017

64 13 0
                                    

"Tetap saja, aku tidak menyukaimu. Tapi, kau tidak pernah mau berhenti jadi aku tidak bisa apa."

"Jawaban apa itu? Kau jahat sekali, Soojin."

Aku memanyunkan bibir, "fakta." Kataku. "Lagipula, kau tampan, pasti banyak yang tertarik padamu tuan Lee."

"Tapi, kenapa kau tidak?" Aku terdiam sesaat. Lelaki berambut coklat muda di sebelah ku menunggu jawaban. "Ayolah, kita dulu pernah dibilang pasangan serasi, ku pikir kau menyukai ku, ternyata hanya aku saja."

Aku menatapnya kembali. "Kau terlalu banyak berharap Beomgyu." Ucap ku pelan. Aku mengerti perasaan Beomgyu, aku pikir ini mungkin karma untukku? Aku yang dulunya menyukai Taehyun, tapi kata Yeonjun, dia tidak mengetahui ku karena tidak memperhatikan sekitar.

Dan aku yang dulunya secara tidak langsung menolak Beomgyu. Padahal Beomgyu belum menyatakan cintanya kala itu.

Tanpa sadar aku tertawa kecil, ekspresi lucu Beomgyu saat aku mengatakan tidak menyukainya, membuatku ingin mencubitnya.

"Kau banyak berubah,"

"Eum? Benarkah?" Aku memajukan badan ku mendekatinya. "Apa yang berubah dariku?"

Wajah Beomgyu mulai merah, aku sangat ingin tertawa sekarang, tapi ku tahan. "Ka-kau jadi gila,"

"Apa?! Kau yang gila!" Ku pikir ia akan membuatku senang, nyatanya membuatku kesal. Dia pasti mengatakannya karena ingin mengurangi kegugupannya saat aku mendekatinya tadi. "Ah! Kau membuatku kesal, aku bisa-bisa disuruh tinggal lebih lama disini."

Tok! Tok!

Dua ketukan di pintu menyadarkan ku, kekesalan ku perlahan menghilang begitu melihat teman ku datang menjenguk.

"Soojin!" Hea memelukku, "kau bersama siapa?" Lanjutnya berbisik, masih dalam keadaan memeluk.

Aku melepaskan pelukan kami dan menunjuk Beomgyu, "dia Lee Beomgyu, teman ku saat sekolah dasar."

"Ah, kalian sudah teman lama rupanya." Jawaban ku sepertinya tidak memuaskan. Tapi, apa yang harus aku katakan mengenai Beomgyu? Tidak penting juga.

"Kalau begitu, aku menjenguk ibu ku, lain kali akan ku bawakan buah untukmu." Beomgyu berdiri dari duduknya. Dia tersenyum menatapku, mendekat, kemudian mengacak rambutku pelan. "Cepat sembuh, kau tidak boleh seperti ini. Sampai ketemu lagi,"

"Sampai ketemu lagi," aku melambaikan tangan. Beomgyu membalasnya.

Sampai Beomgyu keluar, suasana sunyi datang, membuatku merinding. "Eum, jadi, kalian ingin aku menjelaskan apa mengenai Beomgyu?" Tanyaku pada mereka. Aku tahu dari tatapan mereka.

"Dia hanya teman mu 'kan? Tidak lebih? Kenapa tidak memberitahu ku sebelumnya? Kau mempunyai hubungan sekedar lebih dari teman?"

Mata ku mengerjap beberapa kali mendengar pertanyaan beruntun dari Hea. "Begini, Lee Beomgyu adalah teman lama, kami dekat karena dia mendekati ku duluan. Hanya teman, tidak lebih. Kenapa tidak ku beritahukan pada kalian? Karena aku lupa,"

"Lalu, kenapa tampaknya kalian se– hmph!" Yeonjun dengan cepat menutup mulut Hea. Sementara Taehyun melihat Hea dengan wajah kesalnya, aku tidak tahu maksudnya.

"Baiklah, karena kalian ada sudah disini. Bolehkah aku meminta sesuatu?"

Yeonjun, Hea, Taehyun bersamaan menatapku. Sangat aneh rasanya di tatap seperti itu oleh mereka. "Kau mau meminta? Apa?"

Aku terpikir sesaat, namun aku melupakannya. "Itu.." ucapan ku terjeda, berusaha mengingat apa yang ingin ku katakan kepada mereka tadi. "Aku.."

"Ingin eskrim," ucapku pada mereka sambil tersenyum. Melihat tatapan mereka padaku, membuatku sedikit ketakutan. Sepertinya mereka marah.

Tapi, sungguh, entah kenapa daging tidak cukup. Aku masih ingin sesuatu. Makanan di rumah sakit sangat tidak enak. Tidak ada rasa, hambar.

"Ku pikir tentang Beomgyu, kau membuatku penasaran saja." Hea memukul lengan ku pelan. "Kalau begitu, aku dan Yeonjun saja yang pergi. Taehyun akan menemani mu disini,"

Taehyun spontan menoleh kearah Hea, dan anehnya Hea mengacungkan jempolnya. Aku tidak tahu jalan pikiran mereka. Aneh.

"Seperti biasa, kan?" Aku mengangguk. Hea sangat mengetahui ku. "Baiklah, kami akan segera kembali."

Yeonjun dan Hea pergi, Taehyun masih berdiam diri. "Kenapa diam? Biasanya kau banyak mengoceh, ada masalah ya?" Tidak merespon. "Apa.. hubungan mu dengan Sera baik-baik saja?"

"Kau tidak perlu tahu,"

Aku pikir pilihan ku sudah tetap. Tidak akan berubah setelah mendengar jawaban dingin Taehyun. Nara benar. Aku harus menyerah jika memang sudah tidak sanggup lagi. Aku tidak ingin mengulangi kesalahan kedua.

-𝕾𝖊𝖈𝖔𝖓𝖉 𝕷𝖔𝖛𝖊-

"Kau tidak ingin bertanya?" Soojin melihatku. Sepertinya ia membaca pikiranku sejak tadi.

"Tidak perlu, kau hanya perlu istirahat." Ucapku, kemudian mendudukkan bokong ku di tempat duduk sebelah kanan Soojin. Namun, baru saja aku ingin duduk, sebuah kertas yang berada di nakas, kertas putih yang berhias goresan hitam di atasnya membuat mataku terfokus. "Oh, kau menggambar wajah mu sendiri? Aku tidak tahu kau pandai menggambar."

"Aku memang tidak pandai menggambar." Aku melihatnya, dia tidak berbohong. Aneh, jika bukan dia, apa kak Jungkook? Tidak perlu diragukan jika kak Jungkook yang menggambarnya untukku, tapi kenapa harus lewat pos?

"Bukan kak Jungkook maupun Nara," tambahnya lagi, berkata seolah dia membaca pikiranku. "Beomgyu yang menggambarkannya untukku. Bagus, bukan?"

Lee Beomgyu? Ternyata lelaki itu punya bakat. Kalau boleh jujur, gambarnya sangat bagus. Aku tidak bisa menandinginya. "Bagus."

"Jujur saja, kau tidak menyukainya, kan? Lagipula orang yang bersangkutan sudah pulang." Soojin mengatakannya dengan mudah, ku pikir dia akan marah jika aku hanya mengatakan bagus pada hasil gambar Beomgyu.

"Ah, kau bertemu dengan Hueningkai? Sudah lama aku tidak melihatnya."

"Tidak," aku bingung pada diriku sendiri, kenapa aku merasa cemburu jika Soojin menanyakan keberadaan Hueningkai? Seharusnya tidak boleh, aku dan Soojin hanya sebatas teman.

"Kau cemburu?" Aku terbungkam. Rasanya aku ingin mengurung diriku. Perkataan Soojin sangat tepat sasaran. Aku pikir dia ahli dalam membaca pikiran seseorang. "Maaf ya,"

Aku menatapnya, "kenapa minta maaf?" Tanya ku. Sungguh aneh jika Soojin meminta maaf.

"Entahlah, mungkin aku membuatmu cemburu? Pokoknya aku minta maaf." Aku tidak mengerti maksudnya, dia meminta maaf karena dia membuatku cemburu? Padahal aku tidak berhak untuk itu. Jadi, aku yang seharusnya meminta maaf padanya.

"Sebenarnya bukan hanya itu tujuan ku meminta maaf padamu." Lagi-lagi aku tidak paham. Soojin terlalu mempersulit, padahal dia bisa to the point padaku. "Aku menyerah,"

"Hah? Menyerah? Soal apa? Lalu apa maksudmu meminta maaf?"

"It-"

BRAK!

Aku terkejut, sama halnya dengan Soojin. "Kakak! Tidak bisakah kau membuka pintu dengan baik dan pelan-pelan saja?"

Tapi, bukannya merespon, kak Jungkook malah menangis. Tubuhnya bergetar. Dengan segera aku menghampirinya lalu mambawanya duduk disebelah Soojin. Sepertinya kak Jungkook ingin berbicara sesuatu pada Soojin?

"Kak, ada apa? Kenapa menangis? Kakak jarang mengeluarkan air mata kakak." Kak Jungkook belum menjawab, aku mengelus bahunya. Mencoba memenangkannya. "Kak Jungkook, ayo jawab aku,"

"Ayah.. ibu.. mereka,"

Aku menaikkan alis, ada apa dengan kedua orangtua mereka? Apa terjadi sesuatu?

Kak Jungkook meraih tangan ku dan menggenggamnya, lalu berkata. "Mereka kecelakaan pesawat."

Aku pikir, ini adalah hari yang buruk bagi Jeon Soojin, setelah melihatnya terkejut setengah mati kemudian tidak sadarkan diri di tempat.

Second Love | Kang TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang