan mencari ide untuk mencairkan suasana. "Truth or drink," Tenlio menujuk Johnny yang berada disebelahnya.

"Maksud lo?" tanya Johnny bingung.

"Lo kelamaan tinggal di goa ya, masa gitu aja gak ngerti. Gue bakal kasi lo pertanyaan dan kalau lo gak bisa jawab jujur, lo harus minum," jelas Tenlio.

"Okay."

"Kapan terakhir kali lo nonton film porno dan sama siapa?"

"Kemarin dan sama Zaki."

"Ketahuan kan lo, Za. Dia masih suka nonton begituan, Ros." adu Tenlio, namun reaksi Rosi diluar dugaan.

"Zaki bukan anak kecil lagi, biarinlah."

Zaki tersenyum. "I love you, sayang."

Berbeda dengan yang lainnya. Kinara justru sibuk menarik gaun yang dikenakannya agar ia bisa duduk dengan nyaman. Sementara Devan yang sudah tidak tahan melihat itu berdiri. Ia melepas jaketnya lalu mendekati Kinara.

Entah keberanian darimana, Devan menutupi paha Kinara yang tadinya terekspos dengan jaket miliknya. Kinara bahkan tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia hanya menatap mata Devan. Pria itu pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.







One MonthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang