009

76 17 0
                                    

"Soojin!" Suara Hea menggema di kelas. Untung saja kelas sudah sepi, tinggal aku, Hea dan Taehyun di dalamnya. "Kau masih marah padaku?"

Aku terdiam di tempat. Entah kenapa, aku sangat marah dan kecewa. Padahal tadinya aku ingin memaafkan Hea. Tapi, sekarang tidak. Mungkin, karena si gadis menyebalkan itu, siapa lagi kalau bukan Sera?! Dia gadis yang paling menjengkelkan yang pernah ku temui.

Tunggu, kenapa aku jadi membahas gadis itu?!!

"Kau tidak mau menjawab? Ayolah, aku sudah tidak menyembunyikan apa-apa lagi selain itu." Suara Hea mengecil, ia terdengar berharap padaku. Aku ingin sekali memaafkannya. Tapi, sepertinya untuk saat ini. Tidak.

"Maaf, kita bicara lain kali saja."

Grep-

"Ku mohon, maafkan Hea. Kalian masih ingin berteman 'kan?" Taehyun menahan ku pergi dengan memelukku. Dia tidak tahu, kondisi jantung ku sekarang? Mungkin, ia sudah mendengar detak jantung ku yang tidak karuan ini.

Aku melirik sekilas kearah jam di dinding, sudah mau menunjukkan jam 4, aku harus cepat pulang sebelum Ibu ku pergi ke luar kota lagi. "Biarkan aku pergi, aku ada urusan."

"Soo-"

"Ku mohon, biarkan aku pergi. Aku ingin melihat Ibu ku sebelum beliau pergi keluar kota lagi!" Tanpa sengaja aku menaikkan suara ku, Taehyun terus menahan ku jadi mau tidak mau aku harus melakukan sesuatu agar ia berhenti memelukku.

Selepas itu, ia menjauhkan tangannya dari pinggang ku. Kemudian dengan cepat berlari keluar, aku tidak ingin ketinggalan sampai dirumah. Aku selalu melihat beliau sebelum berangkat ke bandara.

-𝕾𝖊𝖈𝖔𝖓𝖉 𝕷𝖔𝖛𝖊-

Aku terlambat. Ibu ku sudah pergi. Padahal aku hanya ingin pamit dengannya, setidaknya aku melihatnya pergi. Entah kenapa aku merasa kesal jika melewatkannya. Mungkin, karena ini sudah menjadi kebiasaan ku?

"Kenapa lemas begitu? Kau lapar?" Kak Jungkook menawarkan makanan ringan padaku. Tapi, aku tidak napsu.

Aku menggeleng pelan dan tersenyum, "tidak, makan saja." Ucapku. Hari ini melelahkan. Aku terus belajar memikirkan quotes bagus untuk lomba besok. Dan aku dengan Hea yang sedang bertengkar, terlihat seperti aku yang memulai. Mungkin, besok aku sudah memaafkannya. Mungkin saja. Karena saat aku bilang mau memaafkan Hueningkai, tapi aku malah semakin benci padanya.

Aku menghela napas, lagi-lagi masalah. Hidupku terasa tidak tenang. "Kau ini, makanlah ini dulu. Aku akan buatkan makanan kesukaanmu. Jangan selalu stress berpikir."

Kak Jungkook menyerahkan bungkus plastik makanan ringan miliknya. "Ah, kak, aku tidak suka makan beginian!"

 "Ah, kak, aku tidak suka makan beginian!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau tidak suka, taruh saja di meja. Mudah 'kan?" Ucapnya, kemudian ia memasuki dapur. Menyisakan aku dan Nara di ruang tengah.

Aku meletakkan makanan ringan kak Jungkook di meja. Lalu ku lirik Nara yang sedang mewarnai sesuatu.

"Wah, Nara dapat darimana gambar itu?" Tanya ku. Wajah yang dia warnai adalah gambaran wajahnya. Sangat cantik. Mirip, seperti gambar waktu itu.

"Nara, kau dapat ini darimana?" Tanya ku kembali. Nara yang sedang fokus mewarnai kini berhenti dan menoleh.

"Oh, ini dari kiriman. Kak Jungkook yang memberikannya padaku." Aku mengangguk. Dan merasa aneh. Siapa yang tahu wajah Nara sampai detail seperti itu? Padahal Nara selalu tinggal di rumah, meski ia suka keluar-keluar di halaman rumah.

Selama aku dan kak Jungkook sekolah, ada bibi Yoon, tetangga sebelah yang mengurus Nara. Bibi Yoon bahkan hanya tinggal berdua dengan suaminya. Mereka tidak punya anak. Jadi, tidak mungkin salah satu dari mereka. Apalagi harus melalui perantara pos.

Karena tidak ingin ambil pusing, aku berjalan ke kamar. Ingin membersihkan diri. Sebelumnya aku memberitahu Nara bahwa aku akan mandi dulu. Siapa tahu kak Jungkook memanggilku makan.

-𝕾𝖊𝖈𝖔𝖓𝖉 𝕷𝖔𝖛𝖊-

Aku berangkat lebih cepat, dan sekolah masih sepi. Aku terlalu rajin.

"Kak Jungkook pasti sedang meledek padaku! Ini karena dia yang membangunkan ku terlalu cepat, menyebalkan!" Gerutu ku kesal.

Pagi ini, aku dibangunkan oleh kakak yang menjengkelkan. Ku pikir, karena ia membangunkan ku, aku terlambat. Bahkan aku hanya membawa bekal yang dibikin olehnya.

Bruk-

"Maaf." Aku menggeleng dan tersenyum.

"Tidak, hati-hati kalau berjalan ya." Ucapku padanya. Tetapi, sedetik kemudian aku sadar. Aku sepertinya pernah mengenal suara ini. "Tunggu.."

"Maaf, aku duluan!" Dia berlari. Aku terdiam menatap kepergiannya. Rasanya familiar jika mendengar suaranya. Wajahnya tidak sepenuhnya kelihatan karena ia memakai bucket hat. Padahal hari ini tidak terlalu panas. Kenapa harus memakai topi? Aneh.

"Soojin!" Suara Hea. Aku berbalik dan tersenyum. Dia berlari sangat kencang lalu memeluk ku sehingga tubuhku sedikit terdorong ke belakang karenanya.

"Maaf," aku tersenyum dan mengelus punggung belakangnya. "Aku sudah tidak menyembunyikan apa-apa lagi."

"Iya, aku tahu, kau pasti punya alasan bukan? Jadi, berhentilah meminta maaf mulai sekarang."

Hea melepas pelukan, matanya berkaca-kaca. Astaga, ia sampai ingin menangis? Dengan segera, aku mengipas wajahnya. "Sudah-sudah, jangan nangis!"

"Hiks, kau membuat ku kepikiran." Ia memanyunkan bibirnya. Aku yang mendengar hal itu hanya bisa tersenyum.

"Maaf ya, Hea jadi khawatir karena ku."

"Akhirnya kalian kembali berteman juga," aku menoleh dan terkekeh.

"Kami hanya bertengkar sehari, tidak, tidak sampai sehari." Sahut Hea menatap lelaki di sebelah kanan ku.

"Ah, karena hari ini aku akan lomba basket, jangan lupa menyemangati ku. Hm?" Tangan kekarnya memegang puncak kepalaku. Hangat.

"Ba-baiklah Taehyun." Aku menunduk. Menyembunyikan senyum ku. Hati ku senang sekali diperlakukan seperti ini oleh orang yang sudah lama ku sukai.

Selepas kepergian Taehyun, aku reflek menutup wajahku. Menahan teriak. "Ah gila! Gila!"

Hea yang di sebelah ku turut bahagia. "Wah! Semakin dekat Soojin! Jangan berhenti,"

Aku menjauhkan tangan ku dan memeluk Hea erat. Sungguh, aku sangat senang pagi ini. Setelah memaafkan Hea, aku mendapat perlakuan manis dari Taehyun.

"Hanya seperti itu? Lebay banget," aku melepaskan pelukan ku dari Hea dan memandang seseorang yang sedang mengejek ku.

"Apa katamu? Kau berani berkata seperti itu pada kakak kelas?" Hea menyahut dengan kesal.

Cho Sera, ia menolehkan kepalanya dan tiba-tiba merubah raut wajahnya menjadi raut wajah bersalah. "Ah, kak Soojin! Maafkan aku! Aku pikir teman kelas ku." Aku tersenyum. Fake.

"Tidak apa-apa, oh iya, selamat pagi."

Sera tersenyum lebar, "selamat pagi juga, kak. Aku pergi dulu,"

Perlahan senyum ku luntur setelah ia pergi, aku menatapnya datar, aku sudah tahu sifatnya sejak bertemu dengannya. Sifatnya melebihi menyebalkannya dari kak Jungkook.

"Dia bukannya Cho Sera, ya?"

Aku mengangguk, "iya.. kau sudah bisa menilai kelakuannya seperti apa tadi."

Second Love | Kang TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang