"Kamu kenapa sih, sebenernya? Kenapa dari kemaren chat ngga dibales? Telpon juga ngga diangkat?" Bhatara menggenggam erat tangan Moni.
Mereka berdua kini duduk di cafe langganan Bhatara, selesai sekolah Bhatara berniat meluruskan kesalah pahaman mereka berdua tentang masalah kemarin di kantin, saat Bhatara bertengkar di kantin bersama Monica.
"Udah berapa kali aku minta maaf sama kamu. Iya aku salah nuduh kamu yang engga-engga. Tapi ya jangan terus terusan kayak gini dong, buat aku bingung tau." Bhatara mengungkapkan isi hatinya.
Sebenarnya Bhatara bukan tipe pria yang suka gadis terlalu menye-menye dan tidak jelas maksudnya seperti ini. Dia tidak salah apapun disalahkan, tetapi karena Monica adalah pacarnya dia mencoba mengalahkan ego-nya.
Namun lama kelamaan Monica malah semakin cuek dan tidak jelas maksudnya.
"Kamu sih, nyebelin! Bikin aku malu tau depan banyak orang." Suara Monica lembut, manja, namun kali ini terlalu berlebihan.
"Denger, aku nuduh kamu karena emang ada bukti kalo kamu ngga ke kamar mandi waktu itu, tapi nemuin Fazza di perpus sambil bawa coklat. Apa kalo aku marah itu salah?" Jelas Bhatara.
"Apa buktinya emang?" Tantang Monica.
Bhatara membuang napas kesal, lalu dengan cepat mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan poto saat Monica berada di perpustakaan menghampiri Fazza.
"Adek kelas ngirimin ini ke aku. Bahkan ada video nya!" Seru Bhatara. "Fazza aja di sana nyuekin kamu, apa kamu ngga malu?" Lanjutnya. Membuat Monica mengepalkan tangan geram.
"Sekarang aku minta jelasin sekali lagi!"
Dia tertangkap telah berbohong pada Bhatara, sementara itu Bhatara mencoba sabar.
"Ya aku cuman mau ngucapin makasih karena dia nolongin aku, salah?" Tepis Monica.
"Terus kenapa pake acara bohong segala?"
"Aku tau pasti nanti kamu ngga ngebolehin."
"Aku ngebolehin kok," sahut Bhatara dengan tatapan tajam.
"Tapi aku nggak suka orang yang bohong." Lanjutnya."Bhatara, kamu yang salah-
"Emang susah ya, bilang maaf doang?" Tembak Bhatara memotong perkataan Monica.
Mereka lalu diam, terdengar lagu yang diputar dalam cafe mengalun pelan. Cahaya orange lampu menghiasi cafe klasik yang indah ini.
Bhatara terlihat mengusap wajahnya kasar.
"Kamu tertarik sama Fazza?" Tanya Bhatara to the point.
Mata Monica membulat sempurna, bagaimana bisa pacar yang duduk di depannya mengatakan hal itu dengan lancar?
"Kok kamu mikirnya gitu, sih?" Tepis Monica.
"Kamu pikir aku nggak lihat diem-diem kamu lihatin Fazza terus waktu di kantin? Waktu Fazza pulang, kamu juga ngikutin dia kan pas pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
F A Z Z A (End)
Teen FictionHujan di luar semakin deras. Amaiya lihat tubuh Fazza bergetar, air matanya yang berusaha ia tahan sekarang menetes juga, lelaki itu nampak menarik napasnya dengan panjang. Terlihat ada sesuatu yang menahannya untuk berbicara. Namun tak lama setelah...