Twenty

915 110 26
                                    

"Sayang, perutnya udah keliatan buncit!" Kata Regi dan di balas dengan sebuah sendotk mendarat di dahi Regi.

Wendy enggak terima di panggil buncit gitu tapi pada kenyataannya tubuh Wendy sedikit gemuk sekarang karena si bayi udah mulai membesar dan berat badan Wendy juga bertambah. Jujur aja Wendy bahagia melihat perkembangan sang bayi udah mulai membentuk, bulan ke enam dia bisa merasakan tubuhnya semakin berat. Tapi enggak apa-apa, malah dia ingin cepat-cepat anak ini lahir. Wendy udah menunggu lebih dari lima tahun.

Subuh-subuh begini tetapi di dapur keluarga Sidharta udah disibukkan oleh suara penggorengan. Hari ini Regi dan Selena akan pergi ke Semarang untuk masalah pekerjaan dan itu artinya Wendy akan ditinggalkan sendirian di rumah. Usia kehamilan Wendy udah masuk bulan ke enam dan itu juga tandanya umur Juna udah tujuh bulan.

"Kamu kok hamil jadi makin galak!" Sewot Regi.

Tapi Wendy enggak merespon ucapan Regi, dia malah menyendokan nasi dan beberapa lauk disana. Selesai sholat subuh tadi Wendy buru-buru masak buat sarapan Regi. Karena dia mau pergi jauh dari Bogor lima hari, lumayan lama sih tapi Wendy nggak keberatan. Kata Regi nanti Wendy kerja usahakan pakai GrabCar aja jangan menyetir, begitu.

"Makan!" Ketus Wendy.

Regi ketawa terus mulai sarapan. Pagi-pagi menggoda istri tercinta adalah hobinya. Tetapi walau gimana pun mau segemuk apapun Wendy, ini Regi tetap cinta kok. Seriusan. Ya apa lagi sekarang ada anak mereka kan?

"Hati-hati kamu ya, aku ada kerjaan di Semarang mungkin 10 harian."

"Hah? Katanya cuma lima hari!"

"Ada kerjaan tambahan sayang,"

"Sama Selena kan?" Jujur aja ya ini Wendy jadi enggak enak hati gitu deh tiba-tiba. Takut kasusnya kaya Tama. Enggak tau dia jadi takut aja Regi kaya Tama.

Regi menggeleng lemah, "Selena harus handle kerjaan di sini, sayang. Jadi aku berangkat sendiri."

Wendy langsung lemas disaat itu juga. Fikirannya kemana-mana, apalagi Regi disana akan sendirian dan Wendy enggak bisa kepoin Regi. Dia juga sangat hafal jika Regi lagi sibuk, pasti dia jarang memberinya kabar. Tetapi ya dia harus berusaha percaya kepada suaminya, karena pondasi sebuah hubungan adalah menjaga dan saling percaya bukan? Lagi pula selama ini enggak ada tanda-tanda Regi mendua atau main dengan wanita lain di luar sana kan? Ya kalau difikir-fikir juga mana ada wanita yang mau sama Regi, udah cuek eh judes pula. Cuma Wendy doang yang mau.

"Tenang aja, aku enggak akan kenapa-kenapa kok disana." Ucap Regi mencoba menenangkan Wendy.

Wendy bergerak dan memeluk Regi dari belakang. Harum tubuh Regi pasti akan dia rindukan. Dia kadang suka ingin tertawa jika ingat saat dirinya enggak mau dekat-dekat Regi tetapi sekarang dia malah menempel pada suaminya. Kalau Wendy bisa minta sih dia ingin minta jika Regi enggak usah ke Semarang, biar Selena aja gitu. Tetapi kan itu masalah pekerjaan dan Wendy juga enggak bisa ikut campur masalah Hotel, karena sang suami diwajibkan untuk mencari nafkah, berbeda dengannya. Meski dia mau jadi seorang Ibu, Wendy masih belum kefikiran buat resign.

"Jangan kecepan ya, sayang." Tangan Regi bergerak mengelus kepala Wendy.

Wendy mencium pipi Regi, "Aku bakal kangen kamu!"

Cup!

"Aku enggak bisa taliin sepatu sendiri."

Cup!

"Aku enggak bisa peluk kamu lagi pagi-pagi."

Cup!

"Aku enggak bisa nyicip-nyicip jus Wortel buatan kamu lagi besok!"

The World Of Married CouplesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang