'What's meant for you will come'
-j.b.
•~•~•"Bu Ussi!!! Bu Ussi woy!" Udin berseru, seketika kelas bersiap dengan perasaan tegang setelah sekian lama Bu Ussi tak mengajar ke kelas mereka.
Bu Ussi datang, guru Bahasa Indonesia yang dikenal killer telah datang dari luar kota, dan hari ini pelajaran jam pertama adalah Bahasa Indonesia.
"Membuat karangan tentang seseorang yang kalian idolakan, apa opini kalian dan alasan kalian mengidolakannya! Awas, jangan ada salah tulis." Baru datang saja sudah buat para murid jantungan.
"Waktunya 20 menit!"
"Ya ampun, 20 menit mah buat mikir doang." Widya bergumam.
"Kartik,"
"Iya, Bu."
"Saya tinggal dulu, jika ada yang membuat gaduh catat." Titah Bu Ussi
"Saya akan buat dia menguras toilet seharian." lanjutnya menatap tajam anak anak."I-iya Bu." Kartik mengangguk.
Setelah tak begitu jauh keluar dari kelas, semua menghembuskan napas lega. Guru itu sangat mengerikan.
"Siapa yang akan kau tulis, Wid?" Amaiya melihat tulisan Widya.
"Waaah, Bapak Menteri! Keren sekali!""Lo siapa, Ya? Si penulis puisi yang lo ceritain dulu?" Tanya Widya.
"Iya, Musa Gazali. Aku akan membuat tulisan tentangnya." Jawab Amaiya.
"Selain itu kaga ada? Katanya lo juga suka penyair luar lain."
"Tidak, Musa Gazali menurutku lebih cocok dengan tema yang aku buat, dia yang menjadi inspirasiku selama i-
"Kartik!" Fazza yang duduk di belakang mereka tiba-tiba menyeru, membuat mereka menoleh seketika karena terkejut.
"Gue kaget tau, main teriak aja." marah Widya yang hanya dijawab tatapan dingin Fazza yang malah tertuju pada Amaiya.
"Lo ngapain lihat Amaiya kayak gitu?"
Amaiya hanya diam menatap matanya, jika mata Fazza adalah telaga maka mata Fazza adalah telaga yang paling tenang yang pernah Amaiya tau. Dia sangat ingin menyelaminya, persetan dengan dinginnya tatapan Fazza, lelaki itu punya tipe mata yang Amaiya sukai: nayanika.
"Kenapa, Faz?" Kartik yang ada di bangku depan menyahut. Tatapan Fazza beralih.
"Aku akan ke kamar mandi." Fazza beranjak keluar.
"Jangan lama-lama ya, nanti yang kena marah gue!" Kartik sedikit meninggikan suara, namun Fazza telah meninggalkan kelas dengan cepat tanpa menghiraukan Kartik.
KAMU SEDANG MEMBACA
F A Z Z A (End)
Novela JuvenilHujan di luar semakin deras. Amaiya lihat tubuh Fazza bergetar, air matanya yang berusaha ia tahan sekarang menetes juga, lelaki itu nampak menarik napasnya dengan panjang. Terlihat ada sesuatu yang menahannya untuk berbicara. Namun tak lama setelah...