013

80 16 0
                                    

Hari ini, aku benar-benar bolos seperti perkataan ku kemarin. Aku ingin menjenguk Soojin. Ku pikir hanya aku yang seperti ini, ternyata tidak. Ada kekasih Yeonjun disini. Dia sendiri, karena Yeonjun harus mengikuti lomba dance hari ini.

"Kau membawa bunga?" Aku mengangguk. Tadi, sebelum kesini aku sempat melewati toko bunga. Jadi, sekalian aku membelinya untuk Soojin.

"Soojin belum sadar?"

Hea tersenyum kecil dan mengangguk pelan, "iya, kata suster yang kebetulan tadi masuk saat aku datang. Soojin mungkin akan sadar dalam beberapa bulan mendatang, itu masih prediksi. Tapi, jika ada keajaiban, mungkin Soojin bisa sadar lebih cepat."

"Begitu ya," menghembuskan napas. Seperti sedang koma saja. Soojin pasti mengalami hal yang berat. "Kalau boleh tahu, sebenarnya keseharian Soojin bagaimana? Kau kan teman dekatnya, pasti tahu."

"Soojin.. memiliki mental yang lemah,"

Alis ku terangkat, Soojin yang ku kenal periang, meskipun terkadang di bully dan tetap kuat pada akhirnya ini ternyata memiliki mental yang lemah. Aku baru tahu. Dan itu cukup mengejutkan ku.

"Bukan hanya itu, Soojin mati-matian belajar dari kecil karena ingin membanggakan Ayah Ibunya yang sering bekerja diluar kota."

Jadi, Soojin hanya tinggal bertiga dengan adiknya dan kak Jungkook? Pasti berat untuknya. Tapi, bukankah anak pertama lebih terbebani?

"Kak Jungkook tidak terlalu memusingkan hal ini, tapi Soojin memikirkannya. Selalu. Dia selalu iri padaku yang hidup seperti keluarga pada umumnya, Ayah yang bekerja, Ibu yang melaksanakan tugasnya di rumah, dan aku yang sering dibantu orang tuaku belajar, bahkan kami sering keluar bermain bersama ketika liburan. Semua hal itu tidak dapat Soojin rasakan."

Hea menahan tangisnya, sepertinya dia merasakan bagaimana kehidupan Soojin. Aku turut merasakannya, bagaimana tidak dan enaknya hidup seperti itu. Dan mati-matian belajar, aku tidak sampai seperti itu.

"Hiks.. bahkan ketika Soojin sakit, ia menahannya."

Aku jadi teringat, Soojin pernah pingsan saat jam olahraga. Saat itu, pelajaran lari. Meski aku tidak memperhatikannya, tetapi Yeonjun yang menceritakan semuanya padaku. Soojin dan Hea ditugaskan berlari 100 M. Keduanya berlomba, tapi ditengah-tengah mereka berlari, Soojin beberapa kali jatuh dan berdiam sambil mengatur napasnya. Tetapi ia tetap berlari sampai akhir meski dikalahkan. Hanya saja, tepat di garis finish, Soojin jatuh dengan suhu badan yang sangat panas. Aku tidak pernah berpikir, bahwa dia melakukannya karena ingin mendapatkan nilai meski kalah.

"Hiks, aku sangat ingin Soojin bahagia." Aku menoleh, jadi selama ini Soojin hanya berpura-pura tersenyum? Dan bersandiwara seolah-olah dia baik-baik saja?

"Semuanya hanya akting belaka?"

Hea mengangguk sambil menghapus air matanya, "Soojin hanya tidak ingin terlihat lemah di depan orang lain. Tetapi, dia tetap menunjukkan kelemahannya padaku karena dia percaya padaku. Soojin sangat kuat hingga aku tidak rela jika dia terus-terusan merasakan kesakitan seperti ini. Aku ingin membuatnya berubah, namun aku tidak bisa."

"Kalau begitu, kau tahu apa yang membuatnya bahagia? Kau bisa memberitahu padaku caranya?"

-𝕾𝖊𝖈𝖔𝖓𝖉 𝕷𝖔𝖛𝖊-

"Kau berjaga sampai sore?" Aku mengangguk sambil tersenyum. Untuk sementara, aku akan menunggunya. Satu-satunya yang bisa ku lakukan untuk membuatnya bahagia.

"Kau yakin?"

"Aku hanya perlu menunggu bukan? Lagipula saat sadar nanti, aku akan memberinya kejutan."

Second Love | Kang TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang