Ketika sampai dirumah, aku membuka pintu. Masih belum ada siapa-siapa. Hari ini, ada kegiatan mendadak di sekolah, jadi aku memutuskan untuk cepat pulang.
Kaki ku melangkah ke ruangan dapur, sebelumnya melempar tas ku ke sembarangan arah di ruang tengah. Hari ini sungguh menyebalkan. Aku kena sial dua kali.
Saat hendak minum, bel rumah berbunyi. Aku meletakkan gelas di meja dan berlari ke arah pintu.
Cklek-
"Sia-" suara ku seakan hilang. Dia. Datang kesini. "Pa.."
"Selamat sore, Soojin."
Aku hanya tersenyum kaku, sudah lama tidak melihat senyumannya itu. Aku merindukannya. "Apa yang kau lakukan disini?" Tanya ku, berusaha bersikap biasa dan menghindari kontak mata dengannya.
"Aku datang, untuk melihatmu kembali." Aku mendongak. Mata kami bertemu. Tidak, aku tidak ingin mendengar perkataannya itu.
Aku menutup kedua telinga ku dan menutup pintu dengan keras. Tidak peduli jika dia kaget atau semacamnya. Karena kehilangan keseimbangan, tubuhku terjatuh begitu saja di lantai.
Air mataku mulai jatuh. Aku tidak ingin menemuinya lagi. Dia, orang pertama yang sukses membuatku luluh dan juga orang pertama yang berhasil membuatku terpuruk. Namanya Lee Hueningkai.
"Tidak, aku tidak mengenalnya. Dia siapa?" Ucap ku pada diri sendiri. Tubuhku bergetar dengan sendirinya, kenangan bersamanya terpampang jelas di mataku.
Aku menggeleng keras, Hueningkai seharusnya sudah melupakan ku. Dia sudah hidup dengan nyaman disana, tanpa diriku. Iya. Dia harusnya bisa bahagia. Tapi, mengapa ia kembali lagi? Kenapa?
Aku mencoba untuk berdiri, membiarkan kakiku terus bergetar. Mencoba membuka pintu sedikit, dan memperlihatkan wajah bingungnya. Rasanya sangat menyebalkan melihat ekspresinya yang terlihat tidak tahu sama sekali, "kau baik-baik saja?"
"Kenapa kau kembali lagi?" Suara ku terkesan dingin. Dapat ku lihat, korneanya yang membesar, sepertinya ia terkejut mendengar suara ku.
Beberapa saat aku menunggu jawaban, dia tidak kunjung membalas. "Baiklah, mulai sekarang kita tidak saling mengenal."
Aku mulai menutup pintu, tetapi kaki besar Hueningkai menghalangnya. "Biarkan aku berbicara,"
"Jika ingin bicara katakan saja sekarang! Kau membuatku membuang-buang waktu."
Emosi ku memuncak, ini semua karena kenangan buruk itu. Kenangan itu mengelilingi pikiran ku. Hingga aku terlalu marah padanya.
"Tidak disini, di tempat lain yang bisa menenangkan hati mu itu." Aku terdiam. Emosiku memudar. Sepertinya aku tahu dimana tempat yang Hueningkai maksud. "Ku mohon, biarkan aku menjelaskan semuanya."
"Tidak," satu kata itu muncul di bibirku. Refleks keluar. Tanpa berpikir sama sekali.
Hueningkai terlihat penuh harap, "ku mohon. Agar tidak ad-"
"Sudah ku bilang, tidak!" Kepalaku menunduk. Aku pikir, ini keputusan yang tepat. Saat ini, pikiran ku kacau. Aku tidak ingin menambah beban pikiran karenanya. "Aku juga sudah tidak mengenal mu. Jadi, sekarang pergilah."
"Ta-"
"PERGI!" Bentakku. Hueningkai menghela napas. Ia mulai menjauhkan kakinya yang menghalang.
"Baiklah, aku pergi. Tapi, aku masih menganggapmu temanku. Tidak apa, 'kan?"
BRAK!
Aku menyandar di pintu. Memegang kepala ku yang terisi kembali ingatan buruk itu. "ARGH!"
Lee Hueningkai, aku memang sungguh merindukannya. Tapi, jika mengingat kenangan itu kembali, aku jadi membencinya. Sangat membencinya. Terlebih lagi, dia pergi tanpa berkata apapun. Aku menunggunya setiap saat di tempat itu. Dan aku baru tahu ia pergi setelah 2 minggu lamanya, tetangga sebelah yang mengatakannya padaku.
"Hiks.." air mataku kembali jatuh. Aku membenci diriku yang berada di situasi seperti ini. Ini sangat menyakitkan. Aku hanya ingin tenang. Seperti orang-orang lain.
Yang selalu disayang dan dimanja orangtuanya, selalu ada waktu dengan sang ibunda, tidak peduli dengan perkataan orang lain, bisa melupakan kenangan lama. Aku ingin seperti itu, tapi rasanya sangat sulit. Tuhan tidak berpihak padaku.
Air mataku mulai turun dengan deras. Aku sudah muak dengan semuanya. Jika aku mencoba melakukan hal buruk, aku selalu saja ketahuan. Dan berakhir diomelin satu buku tebal.
Setelah beberapa menit, pikiran ku mulai tenang. Aku menghapus air mataku yang masih berbekas. Kemudian mengambil tas yang tadi ku lempar sembarangan lalu menuju ke kamar. Aku harus membersihkan diri.
-𝕾𝖊𝖈𝖔𝖓𝖉 𝕷𝖔𝖛𝖊-
"Soojin, kau tidak makan?"
Aku yang sedang memainkan ponsel mematikannya dan melihat kakakku di depan pintu kamar. "Aku akan makan sebentar lagi."
"Baiklah, jangan lama ya. Biasanya jika lama, kau akan melewatinya."
Aku hanya terkekeh mendengar ucapannya. Setelah itu, kakakku menutup pintu dengan pelan.
Sebenarnya aku sedang dalam tidak napsu makan. Gara-gara kejadian tadi, dan kesialan ku hari ini, membuatku jadi tidak ingin makan sama sekali.
"Hah.." aku menghela napas. Kemudian berdiri dari ranjang tidurku.
Setelah berpikir tentang kejadian tadi, aku pikir aku salah. Hueningkai mungkin hanya ingin meminta maaf. Jadi sepertinya jika aku memberinya kesempatan untuk berbicara, maka semuanya akan selesai. Lebih baik aku menemuinya nanti.
"Kakak!" Aku menoleh. Adikku menghampiri dengan wajah cerianya. "Lihat ini! Seseorang mengirimkan gambar wajah kakak!"
Aku menekuk alis bingung, menggambar wajahku? Siapa?
Aku tersenyum lebar, mengambil map di tangan adikku dan menyuruhnya untuk keluar. Aku juga mengatakan padanya untuk memberitahu kak Jungkook bahwa aku akan telat makan.
Tanganku mulai membuka map, saat menarik kertasnya, aku melihat goresan pensil yang indah, menampilkan gambaran wajahku yang sedang tertawa. Aku mungkin tahu, siapa yang menggambar ini. Tapi, aku tidak boleh berlebihan. Ini mungkin hasil dari orang lain. Bukan dari dia.
Tetapi, siapa yang menggambar sebagus ini selain dia? Tidak mungkin Hea yang bahkan harus aku ajari cara menggambar garis lurus dengan baik bisa menggambar secantik mungkin? Bahkan Hueningkai pun tidak jago dalam hal menggambar wajah orang lain.
Aku menggigit bibir bawahku dengan penuh tekanan, tidak peduli jika akan berdarah nantinya.
"Kim Taehyun, jika ini adalah hasil gambaran mu. Bolehkah aku berharap lebih?"
---
Voment 주세요~ ><
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Love | Kang Taehyun
Fanfiction[END] Kau orang yang kedua. Yang selalu membuatku tersenyum dan tertawa akan dirimu. Maaf, aku tidak bisa berhenti mencintaimu. "Saranghae Kim Taehyun." Note : kalau pun ceritanya sudah selesai, upayakan vote dan comment ya 😉😘 © Leyaaa7246, 2021