018

64 13 0
                                    

"Soojin, dimakan ya?"

Sudah beberapa hari sejak kematian ayah dan ibu Soojin. Dan semenjak itu, Soojin mulai berbeda. Dia pendiam, tidak berekspresi, jarang makan, bahkan pandangannya terlihat kosong. Soojin sangat kehilangan orangtuanya.

Saat ini, aku, Hea, dan Yeonjun menjenguk Soojin dirumah sakit. Keadaannya sedikit memburuk. Soojin mengalami trauma. Dia terlalu menyayangi orangtuanya sampai-sampai tidak berhenti memikirkan keduanya. Aku mengerti perasaannya. Pasti sangat berat kehilangan orang yang kalian cintai.

Tok! Tok!

Cklek

"Selamat pagi Jeon Soojin,"

Pintu terbuka. Seorang laki-laki seumur kami datang. Aku menatapnya aneh, dia harusnya tidak seperti itu pada Soojin. Berpura-pura tidak terjadi seperti apa-apa akan membuatnya tidak nyaman.

"Pagi," Soojin menjawab dengan wajah datarnya.

Tunggu–

Soojin menjawabnya? Semudah itu? Setelah berhari-hari kami mencoba untuk membuatnya berbicara setidaknya satu kata dan hasilnya tidak berhasil, namun dengan mudahnya Beomgyu mendapatkan respon dari Soojin?!

"Astaga, lihat wajahmu! Kau sangat kurus, ayo makan! Aku akan menyuapi mu." Beomgyu mengambil mangkuk sup di tangan Hea. Awalnya Hea tidak mengizinkannya, karena pada akhirnya akan sama saja, Soojin tidak akan mau menurut. Tapi, karena setelah melihat Soojin membalas sapaannya, dia tampaknya yakin pada Beomgyu.

"Ayo, buka mulut. Kau akan membuat Nara marah padaku," pintanya. Sedetik kemudian, mulutku terbuka. Aku tidak percaya, Soojin akhirnya menurut. Dia menerima suapan dari Beomgyu.

"Nah, anak pintar." Beomgyu tersenyum sangat lebar. Entah kenapa ada rasa tidak suka jika melihat mereka dekat. Tapi, aku tidak boleh egois. Aku yakin, Beomgyu pantas untuk Soojin. Bukan aku. Buktinya, Soojin mau menuruti semua apa yang dikatakan olehnya.

"Soojin, kau mau keluar? Kita harus menghirup udara segar hari ini. Hm?" Soojin mengangguk, aku seperti orang bodoh saja dari kemarin-kemarin.

Saat aku mengajaknya kemarin sore, Soojin tidak membalas apapun jadi aku tidak memaksanya. Melihat hari ini Soojin patuh, aku jadi iri pada Beomgyu. Sungguh.

Sebelum keluar dari ruang, Beomgyu membawa Soojin ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya terlebih dahulu agar terlihat segar saat keluar. Sementara dia menunggu Soojin selesai bersama kami.

"Maaf, kalian jadi susah. Aku ada tugas yang penting dikerjakan jadi tidak bisa datang menjenguk Soojin beberapa hari yang lalu. Meski aku tetap datang hari dihari kematian paman dan bibi Jeon, aku tetap saja tidak bisa lama." Beomgyu berkata sambil menatap ku, aku tidak mengerti. "Jadi, bagaimana kondisinya beberapa hari yang lalu?"

"Soojin sama seperti tadi, awalnya dia sering menangis. Tapi entah beberapa hari terakhir ini, Soojin tampak diam. Kata dokter, dia trauma."

"Begitu ya.." Beomgyu melirik kami bertiga secara bergantian. Aku sama sekali tidak mengerti jalan pemikiran laki-laki ini. "Kalian tidak lelah? Hari ini biarkan aku bersama Soojin."

"Ta–"

Ucapan ku terhenti, tidak ada yang menghentikan ku, aku sendiri yang tiba-tiba tutup mulut. Aneh.

"Ada apa? Apa ada hal penting yang ingin kau sampaikan?" Aku menggeleng. Tidak, tidak jadi. Aku melupakannya.

"Kalau begitu, maaf sudah merepotkanmu Beomgyu, kami duluan, ya? Jaga Soojin dengan baik, kami akan berkunjung lagi besok sore."

Beomgyu mengangguk, "baiklah, sampai ketemu besok."

Tanpa izin, Hea memegang tanganku dan kekasihnya. Menyuruh kami melambaikan tangan pada Beomgyu sebelum pergi. Anak ini, memang sangat kekanakan.

Walaupun aku tidak menyukai kedekatan mereka, tetapi aku tidak boleh berlebihan, Beomgyu datang karena ingin membantu Soojin. Aku tidak bisa menjauhkan keduanya.

-𝕾𝖊𝖈𝖔𝖓𝖉 𝕷𝖔𝖛𝖊-

"Kak Beomgyu!" Aku merentangkan tangan dan memeluk Nara. Hari ini, aku berencana mengunjungi Soojin. Dan karena Nara bersikeras meminta ikut, jadi aku membawanya ke rumah sakit. Sementara kak Jungkook mengurus sebagian pekerjaan kedua orangtuanya.

"Nara, kau sudah datang?" Aku tersenyum. Nara mengangguk dengan semangat, sepertinya dia senang ikut denganku ke rumah sakit. "Kak Jungkook tidak ingin mampir dulu sebentar?"

Nara menggeleng, "tidak kak, kak Jungkook ada urusan penting jadi aku harus masuk sendirian."

"Ah, begitu rupanya."

"Kak, aku ingin membuat kejutan buat kak Soojin! Kakak mau membantu ku?" Aku mengangkat alis, memberinya kejutan? Apa Nara berusaha ingin membuat Soojin tersenyum?

"Baiklah, kau ingin kakak lakukan apa?"

"Kakak hanya perlu datang ke taman rumah sakit, aku akan memberikan sesuatu untuk kak Soojin." Aku mengangguk paham, melepaskan kedua tangan ku di bahunya dan membiarkan Nara pergi. Sementara aku pergi ke ruangan Soojin.

Melihat banyak teman-teman Soojin, aku memikirkan cara untuk membuat mereka tidak mengikuti ku. Aku rasa, Nara menginginkan kebebasan antara dia dengan Soojin.

Dan cara kecil ku berhasil, mereka pergi. Aku hanya berkata bahwa ingin membawa Soojin keluar, dan mengatakan apakah teman-temannya harus ikut. Tapi, Soojin menggeleng. Semudah itu. Setelah beberapa menit, Soojin keluar dari toilet dengan wajah datarnya. Sungguh menjengkelkan melihat muka tanpa ekspresinya itu.

"Ayo, aku ingin memberikan kejutan untukmu." Aku membawanya, dengan selang infus di tanganku. Memakainya jaket yang ku bawa. Setelah itu, Soojin menaiki kursi roda, aku tidak memintanya, dia yang naik dengan sendirinya. Aneh.

Setibanya di taman, aku menoleh ke sana kemari. Belum ada tanda-tanda kehadiran Nara. Mungkin, Nara sedang mencoba bersembunyi?

"Kakak!" Aku terkejut mendengar suara nyaring dari Nara. Gadis kecil itu berlari ke arah kami dengan balon-balon, serta buku gambar di tangannya. Aku jadi penasaran apa yang ingin gadis cilik itu lakukan untuk menghibur Soojin.

"Kakak, lihat ini!" Nara menunjukkan sebuah gambar, dan betapa kagetnya, gambar itu merupakan goresan pensil buatan tangan ku. "Kak Beomgyu yang bikin, bagus 'kan? Kakak terlihat cantik jika tersenyum dan tertawa seperti ini."

Tapi, mungkin cara itu tidak membuahkan hasil, Soojin hanya diam dan tidak menggerakkan bibirnya ketika menatap ilustrasi buatan ku. Tidak ada ekspresi, seperti biasanya.

"Oke, lupakan soal gambar, kakak harus melihat ini!" Aku dan Soojin menatap Nara. Dia berjalan mundur sembari melepaskan tiap-tiap ikatan balon di tangannya.

"Sa.. rang.. hae," ucapku. Membaca setiap suku kata yang tertulis di balon. Aku terdiam, lalu tersenyum. Nara sangat lucu. Dia pandai dalam membuat orang terkejut dan senang akan tindakannya.

"Aku mencintai kakak!" Nara berlari lalu memeluk Soojin.

"Aku juga,"

Aku dan Nara terkejut. Kami saling menatap lalu kembali melihat Soojin yang masih memasang wajah datarnya. Aku kecewa karena dia tidak tersenyum sedikit pun. Tapi, setidaknya Soojin meresponnya! Itu berarti, ada kemajuan!

Aku memeluk mereka, rasanya sangat senang sekali mendengar suara Soojin walau singkat dan hanya dengan dua kata.

"Aku harus memberitahu kak Jungkook," kata ku lalu mengambil ponsel genggam dan mengetikkan nomor kak Jungkook. Mungkin akan sedikit menganggunya, tapi ini berita yang sangat bagus untuk didengarnya. Setidaknya kak Jungkook tidak terlalu stress lagi memikirkan pekerjaan orangtua mereka dan keadaan Soojin disaat yang bersamaan.

"Halo, ada apa Beomgyu?"

"Kak Jungkook! Kak Soojin tadi berbicara!" Nara menyahut, aku tersenyum senang. Nara terlihat sangat bahagia meski Soojin hanya mengucapkan dua kata.

"Benarkah?! Aku akan kesana secepatnya, aku harus menyelesaikan tugas ayah terlebih dahulu."

"Baiklah kak, kami menunggumu." Sambungan telepon pun mati, aku melihat Nara yang tidak henti-hentinya tersenyum. "Kita masuk yuk, kak Soojin tidak boleh terlalu lama di luar."

Second Love | Kang TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang