006

102 21 0
                                    

"Soojin,"

Aku berbalik sambil tersenyum, Ibu menghampiri dengan nampan di tangannya.

"Astaga Ibu, tidak perlu repot-repot membawakan ku makanan. Aku bisa turun makan nanti," ucap ku. Kemudian mengambil alih nampan di tangannya.

Beliau mengelus puncak kepala ku, "kau bisa lupa waktu makan. Jangan selalu begini, nanti anak kesayangan ibu bisa sakit loh."

Aku hanya tersenyum membalasnya. Seharusnya aku yang berkata seperti padanya, tetapi karena Ibu terlihat sangat senang hari ini. Aku jadi tidak ingin merusak suasana hatinya.

"Oh iya, kau sudah bertemu dengan Hueningkai? Kata Ibunya, mereka tinggal disekitar sini loh."

Ah, nama itu. Aku sudah tidak ingin berurusan dengannya lagi.

"Aku sudah bertemu dengannya kemarin." Ibu ku mengangguk. "Ibu sudah makan, belum?"

"Belum,"

"Loh, kok belum? Sekarang Ibu makan dulu sana. Aku juga akan makan disini, hm?" Ibu ku mengangguk sambil mengacungkan jempolnya.

Beliau kemudian keluar, "jangan lupa makan yang banyak, ya." Aku mengangguk sebagai jawaban.

Setelah pintu tertutup, aku terdiam. Senyum ku luntur. Ibu sudah melakukan hal yang banyak untukku, tetapi aku belum membalas banyak juga untuknya.

"Apa aku harus ikut lomba itu, ya? Ibu mungkin bakal senang jika aku mengikutinya."

-𝕾𝖊𝖈𝖔𝖓𝖉 𝕷𝖔𝖛𝖊-

"Sudah ku bilang, pada akhirnya kau akan ikut juga." Hea disebelah ku tidak berhenti mengomel. Telinga ku jadi panas karenanya.

"Iya-iya, Hea selalu benar. Sudah, berhenti mengomel. Aku tidak tahan mendengarnya." Bukannya berhenti, ia malah mencibir tidak jelas disebelah ku.

"Kau ikut lomba membuat quotes, Soojin?" Aku mengangguk dan tersenyum. Sedetik kemudian tersadar, aku berbalik dan kaget melihatnya.

"Taehyun?"

Taehyun tersenyum, "kau pasti bisa, semangat Soojin!" Dia menyemangati ku sambil mengepalkan kedua tangannya.

Dia. Menyemangati. Aku. Tunggu, katakan padaku jika ini hanya mimpi!

"Kenapa diam saja? Kau harus memberi ku semangat juga," aku mengangkat alis. Dia ikut lomba membuat quotes juga?

"Kau ik-"

"Tidak, aku akan ikut lomba basket dan sepak bola. Tolong semangati aku," ucapnya memotong perkataanku, seakan tahu apa yang ingin ku ucapkan. Aku melirik kearah Hea. Ia sama bingungnya denganku. Baru kali ini, aku melihatnya memohon. Padahal hanya kata semangat, tapi kenapa rasanya sesenang ini?!

"Ba-baiklah, se-semangat ya, Taehyun!"

Ah, memalukan! Aku gugup di depannya. Padahal lomba olahraga dan seni akan diadakan minggu depan, tetapi kami sudah saling menyemangati satu sama lain.

Ia terkekeh, "kalau begitu, aku duluan. Harus latihan," Taehyun mendekat dan mengelus puncak kepala ku. Aku terkejut bukan main, jantungnya berdetak  sangat cepat dari biasanya, dan aku tidak bisa menjamin wajah ku akan memerah karena sikap manisnya. "Dukung aku nanti."

Taehyun sempat tersenyum sebelum pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Taehyun sempat tersenyum sebelum pergi. Aku meleleh dibuatnya! Sepertinya aku akan gila, tidak, sangat sangat sangat gila karena pemuda tampan itu!

"Hei! Jeon Soojin, kau baik-baik saja? Jantung mu aman?" Hea heboh. Tentu saja, siapa yang tidak senang melihat temannya diperlakukan manis seperti itu oleh orang yang disukai? Pasti ia iri dan juga ikutan senang.

Aku menoleh, "tidak!" Seru ku. "Jantung ku rasanya copot, Taehyun membuat ku kehilangan akal sekarang.."

Hea tersenyum lebar, "lihat, Taehyun sepertinya sudah mulai dekat denganmu. Sekarang, apa yang kau akan lakukan?"

Berpikir sejenak, namun pikiran ku mendadak kosong. Sepertinya tidak ada sama sekali. "Tidak ada, aku hanya akan mengikuti alurnya saja."

Hea mengangguk, "baiklah, teruslah seperti ini. Jangan merubah sikap mu, Taehyun bisa menganggap mu aneh nanti."

Aku terkekeh, "tidak mungkin. Lagipula, apa yang akan aku rubah dari sifat ku? Aku suka menjadi diri sendiri."

"Ya, ya, terserah dirimu. Aku turut senang, aku harap kau dan Taehyun semakin dekat nantinya."

Aku hanya tersenyum menanggapi, entah kenapa aku mulai tidak mengharapkan hal lain melebihi selain teman. Entah karena takut kembali ke masa lalu, atau hanya karena takut Tuhan akan membuat sesuatu pada alur hidupku yang bisa saja tidak ku duga akan terjadi sama sekali. Aku cuma ingin, hidup bahagia. Itu saja untuk sekarang.

"Hey, jangan melamun. Aku tahu kau sedang senang sekarang, jadi jangan asik membayangkan dirimu dan Taehyun." Aku refleks memukul lengan Hea, tidak mungkin aku berfantasi dimana Taehyun dan aku sedang bermesraan sekarang. Aku tidak mungkin membayangkan hal seperti itu. Meski pernah sesekali, untuk sekarang tidak. Aku tidak meyakinkan nanti.

"Tidak mungkin! Itu hanya akal-akalan mu saja," kedua tangan ku terlipat di atas dada. Cemberut karena Hea bisa-bisanya mempermainkan dan menggoda ku. "Andai kau juga mempunyai orang yang kau sukai, pasti aku bisa membalas."

Hea tersenyum remeh, "benarkah? Sepertinya jika ada, aku tidak akan sepertimu. Yang terus menunggunya,"

"Hei!" Hea tertawa. Sungguh menyebalkan, meski begitu aku senang dengan kehadirannya yang selalu membuat ku bahagia walau sesaat.

---

Maaf, part ini sedikit dari sebelumnya >﹏<
Part yang lain akan banyak kok, cuman karena lagi sibuk jadi nggak bisa nulis banyak, maaf ya.. semoga kalian suka deh, jangan lupa voment ><

Second Love | Kang TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang