Biasa menjadi Luar Biasa

5.5K 358 82
                                    

Aqila duduk di sofa ruang tamu dengan jari-jari yang bergerak lincah diatas keyboard ponselnya , sesekali matanya melirik jam dinding , ah tidak , bukan sesekali tapi seringkali lebih tepatnya. Jika diibaratkan dirinya sudah macam orang yang duduk di meja makan sambil nunggu buka puasa tapi masih lama maghribnya , bawaannya tiap menit pengen nengok jam terus.

Ketika rungunya mendengar suara mobil yang memasuki halaman , dirinya cepat-cepat berdiri , merapikan gamis dan khimarnya lalu berjalan ke pintu depan. Suara ketukan pintu dari luar membuat Aqila semakin bergegas , dan tak perlu diketuk dua kali pintu sudah terbuka dan langsung Aqila berhambur memeluk erat orang yang sedari tadi ditunggunya .

"Abanggg , adek kangennn"

"Abang juga, eh bentar-bentar , lepas dulu coba" kata Alif yang membuat Aqila melepas pelukannya dengan wajah cemberutnya , "ihh , apaan sii"

Alif menekuk kedua lututnya menyamakan tingginya dengan Aqila , lalu merentangkan tangannya , "sinii"

Tak perlu aba-aba Aqila kembali memeluk Alif dengan senyum yang merekah lagi dan Alif membalas pelukan Aqila , melepas rindu karna tak bertemu selama seminggu. Alif mengurus pekerjaan di luar kota dan Aqila dititipkan dirumah umi supaya lebih aman dan Alif lebih tenang.

"adek sehat?"tanya Alif usai puas berpelukan.

"Alhamdulillah sehat"

"calon anak abi sehat juga kan?" tanya Alif sembari membukukkan badannya dan mengelus-elus perut Aqila.

"Sehat doang abii" jawab Aqila dengan suara menirukan anak kecil seolah-olah anak dalam perutnya yang menjawab.

Seakan baru tersadar dari kecerobohannya yang terus berulang hingga menjadi kebiasaan , Aqila menepuk jidatnya sendiri, "nah kan kebiasaan malah ngobrol depan pintu , ayuk masuk" kata Aqila sembari menarik lengan Alif .

"Adek tadi bikin teh, tapi kayaknya udah dingin deh , abisnya adek dah nunggu dari tadi , abang lama banget. Adek bikin yang baru lagi aja ya?" tawar Aqila dengan tangan yang sudah hendak mengambil gelas yang ada dimeja namun Alif cegah, "ga usah , lagian abang ga haus"

Aqila menyipitkan matanya mendengar jawaban Alif , dirinya sudah mencium gelagat-galagat mau ngegombal pasti.

"Adek ga terima gombalan hausnya abang ilang gara-gara liat adek , mon maap adek bukan teh manis" kata Aqila tepat sasaran sembari mensedakepkan tangannya.

"yahh...ketauan"

"yaudah gih buruan minum dulu abis itu mandi biar segeran"

"Ngapain mandi , liat adek aja udah kaya masuk ruang ATM , adeemmm" gombal Alif yang membuat Aqila memalingkan wajahnya dengan bibir berkedut menahan senyum , "apaan si, ga nyambung"

"ga nyambung tapi kok baper" cibir Alif yang langsung dielak Aqila , "engga lah , mana ada"

"pipi adek ga bisa diajak kompromi loh"

Aqila reflek menangkup kedua pipinya, dirinya lupa jika pipinya gampang sekali blushing , ahh..bikin malu saja , dirinya jadi salting kan sekarang , sementara Alif malah tertawa terbahak-bahak melihat Aqila yang begitu , jahil memang.

"udah ihh sana buruan mandiii" kata Aqila sambil mendorong-dorong bahu Alif yang justru malah membuat Alif makin tertawa , Ya Rabbi..suaminya ini kesambet apa si dijalan kok bisa jadi seperti inii...

"iya iya abang mandi , semangat banget si maksanya , kenapa si sayangg , mau ikut hmm??" kata Alif sembari mendekatkan wajahnya dengan wajah Aqila dan menyentil pelan hidung Aqila, jangan tanya bagaimana Aqila, jantungnya serasa akan melompat dari tempatnya saking deg degannya.

Cintaku Padamu Lillahi ta'alaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang