Belajar mengikhlaskan

4.1K 308 4
                                    

Tiga hari menginap di rumah sakit , Aqila sudah diperbolehkan untuk pulang kerumah. Kini Aqila berubah menjadi seseorang yang pendiam , dia jadi tak banyak bicara dan ceria seperti biasanya , bahkan saat kemarin keluarganya menjenguk dan Akbar menggodanya Aqila tak menggubrisnya sama sekali sampai membuat Akbar capek sendiri dan berhenti dengan sendirinya.

Kini Aqila duduk bersandingan dengan Alif di dalam mobil untuk pulang ke rumah. Suasana hening karena Aqila yang masih diam melamun sambil memandang keluar jendela.

"Adek kok diem aja sih?" tanya Alif

" gapapa kok" jawab singkat Aqila kemudian kembali memandang luar jendela.

"Adek mau nginep di rumah umi gak?" kata Alif mencoba menawarkan , siapa tahu Aqila mau , karena biasanya jika seorang anak ada masalah akan lebih enak jika curhat dengan ibunya. Namun diluar perkiraan , Aqila menggeleng pelan sebagai jawaban , padahal biasanya Aqila selalu semangat jika ditawari menginap dirumah uminya.

"Kenapa gak mau?" kata Alif mencoba bertanya alasan Aqila.

"Gapapa , adek pengen dirumah aja"

Alif menghembuskan nafas pelan , sampai kapan sikap Aqila begini? Alif sungguh tak biasa dengan Aqila yang begini.

Cukup lama berkendara Akhirnya mobil Alif memasuki halaman rumahnya. Alif mematikan mesin mobil lalu keluar dan berjalan membukakan pintu Aqila , kemudian mengandeng Aqila masuk rumah.

Memasuki rumah , Aqila dan Alif langsung menuju kamar agar Aqila dapat istirahat kembali. Tiga hari kemarin Aqila jarang tidur , terlalu banyak ia pikirkan .

"Adek istirahat dulu ya , abang mau keluar beli makanan" kata Alif yang diangguki oleh Aqila. Setelah itu Alif keluar kamar meninggalkan Aqila yang memejamkan matanya.

*****

Mendengar suara adzan isya yang berkumandang, Alif berpamitan untuk sholat di masjid yang dijawab anggukan oleh Aqila. Usai bersiap-siap Alif segera turun dan berangkat ke masjid.

Setelah Alif pergi , Aqila berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.Aqila memutar kran dan membungkukkan badannya akan berwudhu , namun matanya menangkap benda putih yang tergeletak di lantai , dan sepertinya itu adalah benda yang tempo hari Aqila jatuhkan. Tangan Aqila terulur mengambil benda itu dan melihatnya.

Air mata Aqila luruh begitu saja saat melihat dua garis pada alat itu. Mengapa baru sekarang Aqila mengetahuinya , jika ia mengetahui ini saat mengecek kemarin , mungkin ia tak akan kehilangan calon anaknya . Namun semua hanya penyesalan karena waktu tak bisa diulang kembali.

Usai sholat Aqila berdiri di balkon dengan penyesalan yang begitu menyesakkan hati. Sampai sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang.

"Adek kenapa hem?" tanya Alif lembut. Aqila membalikkan badannya menghadap Alif lalu menyerahkan benda yang dari tadi digenggamnya.

"Apa ini?" kata Alif sambil menerima benda itu dan melihatnya. Mata Alif membulat saat melihatnya dan langsung memandang Aqila dengan penuh pertanyaan.

"Abang tau pas kita mau ke alun-alun, adek ngecek itu , tapi itu jatuh dan adek gak bisa nemuin itu , dan adek gak tau kalo ternyata hasilnya positif" kata Aqila menjelaskan dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya.

Tangan Alif terulur menangkup kedua Pipi aqila lalu menghapus air mata Aqila dengan ibu jarinya.

"Dek , kita harus menerima semua yang udah terjadi , semua yang terjadi itu udah takdir dari Allah , dan Allah itu tau yang terbaik untuk hamba-hamba Nya dan sekarang yang harus kita lakuin adalah mengikhlaskan semuanya" kata Alif mencoba menasehati Aqila.

"Tapi bang , kenapa Allah mengambil kembali calon anak kita , bahkan sebelum kita tau keberadaannya?"

"Itu ujian buat rumah tangga kita , kita harus inget firman Allah 'sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan', percaya pasti setelah ini Allah sudah menyiapkan sesuatu yang lebih indah buat kita"

Senyum kecil terukir di bibir Aqila , hatinya sedikit terbuka dengan apa yang Alif katakan. Benar , ini adalah ujian dari Allah , dan yang harus Aqila lakukan sekarang adalah menerima Dan mengikhlaskannya , bukan terus-menerus memikirkan dan menyesalinya. Yang harus Aqila lakukan adalah semakin mendekatkan diri dengan Allah bukan malah semakin menjauh dari mengingat Allah.

" mungkin adek masih perlu waktu buat ngelupain semua ini" ucap Aqila pelan dengan menunduk. Alif mengusap kepala Aqila sayang dan tersenyum, "mengikhlaskan bukan berarti harus melupakan , jadikan ini sebagai pelajaran dan jangan berlarut-larut dalam kesedihan"

Aqila tersenyum sambil memandang Alif dan mengangguk. Hati Alif menghangat melihat senyum Aqila, dan Alif akan sangat bahagia jika Aqila dapat kembali pada dirinya yang dulu.

"Oh iya , abang lupa , tadi umi telfon abang , katanya besok ustadzah nurul mau ngadain pengajian dan adek diundang , sekalian abang juga mau bilang kalo abang besok harus keluar kota 2 hari , jadi adek nginep rumah umi dulu ya , maaf kalo abang harus tinggalain adek saat keadaan adek begini , tapi abang janji setelah pulang dari luar kota abang langsung jemput adek, yaa?" kata Alif menyampaikan amanat umi Aqila dan sekalian meminta ijin kepada Aqila. Alif sudah mencoba untuk meminta dirinya digantikan agar tak perlu pergi , namun katanya harus Alif yang pergi , jadi mau tidak mau Alif harus meninggalkan Aqila.

"Iya" jawab Aqila singkat dengan senyum simpul di bibirnya.

"Sekarang adek tidur ya"

Setelah itu Aqila membaringkan dirinya di kasur dan memejamkan matanya. Alif berjalan mendekati Aqila , lalu berhenti di samping Aqila dan berjongkok , tangannya terulur mengusap-usap kepala Aqila dan mencium kening Aqila , "selamat tidur Adek , cepet kembali ke adek yang dulu , abang rindu"

------------------------------

Yuhuuu...
Author come back.....
Thank you for reading....
Yukk jan lupa komen sama vote...
See you next chapter...
Bay bay...

Cintaku Padamu Lillahi ta'alaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang