11. Jangan Temui Aku Lagi

199 25 0
                                    

'Setiap penglihatan tentang keindahan akan lenyap, setiap perkataan manis akan memudar.'

-Jalalludin Ar-Rumi.

•~•~•

"Kita mampir di warung bakso, yuk!" Suara Ayah membuyarkan lamunan Amaiya tentang Bhatara.

Bayangan Bhatara dengan Monica, anak Bahasa yang ternyata adalah pacar barunya, tadi setelah pulang sekolah Bhatara dengan percaya diri pulang membonceng Monica dengan motor gedenya diiringi sorakan murid murid disana, dan Amaiya hanya mampu diam dan pura-pura tersenyum kala Bhatara sekilas melihatnya sedang duduk di halte.

Monica? Anak chef terkenal di Perancis yang dijuluki 'Dewi sekolah' karena parasnya yang anggun dan mahirnya dia dalam mengolah masakan.

Dia juga yang akan berlomba dengan Chasa hari Senin depan. Bisa dikatakan saingan terberat Chasa karena Monica juga masih keponakan dari Kepala Sekolah di sekolah SMA Garuda Jaya tersebut.

Pesonanya tiada tanding, keanggunan dan keramahan Monica sangat disukai para murid terutama siswa siswa. Namun tak sedikit juga yang membenci Monica dan mengatainya sebagai sok cantik, padahal memang cantik.

Dan Amaiya?

Sialan, kenapa membanding bandingkan dirinya dengannya?

Dia ini hanya seorang kutu buku yang sok puitis dengan harapan tingginya tentang bersanding dengan pangeran sekolah seperti Bhatara, ternyata dia sama dengan fans Bhatara yang lain, tidak berbeda.

Juga yang membuat sakit hati adalah kala Damar memberitahu Amaiya bahwa Bhatara mendekatinya karena dia ingin Amaiya menyetujui permintaan Bhatara menjadi member band mereka, Bhatara ingin dia jadi penggantinya sementara dia akan lomba fisika.

Dia bersyukur dulu tetap menolak Bhatara yang menawarinya untuk jadi salah satu vokalis band nya. Ternyata karena semua ini Bhatara men-spesial-kan Amaiya.

"Dasar." Gumam Amaiya tanpa sadar.

"Kenapa dasar? Ayah melakukan kesalahan?"

"Bukan Yah, iya ... ayo makan bakso, sudah lama kita tidak makan bakso bersama." Sanggahnya cepat.

Lalu mereka turun di warung bakso sederhana di pinggir jalan yang lumayan ramai. Hari ini sedikit mendung, mungkin malam ini akan turun hujan.

"Oh iya, tadi ayah lihat kamu tadi pagi masukin buku coklat ke tas kamu, bukunya kok beda .. buku apa itu?"

Itu buku Fazza yang dipinjamkan kepada Amaiya kemarin. Berisi tentang puisi Fazza yang belum sampai Amaiya usai membacanya. Ia berniat membaca buku itu di sekolah tapi lupa.

"Buku ini?" Amaiya mengeluarkan buku Fazza.

"Iya, wahh bagus sekali bukunya." Ayah membuka buku itu. Lalu ekspresinya berubah.

"Kamu paham sama tulisan turki?" Timur tertawa, memang beberapa puisi Fazza berbahasa turki dan Amaiya tidak bisa memahaminya.

Tapi tidak semuanya, Amaiya hanya paham puisi Fazza yang berbahasa inggris dan indonesia.

"Dari mana buku ini?"

"Teman ku." Jawabnya singkat, dia fokus mengunyah bakso. Amaiya tidak berniat untuk memberi tahu soal Fazza dan segala cerita tentangnya.

"Fazza Shahzeed Gazali? Kamu sekelas sama dia?"

Seketika Amaiya tersedak.

"Ayah tahu?"

"Musa Gazali kan terkenal di Turki to nduk, yo mesti ayah ruh."

"Sebenarnya Fazza tidak mau semua orang tahu tentang identitasnya. Makanya aku diam saja, tapi ternyata ayah tau." Amaiya mulai tertarik dengan obrolan ini.

F A Z Z A (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang