008

80 19 0
                                    

"Terima kasih bu," setelah membayar kue yang ku beli. Aku samar-samar mendengar nama Taehyun disebut.

"Eh, kau dengar berita baru di kantin atas? Ada murid perempuan ngejatuhin makanannya di baju basket Taehyun."

"Benarkah? Astaga, padahal pakaian itu untuk lomba besok. Jika tidak cepat di cuci, Taehyun pakai baju apa?"

Karena rasa penasaran ku memuncak, aku menghampiri mereka. "Eum.. permisi, kalau boleh tahu, ada apa ya? Yang terjadi di kantin lantai atas?"

Salah satu murid pun berucap, "adik kelas, dia bernama Cho Sera. Aku melihatnya menjatuhkan makannya di baju basket Taehyun."

Menganggukkan kepala, lalu berterima kasih. Adik kelas, Sera, apakah aku pernah mendengarnya?

"Soojin!" Hea memanggil ku. Aku langsung berlari kecil menghampirinya yang sedang duduk di salah satu meja yang ada di kantin lantai bawah.

Ada dua kantin. Kantin bawah dan kantin atas. Biasanya, orang-orang lebih memilih kantin atas karena menu makanan disana enak-enak. Tapi, karena aku dan Hea tidak ingin berdesak-desakan. Jadi kami lebih memilih kantin dibawah.

"Kau sudah dengar?"

"Sudah," ucapku singkat. Aku tahu, ia pasti mendengar cerita yang sama dari murid siswi yang tadi. Jadi, lebih baik tidak perlu mengatakannya berulang kali.

"Bukan! Ini informasi adik kelas itu, ternyata ia pernah menembak Taehyun saat mereka kecil!" Hebohnya. Aku yang baru saja ingin menggigit roti di tangan ku, seketika terhenti dan memandangnya.

"Apa? Yang benar saja, kau dapat informasi dari mana?"

Hea terlihat berpikir tanpa langsung menjawab pertanyaan ku. "Eum.. dari seseorang intinya. Sudahlah, aku hanya memberitahukan mu hal itu. Sekarang akan ada rival lagi, kau tidak mau mendekatkan dirimu lebih dekat lagi dengan Taehyun? Kau tidak boleh kalah kan dengan adik kelas bernama Sera itu?"

Aku sempat berpikir, aku cemburu. Menyatakan cinta, ya? Aku jadi teringat masa lalu lagi. Menyebalkan. Kenapa harus sama persis? Tapi bedanya, dulu dia yang mengatakan perasaannya padaku.

Sera, dia gadis pemberani. Aku yang menyukai Taehyun pun tidak berani menyatakan langsung perasaan ku padanya.

"Jangan suka melamun!"

"Soojin suka melamun?" Aku kaget saat mendengar suaranya yang datang tiba-tiba di sebelah kanan ku. Ia tersenyum sembari membawa nampan yang berisi makanan.

"Ah, tidak ada, aku hanya berpikir untuk kata-kata quotes ku besok." Ucap ku dengan cepat.

Taehyun hanya mengangguk, disebelah kirinya ada seseorang yang ku kenal. "Loh, kak Taehyung?"

Kak Taehyung menolehkan kepalanya dan tersenyum kotak. Ciri khasnya memang. "Apa kabar Soojin?"

"Baik kak," ucap ku sambil menampakan seulas senyum.

Taehyun melirik kami berdua, kemudian menatap kakaknya. Mungkin meminta penjelasan mengapa aku bisa mengenal kak Taehyung.

"Kakaknya, Jeon Jungkook. Tentu aku mengenalnya, aku sering ke rumahnya dan bermain bersama Jungkook. Dan pastinya, karena mereka seatap jadi aku sering melihatnya."

"Jeon Jungkook, kakak mu?" Taehyun lalu menatap ku kaget. Aku yang dilihat seperti itu hanya mengangguk kaku. Matanya terlihat sangat besar dan indah, speechless.

"Wah, dunia sangat sempit."

Aku terkekeh pelan, "ya.. begitu lah." Saat menatap Hea, aku jadi curiga. Pemuda disebelahnya terlihat dekat dengan Hea. Aku pikir, Hea orangnya jarang cepat akrab dengan laki-laki.

"Kalian.."

"Jadi pacar mu Yeonjun?!" Aku menoleh kearah Taehyun yang berbicara. Aku sama kagetnya dengan Taehyun. Jadi, selama ini Hea punya pacar?! Apa ini? Kenapa ia tidak memberitahu ku?!!

Hea hanya menunjukkan cengirannya, "jangan dikasih tahu siapa-siapa, ya? Kalau alasannya, nanti ku jelaskan padamu."

Aku cemberut, bisa-bisanya Hea mendahului ku.

"Tapi, kenapa tidak bilang? Aku kan dari dulu selalu bagi cerita kok. Tapi, kau malah menyembunyikan hal ini."

Sebenarnya aku sedikit kecewa. Teman ku satu-satunya yang paling dekat dengan ku ternyata masih menyembunyikan sesuatu. Sementara aku? Semuanya sudah ku keluarkan. Bahkan yang masalah keluargaku. Karena aku sudah percaya dengannya.

"Ma-"

"Aku jadi tidak mood makan, kalian makan saja. Aku pergi,"

Tidak. Sebenarnya aku merasa sangat kecewa. Menurut kalian mungkin ini hal kecil, tetapi jika kau sudah mempercayai sepenuhnya pada orang, tetapi orang itu belum. Itu sangat sakit. Aku mengakui Hea sebagai teman dekat dan orang yang ku percaya. Namun, sebaliknya? Tidak. Aku merasa seperti dipermainkan.

"Soojin!"

Aku seolah tuli. Tidak ingin mendengar suara Hea. Ia juga tidak mengejarku. Toh, ia pasti tahu kalau aku lagi butuh sendiri.

Di koridor, tanpa sengaja mataku menangkap salah satu murid yang sedang di bully. "Hei! Hei!" Teriakku marah sembari menghampiri mereka.

"Kalian tidak ada kerjaan selain membully? Cepat pergi atau aku akan melaporkan kalian ke ruang konseling?!" Ancam ku. Mendengar hal itu membuat mereka bubar. Sementara siswi yang di bully, pun ku bantu untuk berdiri. "Kau baik-baik saja? Apa ada yang terluka?"

Gadis itu menggeleng pelan, "tidak apa-apa, kak."

"Eh?"

Ah, dia adik kelas ya? Aku kaget karena ia mengatakan kak kepadaku.

"Aku Cho Sera, kakak pasti Jeon Soojin. Salam kenal kak," aku terdiam. Otakku sedang memproses sesuatu. Sepertinya aku mengenal nama itu.

Tunggu, aku ingat sekarang, Cho Sera?! Gadis yang menembak Taehyun saat kecil kan?!!

"Halo Sera. Salam kenal juga," ucap ku sambil membalas uluran jabatan tangannya.

"Kak, kakak mengenal kak Taehyun?"

Aneh. Apa hanya aku yang merasa bahwa dia tiba-tiba jadi sok akrab denganku?

"Iya, aku kenal dengannya. Kenapa memangnya?"

Sera merubah raut wajahnya, "loh kakak tidak tahu? Aku itu teman kecil kak Taehyun! Kak Taehyun tidak pernah bilang-bilang mengenai ku?" Ia memanyunkan bibirnya, sok lucu.

Aku menggeleng pelan. Lama-lama aku jadi tidak suka dengan gadis ini. Sok akrab, dan lebay? Padahal tadi aku hanya menyelamatkannya dari segerombolan murid-murid pembully. Tiba-tiba dia membicarakan Taehyun denganku? Apa maksudnya?!

"Ah, kak Taehyun jahat! Semestinya kak Taehyun bilang bahwa kami dulu pernah pacaran."

Sekarang membual? Astaga yang benar saja? Anak ini tiba-tiba menjadi anak kecil. Sok imut! Aku membencinya.

"Seharusnya kak Soojin tah-"

Aku pura-pura berdesak dan melirik jam tangan. "Ah! Sera, sepertinya aku harus pergi. Maaf ya, ceritanya lain kali saja. Kalau bisa saat ada Taehyun juga. Ok? Sampai nanti!" Ucap ku memotong perkataannya lalu pergi dari sana sambil melambaikan tanganku.

Bodoh. Kenapa juga aku harus mengatakan hal itu padanya?!

Second Love | Kang TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang