"Selamat pagi Dion!" Yeri baru aja tiba di dapur.
Dion jarang-jarang selesai sholat subuh enggak tidur lagi, kini dia lagi sibuk masak buat istri tercinta. Katanya Yeri mau makan nasi goreng buatan Dion. Dari kemarin-kemarin Yeri ngomong mulu dan baru kesampean sekarang. Dion sibuk kerja dari pagi sampai sore dan malamnya Dion memilih buat rebahan sambil nonton you tube.
Yeri udah maksa-maksa padahal tetapi Dion tetap gak mau, katanta capek. "Pagi sayang!" Lalu Dion mengecup dahi Yeri.
"Jadi nih buatin aku nasi goreng?!"
Dion mengangguk, "Aku juga udah buatin kamu susu ibu hamil. Minum sana!"
Lalu Yeri terkekeh kemudian melangkah menuju meja makan, disana udah ada segelas susu ibu hamil. Tanpa basa basi Yeri meneguk susu itu sampai habis. Kan enak ya kalau suami baik begini, Yeri seneng kalau Dion perhatian gini. Coba aja setiap pagi Dion seperti ini. Tetapi kan Yeri enggak bisa memaksa Dion untuk jadi apa yang Yeri mau. Dion juga kan harus kerja buat dirinya dan kebutuhan rumah tangganya.
"Aku denger katanya mas Regi dinas ya? Tumben enggak suruh kamu?" Tanya Yeri yang kini udah duduk.
Dion datang dengan dua piring nasi goreng, satu dia berikan pada Yeri dan satu lagi untuk dia. "Pertemuan CEO gitu deh, katanya hotel mas Regi mau buka cabang lagi." Dion duduk di sebelah Yeri.
Yeri memasukan sesendok nasi goreng ke mulutnya, "Wah! Enak!" Ucapnya. Lalu Yeri makan dengan lahap. Inilah yang Yeri rindukan, rasa masakan Dion begitu enak. Padahal dia udah coba buat masak nasi goreng ini semirip mungkin namun tetap aja rasanya enggak sama dengan buatan Dion.
Pernah waktu itu Dion bego-begoin Yeri. Yeri lagi kepengin bala-bala buatan Dion dan kebetulan dia lagi males banget buat masak. Dion ambil jalan pintas, dia beli aja bala-bala di bu Ela. Sialnya Yeri langsung menolak begitu mencium aroma bala-bala itu berbeda. Disitu Yeri enggak mau berbicara sama Dion selama empat hari sampai Dion bikin bala-bala buat Yeri. Dion heran, ibu hamil kok bisa tau kalau yang bikin masakan itu beda sama yang dia mau?
"Lusa juga dia pulang, eh Yer? Kamu udah ketemu mbak Wendy? Perutnya udah keliatan gendut, kamu kok belum sih?"
Yeri menghela nafas panjang, "Ya kan dia udah jalan enam bulan, aku masih awal-awal. Ya sabar dong nanti juga keliatan!" Sewotnya.
Yeri sensi kalau di singgung masalah perut buncit. Kenapa orang-orang pada ingin melihat dirinya gendut gitu? Padahal kan belum waktunya Yeri terlihat gendut. Lagi pula Yeri enggak mau terlihat gendut gitu, kehamilannya yang dulu juga Yeri enggak keliatan gendut kok. Itu katanya karena badan dia kecil jadi enggak terlalu kelihatan.
Berat badan dia aja naik tiga kilo, gimana nanti bayi dia menginjak bulan ke 7 dan seterusnya? Yeri ngebayanginnya aja agak ngeri. Kenaikan berat badan? Oh rasanya Yeri ingin menghilang aja. Tetapi inilah risiko ibu hamil, mau enggak mau Yeri harus menerima. Malahan Yeri ingin cepat-cepat melahirkan, dia udah terlalu sabar selama ini. Bahkan saat dia keguguran aja, Yeri merasa terpukul tetapi dia enggak bisa berbuat apa-apa.
Yeri merasa bersalah.
💜
"Sahara sayang! SEJAK KAPAN JUNA BISA TENGKUREP?!" Ini Tama kaget banget serius. Udah dua minggu dirumah dan dia baru lihat sendiri Juna tengkurap sendiri.
Ya selama Tama sama Sahara jauh, Tama enggak tau perkembangan si kecil. Sedih sebenarnya. Tetapi mau gimana lagi, ini semua kesalahan dia dan yang penting sekarang Tama enggak boleh mengulangi kesalahan yang sama. Tyas hanyalah masa lalu Tama yang enggak boleh dia ungkit lagi. Lagian ya Tyas udah ada di jeruji besi dan kata Lisa, Tyas di hukum sampai 10 tahun penjara. Inginnya sih Tyas lebih lama lagi di hukum, tetapi kebijakan Hakim ya gimana lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The World Of Married Couples
FanficSERI KE-1 Dunia pasangan yang sudah menikah gak seenak kaum muda - mudi bayangkan. Lika - liku dunia pernikahan harus mereka lewati, berdua. "Kemanisan itu, aku minumnya depan kamu jadi terlalu manis." Regi "Mata kamu itu genit! Kan itu namanya mat...