01

229 25 8
                                    

Kinara melompat-lompat kegirangan. Ia baru saja diterima bekerja di salah satu kafe yang terkenal di Jakarta.

"Mama, Kinar diterima kerja." Kinara berteriak. Menghampiri Mama-nya yang sedang menyiram tanaman.

"Selamat sayang, Mama senang mendengarnya." Mulan ikut merasa senang.

"Kinar mau siap-siap dulu, karena hari ini Kinar udah bisa mulai kerja." Gadis itu berlari menuju kamar mandi.

Kinara hanya membutuhkan waktu 35 menit untuk bersiap-siap. Ia menggerai rambutnya dan tidak lupa memakai kaca mata minus-nya.

 Ia menggerai rambutnya dan tidak lupa memakai kaca mata minus-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ma, Kinar berangkat sekarang."

"Hati-hati sayang."

"Dah, Ma."

***

Tenlio mengelus kepala Blacky. Ia memutuskan membawa anjing kesayangannya itu ke kafe.

"Anjing lo kok tambah hitem, Ten?" tanya Zaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anjing lo kok tambah hitem, Ten?" tanya Zaki.

"Gue sering jemur di pantai."

Balasan yang diberikan Tenlio membuat Zaki terkekeh.

"Si Devan dateng gak sih? Gak seru kalau gini. Mending gue balik aja ke kantor," ujar Zaki. Johnny tidak bisa berkumpul hari ini. Namun Devan belum ada kejelasan akan datang atau tidak.

"Dia bilang dateng, gue nyuruh dia beliin makanan buat Blacky."

Tepat saat Tenlio menyelesaikan ucapannya, Devan datang. Pria itu membuka bungkus makanan anjing yang dibawanya lalu melemparnya ke arah Blacky. Anjing itu memakannya dengan tidak sabaran.

"Gue udah beliin makanan buat Blacky. Kasi gue milkshake gratis."

"Okay." Tenlio mengetik pesan di layar ponselnya dan itu tak luput dari perhatian Devan.

"Lo dong yang sekali-kali ngelayanin gue. Semua pelayan pada sibuk."

"Ini pelayan baru, baru gue terima tadi pagi. Gue sengaja nyuruh dia supaya bisa liat cara kerjanya."

Devan hanya menganguk. Ia kembali memberi makan Blacky yang sejak tadi melihat ke arahnya. Anjing itu terlihat nyaman berada di dekatnya.

"Permisi, ini milkshake pesanan anda, Tuan." Devan, Zaki, dan Tenlio secara bersamaan menoleh ke arah sumber suara. Sementara Kinara membalas dengan senyuman manisnya.

"Lo pelayan baru?" tanya Devan.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?" balas Kinara sopan.

"Lo cantik."

Zaki dan Tenlio menatap satu sama lain dengan mulut menganga. Mereka sudah sering mendengar Devan mengucapkan kata itu. Namun yang membuat mereka terkejut adalah ketika Devan mengatakannya pada gadis yang bukan tipenya.

Kinara terdiam sesaat, ia bingung harus menjawab seperti apa. Haruskah ia berterima kasih, tersenyum, atau pergi begitu saja? Tenlio yang mengerti situasi meminta Kinara untuk kembali bekerja.

"Tipe cewek lo udah berubah sekarang?" Tenlio langsung menanyakan itu setelah Kinara sudah tidak terlihat.

"Mungkin," jawab Devan datar.

"Jadi lo beneran naksir sama tu cewek?" kali ini Zaki yang bertanya.

"Mungkin."

"Yang gue tau, cewek lugu kayak gitu susah dideketin. ya nggak, Ten?"

Tenlio mengangukan kepalanya tanda setuju dengan ucapan Zaki.

Devan berdiri. "Gue bakal buktiin kalau omongan lo salah." Devan berjalan meninggalkan Zaki dan Tenlio.

"Mau kemana lo?" Tenlio menarik tali tuntun Blacky lalu mengikuti Devan. Begitu pun dengan Zaki.

Devan menghampiri Kinara. Gadis itu sedang membaca note yang bertuliskan pesanan pengunjung.

"Lo yang pake kacamata."

Kinara terlihat bingung. "Kamu manggil saya?"

"Emang siapa lagi yang pake kaca mata di sini selain elo. Gue boleh minta nomor lo, nggak?"

Wanita yang berdiri di sebelah Kinara menutup mulutnya. Sedangkan Kinara hanya menatap Devan.

Devan melambaikan tangannya di depan wajah Kinara karena gadis itu tak kunjung membalas ucapannya.

"Maaf, saya sudah punya pacar."

Zaki dan Tenlio yang menyaksikan kejadian itu menahan tawanya. Mereka berjalan ke luar kafe agar bisa tertawa dengan keras.

"Seorang Devan ditolak? Momen langka nih. Tau gitu gue rekam aja tadi." Tenlio tertawa sambil memegang perutnya. Tawanya sangat sulit dihentikan.

"Gue gak bisa berhenti ketawa." Zaki tertawa semakin keras saat Devan muncul dengan wajah malunya.

"Apa gue bilang, lo gak percaya sih sama gue." Zaki merangkul bahu Devan.

"Diem lo! Mood gue rusak. Ketawain aja gue terus sampai lo berdua puas."

Devan memasuki mobilnya dan berlalu dari sana. Ia sangat malu. Ia tidak pernah ditolak sebelumnya. Tapi itu tidak membuatnya menyerah, ia justru semakin ingin mendekati Kinara.


One MonthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang