012

75 18 0
                                    

"Bagaimana keadaan Soojin sekarang?"

Saat mendatangi rumah sakit, perasaan ku jadi tidak enak. Entah mengapa, aku merasakan sesuatu yang buruk. Dan benar seperti dugaan ku setelah mendengar jawaban dari Hea.

"Soojin mengeluarkan banyak darah dan tidak tahu apa lagi, kami baru saja menelepon kakaknya. Dia akan datang kesini,"

"Sendirian?" Hea mengangguk sebagai balasan. Pun aku masih shock hanya bisa diam. Aku seperti dipenuhi rasa bersalah.

Yeonjun kembali bertanya, "sendirian? Bukankah mereka punya adik perempuan? Tidak ikut juga?"

"Kau ingin membuat Nara menangis?" Hea menaikkan nada bicaranya, meski begitu Yeonjun tidak marah. Aku tahu, kekasihnya itu sedikit sensitif karena kondisi Soojin.

Mau tidak mau, Yeonjun tutup mulut dan menenangkannya. Aku pun tidak ingin membuat Hea terus-terusan khawatir dan memikirkan kondisi Soojin sekarang. Aku yakin, Soojin pasti baik-baik saja dalam waktu dekat. Aku yakin.

"Oh, kalian bertiga?" Aku mednegar suara yang tidak asing. Memang benar, Park Jimin. Teman kak Taehyung, sekaligus kakak dari Park Soojin.

Aku membungkuk, "maaf kak, ini bagian dari kesalahan ku!" Aku berucap. Ya, meski aku belum tahu mengapa dan bagaimana Soojin sampai seperti ini, tetapi perlakuan ku padanya tadi siang membuat ku merasa bahwa aku juga menjadi penyebab hingga Soojin kritis.

Hea menggeleng, "Sebenarnya memang Taehyun ada salah pada Soojin. Tapi, tidak sepenuhnya salah. Semua ini karena ia tidak bahagia."

Tidak bahagia? Maksudnya? Jadi, selama ini senyum dan tawa yang ia tunjukkan cuman fake?! Kenapa?

Kak Jungkook terlihat frustasi, dia memegang kepalanya dan menghela napas berat. "Maafkan aku, aku tidak peka sehingga tidak tahu ia menderita banyak hal. Kau bisa cerita pada ku mengenai apa saja yang membuatnya tidak bahagia nanti? Karena sepertinya kau sedang tidak dalam kesehatan yang baik, kau juga butuh istirahat. Terima kasih sudah menjadi teman baik adikku,"

Hea mengangguk, "itu tidak masalah. Soojin teman yang baik, aku senang mengenalnya dengan baik."

Setelah lama menunggu, akhirnya dokter datang dan menyuruh keluarga Soojin untuk menemuinya. Sementara mengunjungi Soojin harus satu persatu untuk masuk, tidak boleh semuanya.

"Kau masuk lah terlebih dahulu," aku menunjuk diri. Hea menyuruh ku masuk duluan.

Dengan cepat ku gelengkan kepala, "tidak, kau harus masuk duluan. Dia harus mendengar suaramu."

"Tidak apa, kau ingin menembus kesalahan mu juga 'kan? Bukankah bagus jika kau mengatakan padanya di dalam meski, Soojin belum sadar."

Hea benar. Aku memang harus minta maaf pada Soojin, walau dia belum sadar. Setidaknya aku sudah meminta maaf agar aku bisa untuk tidak memikirkannya, aku bisa meminta maaf lain kali jika ia sudah bangun.

Tapi, Hea temannya. Sudah semestinya gadis itu yang duluan masuk. Ladies first, perempuan pertama. Aku harus mendahulukannya.

"Tidak, masuklah. Aku akan meminta maaf setelah kau menjenguknya." Hea menghela napas. Aku memang keras kepala, jadi maafkan saja sikap ku ini.

"Baiklah, tunggu disini Yeonjun." Hea pun masuk. Meninggalkan ku berdua dengan Yeonjun.

"Kenapa tidak masuk?" Aku menoleh mendengar pertanyaan Yeonjun yang tiba-tiba.

"Ladies first, right?" Yeonjun menggeleng mendengar jawaban ku. Dan aku hanya terkekeh melihat reaksinya. Bukankah banyak orang bilang seperti itu bukan?

"Benar, tapi bukan itu yang ingin ku dengar." Dia terdiam sesaat. Membuat ku penasaran apa yang ingin dikatakannya.

Karena tidak kunjung ia balas, aku berucap. "Kenapa berhenti? Apa yang ingin kau dengar dariku?" Tanya ku penasaran.

Dia menggeleng, "tidak, tidak perlu memikirkannya. Aku hanya bercanda,"

Satu kata untuknya, menyebalkan.

-𝕾𝖊𝖈𝖔𝖓𝖉 𝕷𝖔𝖛𝖊-

"Darimana?" Aku yang baru tiba di rumah disambut oleh ibu negara.

"Rumah sakit," jawab ku acuh. Aku tahu, beliau pasti ingin membicarakan masalah tadi siang. Soal Sera. Gadis itu sepertinya sudah memberitahu Ibunya. Merepotkan.

"Sebelum kembali ke kamar, Ibu ingin tanya sesuatu padamu."

Mau tidak mau aku berhenti di tangga. Menatapnya dengan malas, aku baru saja sampai sudah ingin di beri ceramah.

"Duduklah," menghela mapas kemudian turun dari tangga, mendekati Ibu ku yang sedang duduk manis di ruang tengah.

"Ibu ingin mengatakan soal Sera 'kan? Sebenarnya dia juga salah, jadi jangan menyalahkan ku atau Soojin begitu saja. Lagipula hanya masalah kecil,"

Ibu ku tidak menjawab, hanya memejamkan matanya. "Kau tahu kan?"

Mendengarnya membuatku menghela napas, "aku tahu, sangat tahu. Tapi aku sama sekali tidak menyukainya. Dia bukan tipe ku, bahkan kebalikannya. Sera kekanakan,"

"Kim Taehyun!"

"Kenapa? Ibu marah padaku? Kenyataannya memang begitu, Sera memberitahu Ibunya itu sudah terlihat bahwa dia kekanakan, apalagi sampai Ibu memarahi ku hanya karena Sera menangis di buatku dengan Soojin. Padahal Sera yang salah, tapi Ibu malah memarahi anaknya sendiri." Aku tidak tahan. Maaf Ibu, aku tidak bisa menahan emosi ku. Aku tidak ingin. Aku ingin keluar dari semua ini.

"Tapi Sera itu ca-"

"Calon tunangan ku ataupun tidak, aku tetap saja tidak menyukainya. Titik," setelah mengatakannya aku berdiri dan meninggalkan Ibu ku sendirian di ruang tengah. Emosi ku memuncak.

Jika hal itu diungkit kembali membuat ku cepat marah dan kesal. Hanya perjodohan, dan aku tidak menyukainya. Karena atas dasar pekerjaan. Apalagi sifat Sera yang menyusahkan. Aku hanya ingin menyukai orang yang ku sukai. Namun, setelah pacaran sehari kala itu, aku jadi muak untuk memulai hubungan dengan siapapun.

"Menyebalkan."

"Loh? Kim Taehyun? Kenapa masih memakai seragam?" Aku mengangkat kepala. Jung Hea.

"Ah, aku hanya mencari udara segar. Apa yang kau lakukan disini?"

Dia menunjuk salah satu rumah yang tidak jauh tempat kami berdiri. "Itu rumah ku, beberapa hari yang lalu aku pindah kesana."

"Rumah mu, ya? Lompati tiga rumah, dan disitu rumah ku. Dekat," dia mengangguk. Aku baru tahu, ternyata Hea tetangga ku.

"Kalau begitu, aku duluan ya. Jangan terlalu lama keluar, cuaca sedang tidak bagus. Kadang dingin dan kadang panas, jaga kesehatan. Sampai nanti!"

Aku mengangguk dan melambaikan tangan. Hea sungguh perhatian. Tidak seperti Sera. Anak itu selalu saja menempel padaku. Berbicara seperti anak-anak. Dan aku tidak menyukainya. Terlihat menjijikkan, padahal dia sudah besar. Tetapi sifatnya sama seperti anak sekolah dasar kelas pertama.

Dipikir-pikir, Soojin pun sama seperti Hea. Hanya saja Soojin pemalu? Dia terkadang menundukkan kepalanya ketika bertemu dengan ku. Apa karena aku tampan? Mungkin karena itu.

Aku akan menjenguknya besok, untung saja lomba untuk kelas kami untuk besok tidak ada. Meski, ada satu, Choi Yeonjun. Tapi, lebih baik aku bolos saja dan menjenguk Soojin.

Tadi, dia masih belum sadar. Aku harap, besok setelah bertemu dengannya, matanya terbuka lebar. Dan aku harus meminta maaf. Seharusnya aku tidak memarahinya dan mengejar Sera. Aku terus saja berpikir Sera akan melaporkannya pada Ibunya, tanpa memikirkan perasaan Soojin kala itu. Dia pasti merasa sakit hati.

Tunggu, kenapa aku malah memikirkannya? Masa bodoh dengan itu, sekarang perut ku harus diisi.

Second Love | Kang TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang