Amaiya sengaja memilih larut malam untuk membuka bungkusan lukisan yang diberikan Fazza untuknya. Bukan apa-apa tapi bukannya akan lebih syahdu?
Amaiya memutar musik dengan lirih. Hanya instrumen timur tengah tanpa lagu, dengan suara jangkrik diluar yang semakin malam semakin nyaring. Suasananya sejuk, dingin. Amaiya memakai kaos kaki yang diberikan Fazza padanya dulu.
"Indah sekali." Rasanya Amaiya ingin menangis melihat lukisan ini. Ia melihat dirinya yang dilukis Fazza melihat pemandangan pegunungan yang hijau, sangat detail dan ia bisa merasakan maksud lukisan Fazza dengan baik dari sini.
Dia mengelus pelan lukisan indah itu, sampai dia menemukan sesuatu yang terselip dibelakang kanvas lukisan itu. Sebuah surat.
Dengan keringat dingin dia mengambil kertas itu. Sambil mengambil napas dia membuka kertas dan mulai membaca apa yang ada didalamnya.
● A m a i y a ●
A m a i y a
Aku bisa menyebut dirimu adalah Layla dalam kehidupanku,
Apa gunanya cawan-cawan anggur itu? Jika melihatmu saja aku sudah akan kehilangan akalku?
A m a i y a
Hujan dimalam hari, seperti namanya.
Jatuhnya air hujan sama seperti jatuhnya aku dalam kerlingan matamu.
Menghujani tanaman yang hampir mati, dan membuatnya bersemi kembali
Membawa kerlingan bintang di senyapnya malam
Bintang yang membawa cahaya dan mengingatkanku akan senyuman
Sebenarnya kau tidak tahu betapa terguncangnya aku saat kau memuji bahwa mataku adalah nayanika dalam puisimu,
Tidak tahukah kau? Bahwa matamu adalah yang terindah melebihi purnama yang ada
Dia tidak menjadi apapun selain dirinya sendiri, apa yang lebih bersinar dari itu?
Fazza ini telah gila, dalam pikiran tentangmu
Ini seperti kisah cinta klasik, tetapi aku menyukainya
Hatiku menari seperti merak saat hari hujan pertama
Karena kebahagiaan atas mu yang berhasil menarikku dari lembah nestapa
Dengan caranya sendiri, menghapus kebencian dengan ketulusannya
A m a i y a
Dalam rahasia rasa, kau menjelma menjadi sebuah cinta
Aku meletakkan hatiku kepadamu, tanpa ragu
Lakukan apapun yang kau mau dengan itu
Aku tidak bisa melukiskan apapun dalam kanvas putih ini selain apa yang menjadi identitasmu selama ini, berseri.
Wajahmu telah menggantikan seluruh duka-ku
Dengan sinar matahari di pipinya mengusir segala kegelapan dalam diri seorang pria dengan derita ini.
Oh tercinta,
KAMU SEDANG MEMBACA
F A Z Z A (End)
Teen FictionHujan di luar semakin deras. Amaiya lihat tubuh Fazza bergetar, air matanya yang berusaha ia tahan sekarang menetes juga, lelaki itu nampak menarik napasnya dengan panjang. Terlihat ada sesuatu yang menahannya untuk berbicara. Namun tak lama setelah...