32. Kejutan

141 23 0
                                    

"Hallo Ghaits

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hallo Ghaits .. "

Tangan Amaiya mengelus pelan kuda kesayangan Fazza bernama Ghaits berwarna abu-abu itu.

Tatapannya kagum, kuda ini terlihat kuat dan tenang saat seseorang mencoba mendekatinya. Amaiya senang bisa melihat kuda-kuda di arena ini dengan leluasa bersama Fazza yang kini menjelaskan semua yang ia tahu.

Arena itu cukup luas dan kandang kuda yang besar. Ada puluhan kuda disini dengan berbagai ukuran dan bentuk. Fazza mengajaknya setelah mereka kembali dari kedai teh.

"Gagah sekali." Pujinya.

"Tentu. Lihat siapa pemiliknya." Ujar Fazza yang berdiri tak jauh dari kandang Ghaits bersedekap dada.

Amaiya menanggapi dengan tatapan terlalu pede! Pada Fazza.

"Aku lihat akhir-akhir ini kau sering menyombongkan dirimu sendiri," ungkap Amaiya jujur. Lalu kembali melirik Fazza, "kenapa?"

Pria itu diam tidak menjawab, malahan dia sendiri bingung dengan dirinya. Fazza hanya ingin Amaiya melihat kehebatannya, seperti agar Amaiya tergila-gila padanya. Atau ini semacam tebar pesona ala Fazza? Yang jelas, Fazza haus pujian dari Amaiya! Dia ingin kata-kata kagum Amaiya untuk dirinya meski sering mendengarnya dari orang lain, ucapan yang keluar dari mulut Amaiya lebih berkesan menurutnya.

"Entahlah," Singkat Fazza sibuk sendiri.

Amaiya yakin hanya sepatah perkataan yang akan dilayangkan pria itu untuk menjawab pertanyaannya. Dia fokus kepada Ghaits lagi.

"Baba-mu seleranya memang tak main-main. Pasti ini impor dan mahal."

Kenapa malah baba yang dipuji?! Seharusnya aku! Dongkol Fazza.

"Rumahmu juga besar seperti di istana. Pelatarannya begitu luas dengan kaligrafi yang keren! Belum lagi taman yang ada disamping rumahmu. Oh iya, Fazza. Kenapa tidak ada foto keluarga disana? Ya setidaknya foto salah satu dari kalian. Aku sudah penasaran dengan wajah Musa Gazali, apakah dia akan-

"Apakah dia akan mirip denganku?" Potong Fazza tiba-tiba.
"Sudah berapa kali kau mengatakan hal itu? Aku mirip dengan baba, mulai dari sifat sampai kelebihan. Kau puas sekarang?"

Amaiya tertegun mendengarnya, "i-ya, maaf kalau itu mengusikmu." Ucapnya.

Fazza menggeleng, "tidak apa-apa, aku malah senang kau banyak berbicara padaku. Kau terlihat manis saat melakukannya."

Sebelum pipinya kembali merona, Amaiya mengalihkan fokusnya pada Ghaits.

Tiba-tiba ponsel Amaiya berbunyi, menunjukkan panggilan video call dari teman-teman majelis ghibahnya, lalu Amaiya mengangkatnya dengan hati-hati.

"Sombong amat jalan-jalan keluar negri kagak ngabarin kita! Kacang lupa kulitnya lo!" Baru saja masuk, Lina sudah mengomelinya.

"Maafkan aku, aku begitu sibuk disini."

F A Z Z A (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang