28

116 13 2
                                    

Kinara menekan bel rumah Marcel dan tidak lama pintu itu terbuka. Linda langsung memeluknya sembari tersenyum.

"Makasi, Kinar. Kamu udah mau dateng ke sini." ucap Linda dan mempersilakan Kinara masuk.

Kinara hanya membalasnya dengan senyuman. Mereka menuju kamar Marcel. Kinara menghela napasnya berat ketika memasuki kamar pria itu. Hal pertama yang ia lihat adalah bingkai foto Gita yang di pajang di dinding, kemudian menatap Marcel yang berbaring di ranjang.

"Marcel, Kinara ada di sini. Nak," kata Ibu pria itu lembut.

Marcel membuka matanya secara perlahan, ia membuang kompres yang berada di dahinya dan tersenyum melihat kehadiran gadis yang sangat ia rindukan.

"Tante keluar dulu ya, Nak." Linda menyentuh punggung Kinara lantas beranjak dari sana.

Kinara menatap Marcel tanpa mengatakan apapun. Sementara Marcel bangkit dari posisi tidurnya lalu mendekati gadis itu dengan hati-hati, tubuhnya sangat lemah. Ia sudah demam beberapa hari ini.

"Aku tau kamu pasti bakal dateng ngejenguk aku, kamu masih peduli sama aku, kan?"

"Enggak! Kamu salah. Aku dateng ke sini karena Mama kamu yang minta, bukan karena aku peduli sama kamu," jawab Kinara tegas.

Marcel menyentuh tangan Kinara, tetapi gadis itu langsung menepisnya. Mata Marcel berkaca-kaca, ia menyesal sekarang.

"Aku cinta sama kamu," lirih Marcel.

"Tapi aku gak cinta sama kamu, aku cinta sama orang lain sekarang."

Tanpa perlu bertanya Marcel sudah mengetahui siapa orang yang dicintai Kinara sekarang. "Aku minta maaf, tolong kasi aku kesempatan kedua."

"Marcel, please. Udah cukup! Sampai kapanpun aku gak akan bisa ngasi kamu kesempatan kedua." Kinara sedikit meninggikan volume suaranya.

"Apa cowok itu lebih baik dari aku? Kamu bahkan belum kenal lama sama dia. Apa kamu tau gimana sifat asli dia?" tanya Marcel.

"Aku memang belum kenal lama sama Devan, tapi aku yakin dia cowok yang lebih baik dari kamu dan yang terpenting dia cinta sama aku."

Marcel merasa tersindir. "Gimana bisa kamu yakin sama dia secepet itu?"

"Itu bukan urusan kamu." Kirana menjeda. "Aku mohon sama kamu, Marcel. Lupain aku, aku gak mau kamu terus-terusan ada di antara aku sama Devan. Aku cuma pengen bahagia," jelas Kinara.

Marcel meneteskan air matanya. Kinara terlihat begitu frustasi menghadapinya. "Maaf," ucap Marcel tulus.

"Semoga kamu cepet sembuh. Aku pergi."

Itu adalah kalimat terakhir yang Kinara ucapakan sebelum keluar dari kamar itu. Air mata Marcel kembali menetes, dadanya begitu sesak.

****

Devan terus memandangi pagar rumah Marcel. Berharap Kinara segera keluar dari sana, sejak tadi ia merasa tidak tenang.

"Shit!" Pria itu memukul stir kemudinya berkali-berkali. Seharusnya ia tadi masuk bersama Kinara, bukannya malah menunggu di luar seperti sekarang.

"Sayang," panggil Kinara.

Devan membuka pintu mobilnya. "Kenapa lama banget?"

"Aku tadi beli ini, maaf ya lama. Kamu mau?" Kinara menyodorkan roti bakar pada Devan. Namun pria hanya diam.

"Gak mau? Yaudah aku makan sendiri aja."

Devan mengambil roti bakar itu, ia memakannya dengan cepat. "Kapan kamu keluar? Kenapa aku gak liat?"

"Kamu tadi sibuk mukul stir mobil gimana bisa liat aku keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu tadi sibuk mukul stir mobil gimana bisa liat aku keluar."

Devan mengangguk, setelah menghabiskan roti bakarnya ia melirik jam tangannya. "Ini udah malem, aku anter kamu pulang ya. Bentar lagi aku mau ke bar soalnya."

"Aku ikut kamu ke bar ya." Kirana tersenyum, melingkarkan satu tanganya di lengan Devan.

Devan mengecup puncak kepala Kinara. "Jangan, sayang. Nanti kalau Mama kamu tau, bisa dimarahin aku."

"Tapi Mama kan gak tau, lagian udah ada kamu yang jagain aku."

"Cium dulu dong."

Kirana mencium bibir Devan, mereka berciuman sebentar kemudian tersenyum satu sama lain.

****

Sesuai dengan keinginan Kinara. Devan membawa gadis itu masuk ke dalam bar. Ia menghampiri Galang.

"Sayang, kenalin ini Galang. Bartender di sini," ucap Devan.

Galang tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Kinara. "Galang."

Kinara membalas uluran tangan Galang. "Kinara," balas gadis itu pelan.

"Gue mau dua bir dan satu cola." Devan memesan cola untuk Kinara. Ia tidak mungkin memberikan minuman beralkohol pada kekasihnya itu.

"Siap, Bos," sahut Galang.

Kinara melirik wanita-wanita yang mengenakan pakaian seksi dan cukup ketat, sangat berbeda dengan pakaian yang ia kenakan sekarang.

"Setiap hari kamu ketemu cewek cantik di sini," ujar Kinara.

"Tapi aku gak tertarik sama mereka, aku lebih suka kamu yang cantik ini."

Kinara tiba-tiba mengingat ucapan Marcel. Ia memang belum mengenal Devan dengan baik. Apa yang pria itu sukai atau tidak ia bahkan tidak tahu.

"Sayang."

"Hm," gumam Devan singkat.

"Apa aku boleh tanya apapun tentang kamu. Aku pengen kenal kamu lebih deket."

Devan terdiam sesaat, ia mengacak rambut Kinara. "Boleh dong, kamu bisa tanya apapun," balas Devan sedikit ragu.

Kirana merasa bingung harus menayakan apa lebih dulu. Tapi, ketika melihat sepasang kekasih sedang bertengkar. Sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul dipikirannya.

"Hal apa yang paling sering bikin kamu putus sama pacar-pacar  kamu sebelumnya?"

Devan memegang erat gelas yang berada di tangannya. Ia menoleh ke arah Kinara, gadis itu menunggu jawaban darinya. Dari sekian banyak pertanyaan kenapa itu yang Kinara tanyakan padanya.

"Kenapa kamu nanyain itu, kamu mau kita ngebahas tentang mantan pacar aku?"

"Ya, aku pengen kita belajar dari masa lalu. Supaya hal itu gak ke ulang lagi saat kamu ngejalanin hubungan sama aku."

Devan meneguk birnya cepat. Ia tidak ingin membohongi Kinara, tapi di sisi lain ia belum siap untuk mengatakan semuanya.

"Sayang." Kinara menyentuh tangan Devan.

"Kepala aku pusing." Devan memegang kepalanya. Ia sungguh merasa pusing.

"Kita pulang sekarang ya, biar aku yang nyetir," ucap Kinara khawatir.

"Tapi aku belum jawab pertanyaan kamu."

"Kamu bisa jawab lain kali."

Devan merasa sangat lega. Lain kali ia pasti akan mengatakan semuanya pada Kinara.

****


One MonthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang