Eleven

842 126 14
                                    

"Yon!"

Sepulang dari kantor, Dion memilih mandi dulu. Dia gak makan dirumah karena tadi sore Yeri menghubungi suaminya, dia bilang males makan dan kebetulan Dion diajak makan sama atasannya. Bukan Regi, tapi bos yang memegang divisi Dion bekerja di Hotel itu.

"Kenapa?" Pria itu baru aja keluar dari kamar mandi.

Dion langsung duduk di sebelah Yeri, "Anduk--rambut kamu masih basah."

Yeri langsung ambil anduk di leher suaminya, kemudian dia mengeringan rambut Dion yang basah. Dion cuma diam aja dia, ya bagus gitu jadi dia gak usah repot-repot keringin rambutnya sendiri.

Hal-hal kecil yang Yeri lakukan kepada Dion mampu membuat hati Dion melebur. Meski hal kecil, tetap aja efeknya besar. Karena bagi dia hal kecil seperti itu adalah bentuk perhatian kepada Dion.

"Selesai.." Yeri langsung berjalan ke gantungan dekat kamar mandi, disana adalah tempat handuk mereka.

"Yer,"

"Hah?" Yeri udah balik lagi aja ke kasur dan duduk didepan suaminya.

"Udah jenguk anaknya bang Tama?"

Yeri menggeleng pelan. Ya dia belum kerumah Tama. Padahal udah mau sebulan Sahara lahiran. Ya dia gak mau datang sendiri, pengen sama Dion. Tapi suaminya sibuk terus, "Ingin berdua, jenguknya."

Dion cuma menggaruk kepalanya yang enggak gatal, "Besok aku masih kerja, Yer."

Yeri cuma mengangguk dan rebahin tubuhnya disebelah suaminya. Dion natap Yeri yang malah tersenyum disana. Gak ngerti deh kenapa Yeri senyum-senyum sendiri. Tumbenan gitu maksudnya. "Kenapa sih lu?"

Yeri nyengir.

"Lu--" Dion samperin Yeri dan tiduran disebelah Yeri, kemudian dia simpen tangannya di kening Yeri. "sakit? Ah enggak."

"Kamu--" degdegan banget mau bilang gini.

"Apa?"

Yeri senyum, "Itu..."

"Apaan?"

Yeri menghela nafas panjang, dia gak jadi deh mau itu sama suaminya. Padahal dia lagi pengen banget hamil lagi, liat Sahara gendong bayi dia jadi pengen gitu. Tapi gimana? Masa Yeri yang minta? Terus juga sekarang dia liat suaminya itu kayak capek banget. Ya Yeri tau kerjaan Dion itu berat kan, mungkin lain kali. Pas suaminya minta aja, jangan dia. Yeri takut Dionnya capek kan.

"Gak jadi ah.."

Yeri langsung tarik selimut dan meluk guling. Dia tidur enggak membelakangi Dion kok, enggak. "Heh kenapa?"

Yeri cuma menggeleng sambil senyum, dalam hati sih dia berharap kalau suaminya itu peka. Semoga aja gitu ya, "Senyum-senyum! Gak jelas."

Dion langsung memejamkan matanya dan membawa Yeri kepelukannya. Ia mengelus surai panjang istrinya, enggak lupa juga sesekali dia mencium kening Yeri. Bagi sebagian orang mungkin terkesan biasa, tapi bagi Yeri Zalina itu sangatlah luar biasa.

Karena hal-hal kecil seperti ini saja bisa membuat wanita berrambut pirang itu semakin cinta, "Kamu capek gak?"

Dion mengangguk dan Yeri cuma bisa senyum aja. Kan bener suaminya lagi capek. Ya mungkin lain kali aja. Atau sewaktu Dion libur.

"Libur kapan kamu?"

"Besok juga libur. Kenapa sih?"

"Ya udah besok jenguk kak Sahara ya?"

"Eh? Belum beli kado kan." Dion membuka matanya dan natap Yeri terkejut. Kaget dia tiba-tiba diajak ngejenguk mantannya lahiran.

"Besok pagi-pagi aja belinya."

The World Of Married CouplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang