007

95 20 0
                                    

Hari ini, semua lomba seni dan olahraga dimulai.

"Soojin!" Hea memanggil ku dari jauh. "Semangat!" Ucapnya dengan senyuman lebar. Aku ikut tersenyum melihatnya, Hea sebaik itu padaku.

Saat menelusuri isi lapangan, tanpa sengaja mata kami bertemu. Dia ada. Ah, dia juga sekolah disini bukan? Tidak mungkin ia datang kesini hanya untuk melihatku ikut lomba.

"Baiklah, untuk peserta membuat quotes, silahkan duduk ditempat yang sudah disiapkan masing-masing."

Aku menoleh sebentar kearah Hea dan mengepalkan tangan ku. "Semangat!" Ucapku tanpa suara.

Setelah itu, aku duduk ditempat. Pikiranku sedang berjalan. Tetapi, tidak ada satupun kata yang bagus.

Kecuali, mewakili diriku.

Akhirnya, pengumuman untuk 10 besar akan diumumkan. Aku dan Hea hanya bisa berharap, setidaknya kami bisa masuk diantara 10 besar itu.

"Jeon Soojin!" Nama ku disebut. Ya. Aku terkejut, sama halnya dengan Hea. "Tolong maju ke depan dan bacakan 2 quotes mu,"

Hea mendorong ku, aku maju. Sebenarnya aku gugup, tidak berani. Tetapi, aku harus percaya diri. Itu kuncinya.

Aku membungkuk sebentar lalu mengambil mic dan kertas yang berisikan tinta pulpen dengan tulisan yang ku buat.

"Ketika Tuhan mengambil sesuatu dari genggaman mu, Dia tak menghukum mu, namun hanya membuka tangan mu tuk menerima yang lebih baik."

- 5 Cm

"Menemukan cinta yang tepat itu seperti menunggu bus. Kamu harus menunggu di halte yang tepat dan naik nomor bus dengan tujuan yang tepat."

- Teman tapi menikah

Suara tepuk tangan meriah terdengar di area pendengaranku. Pertama kali diperlakukan seperti ini, biasanya saat aku mendapat rangking 1 untuk seluruh murid, aku tidak mendapatkannya, hanya cibiran tidak jelas. Dan ternyata semenyenangkan ini.

Aku melihat Hea dan tersenyum lebar. Sampai aku melihatnya, lagi. Apa ia ikut juga? Kenapa ia muncul lagi di mataku? Apa perkataan ku waktu itu tidak membuatnya sadar? Meski dia ada sekolah ini, tapi bukankah tempat ini luas? Aku bisa tidak melihatnya dalam satu hari jikalau ia mengetahui atau sengaja berkeliaran disekitar ku.

"Soojin," aku tersentak dan membalik badan menghadap mc. "Besok akan ada lanjutan dan pagi-pagi karena besok akan ada pertandingan bola basket di lapangan ini. Jadi jangan sampai terlambat."

Aku mengangguk paham, kemudian menaruh kembali kertas ku dan mendatangi Hea. "Besok mau temani aku menonton Taehyun disini?" Tanya ku.

"Disini? Di lapangan?" Aku mengangguk. Dia tersenyum dan menaruh tangan kanannya di ujung alis. Layaknya seseorang yang sedang menghormati tiang bendera. "Siap, laksanakan." Perkataannya berhasil membuatku tertawa.

"Baiklah, sekarang ke kantin dulu yuk! Aku lapar." Ucapku sambil memegang perut kosong ku. Tadi pagi aku lupa sarapan karena takut terlambat ikut lomba. Untungnya sebelum pergi, aku sempat memberitahu Ibu ku, jadi beliau memaklumi mengapa aku terburu-buru berangkat ke sekolah.

"Ayo!"

-𝕾𝖊𝖈𝖔𝖓𝖉 𝕷𝖔𝖛𝖊-

"Sial!"

Disebelah kanan ku, ada Choi Yeonjun. Dan disebelah kiri ku ada kakakku, Kim Taehyung yang berkata kasar tadi.

"Kakak, jika ingin ke kantin berbarengan saja dari tadi! Mengapa harus bersama denganku?!" Protes ku.

Sejak tadi, entah kerasukan apa, kakakku meminta ku untuk ikut bersama dengannya ke kantin. Karena ia keras kepala, mau tidak mau aku harus menuruti kemauannya. Untung ada Yeonjun, teman ekskul basket yang bisa ku ajak juga. Aku tidak ingin bersama dengannya berdua. Bisa-bisa dia melakukan hal aneh.

"Kenapa tidak boleh? Sebagai kakak yang baik, aku ingin mentraktir mu sebelum lomba besok. Kau harus juara, brother!" Ucapnya sambil mengalungkan lengannya di leher ku.

Aku hanya memutar mata malas, jika seperti ini, ujung-ujungnya pasti ada maunya. "Katakan,"

"Apa?"

"Katakan kau mau apa?"

"Tidak ada," aku menoleh. Yakin? Dia memang sedang dalam mode baik atau bagaimana? Atau dia hanya mempermainkan ku saja? Masa bodoh, yang penting uang jajan ku masih aman di siang hari.

"Yeonjun, kau tidak mengajak pacar mu?" Tanyaku padanya. Seingat ku, Yeonjun sudah memiliki kekasih sejak lama. Aku jadi iri karena mereka masih saja berhubungan.

"Dia sedang bersama temannya. Jadi, tidak ingin mengganggu."

"Kau selalu bilang begitu, kenapa tidak memberitahu siapa pacar mu itu? Semua teman yang lain bingung, kau sebenarnya pacaran atau tidak."

Ada satu hal yang membuat ku bingung, Yeonjun belum pernah menunjukkan wajah pacarnya. Dia bilang, gadis yang disukainya itu satu sekolah dengan kami. Tapi, aku tidak pernah melihatnya sekali pun.

"Aku dan dia tidak ingin mengumbar-umbar soal hubungan kami. Bisa di bilang kami melakukan hubungan backstreet. Takut ada yang merusak, kau tahu 'kan ya? Geng perempuan itu belum dikeluarkan dari sekolah ini, jadi aku masih berhati-hati. Salah satu dari mereka ada yang menyukai ku, jadi aku dan dia memutuskan untuk berhubungan diam-diam agar dia tidak di bully sama mereka. Dan hanya kalian yang mengetahuinya."

Aku hanya mengangguk paham, ke depannya mungkin aku akan melakukan hal yang sama. Tapi, tidakkah itu sulit? Mereka backstreet, satu sekolah, tapi hanya saling kontakan. Sementara di luar, mereka juga mesti jaga-jaga. Jika saja ada murid sekolah yang tahu, maka semuanya akan terungkap.

"Kalian hebat juga ya, masih bertahan sampai sekarang."

Ia tertawa, "itu karena kami saling percaya. Aku yakin, bahwa selama kami backstreet tidak ada yang disembunyikan. Jika ada hal yang ingin dibicarakan, saling berbagi. Kurang lebih, seperti itu cara kami berpacaran.  Menyenangkan, karena kalian bisa berbagi cerita satu sama lain. Ada tempat sandaran untuk bercerita."

Selama aku pacaran, tidak ada hal seperti itu. Kami hanya melakukan hal-hal yang romantis saja.

Bruk!

"Ah, maaf! Apa ak-.."

"LOH?!"

Kami saling menatap dan menunjuk satu sama lain. Tunggu, dia? Sejak kapan anak ini pindah ke sini?

"Cho Sera?"

"Kak Taehyun?"

---

Ada yang pernah nonton film 5 cm atau teman tapi menikah, nggak? Aku terinspirasi sama kata-katanya(⌒▽⌒)♡
Okay, jangan lupa voment~!

Second Love | Kang TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang