016

79 13 0
                                    

"Oh, Nara!"

"Kak Soojin!" Aku merentangkan kedua tangan ku lalu memeluk adikku erat. Aku merindukannya. "Kenapa kakak bermalam lama sekali? Nara rindu,"

Aku hanya tersenyum, "benarkah? Hanya rindu saja?"

"Tidak! Nara sangat sangat sangat rinduuu dengan kak Soojin." Ucapnya dengan senang. Aku jadi ikut senang hanya dengan melihatnya bahagia seperti ini. "Oh iya, kak Soojin sudah makan? Kita makan siang bersama-sama yuk! Sama kak Jungkook juga."

Aku menoleh ke belakang, menatap kak Jungkook. Seolah berbicara lewat pikiran, aku memohon padanya untuk bisa lebih lama lagi. Terlebih lagi, sepertinya jika aku pergi, Nara pasti akan sedih. Begitupun denganku.

Kak Jungkook menghela napasnya dan mengangguk, membolehkan ku tinggal disini lebih lama lagi. Aku ingin berbicara banyak pada Nara.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita memasak daging?"

"Call!" Aku tertawa mendengar Kak Jungkook ikut berseru bersama Nara. Aku akan mengingat ini saat kembali di rumah sakit kembali.

-𝕾𝖊𝖈𝖔𝖓𝖉 𝕷𝖔𝖛𝖊-

"Nara," panggil ku. Adikku berbalik dan tersenyum.

"Ada apa kak?" Aku duduk di ayunan yang kosong disebelah kanan Nara. "Ah, aku tebak, ingin curhat?"

Aku terkekeh mendengar tebakannya sangat tepat. "Kau masih ingin mendengarnya? Ku pikir adikku ini bakal bosan jika aku terus bercerita."

"Kenapa harus bosan?" Aku mengangkat alis begitu Nara bertanya balik. "Bukankah bagus jika aku mendengarnya? Mungkin beban kakak akan berkurang meski aku tidak tahu harus melakukan apa setelahnya. Tapi, setidaknya itu sedikit membantu 'kan?"

Aku bungkam seketika. Nara yang ku kenal, mulai dewasa. Padahal anak seumurannya ini biasanya hanya menceritakan kebahagiaan yang tiada henti dan terus bermain tanpa memperdulikan sekitar.

Tanpa sadar air mata ku jatuh, Nara menghapus jejaknya dengan ibu jari kecilnya. "Eh? Hari ini kakak tidak boleh menangis di depan ku! Kak Soojin jadi tidak cantik sekarang,"

"Begitukah?" Aku tertawa kecil, "jadi kak Soojin cantik kalau tidak menangis?"

"Tentu saja! Kapanpun itu kak Soojin pasti terlihat sangat cantik, tapi jika menangis kak Soojin tampak jelek."

Aku memanyunkan bibir, "benarkah? Baiklah, kakak tidak akan menangis lagi." Ku usap bekas air mata ku dan merangkul Nara. "Hey, kau tahu,"

"Tidak aku tidak tahu sebelum kakak mengucapkannya padaku."

Aku menggeleng pelan dan tersenyum mendengar Nara membalas perkataan ku dengan wajah kesalnya. "Aku belum selesai bicara, kau sudah memotongnya. Tentu kau tidak tahu karena aku belum memberitahukannya padamu."

"Iya, iya, sekarang katakan padaku. Kakak ingin curhat tentang apa?"

"Ingat tidak, soal orang yang ku sukai belum lama ini?" Disebelah ku, Nara mengangguk membalas. Dia ingat rupanya. "Kakak ingin menyerah."

"Loh, kok menyerah?"

"Hmm.. kau tahu siapa mengirim gambar wajah kakak kala itu?" Nara berpikir, kemudian menggeleng karena tidak mengetahuinya sama sekali. Tidak ada jejak yang diberikan oleh orang yang sudah susah payah menggambar sebagus itu. "Dia, Lee Beomgyu."

"Apa? Kakak yang pernah dekat sama kak Soojin, lalu dengan santainya ketika dia punya pacar kakak itu menjauhi kak Soojin dengan alasan kakak menyukainya 'kan? Wah.. kurang ajar sekali, seharusnya aku merobek gambarnya saja!" Kata Nara panjang lebar. Bahkan jeda yang diberikannya tidak sedikit, sehingga Soojin tertawa mendengar adiknya mengomel seperti itu.

Second Love | Kang TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang