Twenty-seven

574 76 29
                                    

"Ngapain?"

Wendy menghela nafas berat saat ia tau yang ada didepan pintu kamar hotel orang tuanya itu Regi dan Tama. Ternyata Regi tau betul dimana mertuanya itu menginap. Seriusan deh kalau Regi lebih memilih Rima dan Tasya, untuk apa gitu Regi sampai cari-cari Wendy dan anaknya? Mana udah jam 2 dini hari.

"Aku mau jemput kamu." Kata Regi.

"Oh? Enggak perlu. Mending pulang lagi."

Baru aja Wendy mau tutup pintu, tetapi pintu itu udah ditahan sama Tama. "Lu kenapa sih egois? Biarin Regi ketemu sama anaknya dulu. Lu jangan main minggat gitu aja!" Ketus Tama.

Ya Tama juga agak kesal sama Wendy. Main kabur-kaburan aja, mana bawa anaknya. Ya Regi kelabakan cari mereka berdua. Tama jelas sangat tau betul gimana perasaan Regi saat ini, toh Tama pernah berada di posisi Regi sekarang. Tapi Tama enggak tau, Regi akan dimaafkan oleh Wendy seperti dia dimaafkan oleh Sahara atau Regi enggak akan pernah mendapat kata maaf dari Wendy.

"Ndo--sopo?"

Mama datang ke arah pintu dan tiba-tiba diam terpaku saat melihat siapa tamu yang tak diundang itu.

"Ma--aku--"

"PERGI!"

Bukan.

Itu bukan suara Mama, melainkan suara Wendy.

"Nggak butuh orang yang enggak perduliin aku sama Regan!"

"Wen! Dengerin aku dulu--tolong." Lirih Regi.

Mama perlahan mendekati Wendy dan mengusap bahu rapuh putrinya, Mama tersenyum kepada Wendy dan Wendy hanya bisa menahan air matanya dipelupuk mata. Jika dia berkedip satu kedipan aja air mata itu akan tumpah ruah.

"Tapi Ma.." lirih Wendy dan Mama hanya tersenyum.

Mama membukakan pintu hotel itu dan mempersilahkan Regi dan Tama masuk.

"Rapopo, nggak pa-pa. Kita selesaikan sekarang." Ucap Mama dan menghampiri Tama dan Regi.

Ada 4 buah kursi disana dan satu meja kecil. Tama dan Regi duduk berdampingan, terus Mama dan Wendy duduk didepan mereka. Papa enggak ada, sedang keluar mencari makan malam. Udah disampaikan sama Mama kalau di kamar hotel mereka ada Regi, dan justru Papa yang mengintruksi Mama untuk menyelesaikan masalah anaknya.

"Jadi mau gimana, ndo?" Tanya Mama kepada putrinya.

Air mata Wendy udah jatuh dari tadi, ia menghapus air matanya sendiri. Regi liat kok, hatinya sakit banget saat liat Wendy sesegukan. Tapi Regi enggak bisa melakukan apa-apa karena ia rasa ada jarak diantara mereka yang menghalangi.

Wendy belum mau jawab, ada jawaban yang udah dia siapkan namun sangat susah untuk diucapkan. Sebenarnya dia sedikit berat mengucapkan kata itu. Sebenarnya masih banyak pertimbangan yang harus dia fikirkan dan risiko-risiko apa aja yang akan terjadi kedepannya.

"Wen--"

Wendy menghela nafas panjang dan menghapus air matanya lagi. Ia mencoba menatap Regi, mencoba mencari sebutir penyesalan dimata Regi.

Dan

Ya

Wendy liat itu. Wendy melihat penyesalan disana. Tapi Wendy rasa itu belum cukup buat meyakinkan dirinya untuk terus bertahan. Karena dia itu udah kecewa dengan perbuatan suaminya. Kalau Wendy ingat kejadian itu, rasanya sakit banget.

"Aku nggak akan kayak gitu lagi, Wen--tolong, ada anak kita yang masih butuh aku." Ucap Regi.

Disisi lain, Regi takut banget kalau Wendy ambil keputusan yang enggak akan dia terima. Karena dia udah sangat hapal betul istrinya itu kalau udah kecewa, pasti susah buat percaya lagi.

The World Of Married CouplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang