Menjemput Pahala

5.3K 368 3
                                    

Seiring berjalannya waktu , siang berganti malam , hari berganti hari , dan bulan yang berganti, tak ada yang berubah dari kehidupan sepasang kekasih yang sama-sama berisial 'A' ini.

Yang berbeda adalah kini mereka bukanlah seorang siswa lagi. Pekerjaan Aqila tiap hari hanyalah seputar mengurus Alif dan mengurus rumah. Selepas itu , Aqila hanya akan mengisi waktunya dengan bertadarus Al-Qur'an atau membaca buku sambil menunggu Alif pulang dari kantor. Alif memang jarang pulang malam , bahkan hampir tak pernah , Alif selalu bergegas pulang ketika pekerjaannya sudah selesai , bahkan dia sering membawa pekerjaannya pulang ke rumah dan membuat Aqila cemburu dengan laptop , Alif bilang dia tak betah berada lama-lama di kantor karena merindukan istri tercintanya dirumah.

Aqila memandang meja makan yang kini telah diisi oleh masakannya , sekarang tugasnya tinggal memanggil suaminya untuk sarapan.

"Abanggg...turun sarapan" teriak Aqila dari ruang makan. Tak lama setelah itu tampak Alif yang berjalan menuruni tangga sambil menenteng tas kerjanya.

"Jangan teriak-teriak dek , suara adek kedengeran sampe rumah tetangga loh" kata Alif yang dijawab cengiran oleh Aqila

" hehe..ya maap bang , adek males ke atas"

" jemput pahala kok males"

" bukan males bang , tapi hemat tenaga"

" hemat tenaga sama mager itu beda tipis dek , gak sekalian aja besok panggil abangnya pake sms" kata Alif yang membuat Aqila memutar bola matanya jengah , kelamaan hidup dengan Aqila membuat Alif sekarang menjadi pintar menjawab dan berdebat , persis jika Aqila sedang bertengkar dengan Akbar.

"Udah deh , mending abang sarapan , nanti telat ngantor loh" kata Aqila menyudahi perdebatannya dengan Alif. Alif menarik kursi dan mendudukkan bokongnya di sana. Tangan Alif maju hendak mengambil nasi , namun Aqila segera menghentikannya, "eits , abang diem aja , adek mau jemput pahala" kata Aqila sambil mengambil sendok nasi yang ada di tangan Alif lalu menyendokkan nasi ke piring Alif.

"Abang mau lauk apa?"

"Terserah , semua masakan adek itu enak , mau keasinan juga tetep abang makan" kata Alif sambil menaik turunkan alisnya berniat menggombal namun sepertinya Aqila sudah kebal dengan gombalan-gombalan Alif , jangankan pipinya memerah , tersenyum saja tidak , Aqila malah memutarkan bola matanya jengah , "ga usah gombal deh bang , masih pagi adek belum mandi" kata Aqila yang membuat Alif mengerutkan kening.

" apa hubungannya gombal sama belum mandi?"

" hubung-hubungin aja nanti juga ketemu"

Drttt drttt

Bunyi getar ponsel Alif diatas meja membuat Alif tak jadi membalas perkataan Aqila , Alif mengambil ponselnya dan mengangkat telepon.

Setelah beberapa saat berbicara di telepon , Alif menyudahi telepon dan memandang Aqila dengan raut muka penuh penyesalan .

" kenapa?" tanya Aqila

" abang gak bisa sarapan , abang harus meeting" kata Alif yang membuat Aqila langsung lesu.

" sekarang banget?"

" iya , maafin abang yaa"

Aqila menghembuskan nafas kasar , yaa , mau bagaimana lagi , Aqila tidak bisa egois menahan Alif karena Aqila tau jika Alif juga memiliki tanggung jawab di perusahaan.

" yaudah lah , mau gimana lagi" kata Aqila Akhirnya. Aqila meletakkan sendok yang tadi hendak ia gunakan untuk mengambilkan lauk untuk Alif , bahkan Aqila tadi belum sempat menaruh lauk dipiring Alif , dan sekarang Alif sudah mau pergi.

Cintaku Padamu Lillahi ta'alaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang